Simbiosis

By lusyynaa_

17.6K 13.9K 43.2K

Dia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga me... More

Prolog
01 - The Beginning
02 - Following You
03 - Crazy Girl
04 - Mistake
05 - Short Message
06 - Apologize
07 - Seven Questions
08 - Challenge
09 - Chemistry Lab
10 - Test Score
11 - Jealous
12 - Embrace
13 - Three Rules
14 - Promise
15 - Disappointed
16 - Stuck With You
17 - Sensibility
18 - Declaration Of Love
19 - Asya Madness
20 - Hurt
21 - Our Change
22 - Believe Me
23 - Girlfriend
24 - Wicked
25 - Forced To Do It
26 - Information
27 - Evil Destiny
28 - The Happiness
29 - Kiss And Sick
30 - Sorry
31 - I Wish
32 - Congratulations
33 - It's Over, Seriously?
34 - Please
35 - Everything Will Be Okay
36 - She's Mine
37 - Like A Diamond
38 - Honesty
39 - Bad News
40 - Go Away, Asya!
41 - After One Month
42 - To Be A Doctor?
43 - See You Beautiful Angel
44 - Hoodie
46 - All About Jenrik
47 - Their Life Journey
48 - You Broke My Heart
49 - I Miss You
50 - Thank You
Epilog

45 - All About Darkev

127 97 79
By lusyynaa_

45 – All About Darkev

        Terlihat jelas di raut wajah kedua remaja itu sangat tegang menatap layar laptop masing-masing. Tangan mereka saling bertautan untuk menunggu hasil ujian masuk perguruan tinggi swasta Meksiko.

        Dara meneguk salivanya kasar. Ia melirik Kevin di sampingnya. "Kalau aku gak lulus gimana?"

        "Pasti lulus!" Balas Kevin tanpa keraguan sedikitpun.

         Kadang Dara sedikit bingung dengan laki-laki tampan di sisinya ini, Kevin itu selalu yakin akan sesuatu, padahal bukan dia yang menjalaninya.

        Itu yang membuat Dara insecure berada di sisi Kevin. Laki-laki yang terlihat tidak ada kurangnya ini, begitu mencintainya. Dara takut mengecewakan laki-laki itu.

        Seulas senyum menawan terpantri di wajah tampan Kevino Aldebaran. Dan itu membuat Dara tak ingin melepaskan pandangannya dari paras wajah Kevin.

        Kevin memperlihatkan layar laptop-nya kepada Dara. "Gue lolos!"

        Dara tersenyum senang, ia juga tidak terkejut. "Selamat," ucap Dara tulus.

        "Aku gak berani lihat hasil punyaku," kata Dara tiba-tiba memeluk lututnya sendiri.

        "Biar gue aja yang lihat." Balas Kevin.

        "Jangan!" Tolak Dara memeluk cepat laptop-nya.

        Dara menggeleng lemah. "Nanti kamu kecewa lihat hasilnya."

        Kevin menghela napas panjang. Ia mengusap lembut rambut sebahu Dara. "Gakpapa, sini gue lihat."

        Dara perlahan menyerahkan laptop-nya kepada Kevin. Kevin tersenyum. Laki-laki itu segera membuka hasil ujian Dara.

        Tatapan Kevin tiba-tiba meredup. Hal itu membuat Dara menunduk dalam tak berani melihat raut kekecewaan Kevin.

        "Gak lulus."

*****

        Setelah Kevin pulang dari rumahnya, Dara langsung masuk ke kamar. Ia mengunci rapat pintu kamar dan menghempas kasar tubuhnya di atas kasur.

        Gadis itu menangis.

        "Dara sayang, buka pintunya." Kata sang Mami dari luar kamar dan mengetuk-ngetuk pintu kamar putri bungsunya.

        "Sayang Mami pengen ngomong."

        "Ayo buka, Mami mohon."

        Saat itu juga, pintu kamar terbuka. Terlihat jelas wajah gadis cantik itu basah oleh air matanya. Wajahnya sembab, rambutnya juga kusut, dia tidak baik-baik saja.

        Dilma, sang Mami memeluk tubuh Dara membuat gadis itu kembali meneteskan air matanya.

        "Maafin Dara," bisik gadis itu.

        "Dara udah usaha semaksimal yang Dara bisa, Mi." Tambah Dara bergetar. Tangannya terangkat membalas pelukan Dilma.

        "Kamu pintar, gakpapa gak lulus." Kata Dilma lembut.

        "Mami sama Papi pasti kecewa, Kevin aja kecewa." Ujar Dara mengusap kasar air matanya.

        Dilma melepaskan pelukannya, ia membawa Dara untuk duduk di kasur putrinya itu.

        "Kevin marah sama aku, Mi." Adu Dara membuat Dilma sedih.

        "Kevin gak marah, Mami lihat dia tadi pulang baik-baik aja tuh?" Balas Dilma berusaha menenangkan putrinya.

        "Setelah bilang aku gak lulus, Kevin gak ada ngomong apa-apa lagi sama aku."

        "Dia langsung pulang."

        "Dia benar-benar kecewa sama aku, Mi."

        "Dia marah dan a-aku takut." Ujar Dara menangis tertahan.

        "Mungkin kamu jalannya bukan di Meksiko, di Singapore sama kakak kamu juga udah bagus banget kok." Bujuk Dilma tersenyum mengelus lembut rambut Dara.

        "Tapi aku maunya sama Kevin, Miii..." Rengek Dara memeluk lengan kiri Dilma.

        "Jangan nangis, anak gadis Mami itu gak boleh cengeng!" Bisik Dilma.

        "Kevin bilang ke Mami tadi, dia pulang buat kasi tahu orang tuanya. Dia bakal beres-beres barang dan pesan ticket buat berangkat ke Meksiko besok pagi." Ujar Dilma.

        "Kamu gak mau ketemu dia dulu untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi ke sana?"

*****

        Di depan rumah megah keluarga Aldebaran. Disinilah gadis berambut sebahu itu berdiri. Ia menatap ke arah jendela kaca di lantai tiga yang bercahaya dan terbuka di sana. Dara tahu, itu kamar Kevin.

        Langkah kakinya sangat kecil mendekati dua orang penjaga di depan gerbang besar nan tinggi itu.

        "Eh, Non Dara." Sapa salah satu penjaga itu yang sudah sering melihat Dara bertamu ke rumah majikannya keluarga Aldebaran.

        Dara tersenyum kecil. "Dara pengen masuk, Pak." Izinnya.

        "Silahkan Non, pintu gerbang selalu terbuka untuk Non Dara kata tuan besar Aldebaran."

        Dara menghembuskan napasnya perlahan lalu kembali melangkah memasuki rumah Kevin. Rumah megah itu terlihat tak berpenghuni.

        "Non Dara?" Beo seorang wanita berseragam maid melihat Dara. Maid itu berjalan mendekati Dara. "Cari tuan muda Aldebaran ya?"

        Dara mengangguk kecil.

        "Ada di kamarnya lantai tiga, lagi beres-beres sama nyonya." Kata maid itu tersenyum lebar melihat Dara.

        "Makasih, Bi." Ucap Dara lalu segera memasuki lift menuju lantai 2.

*****

        "Baju kaos hitam dari Dara jangan lupa di masukin, Ma."

        "Iya bawel!!"

        "Sepatu yang aku beli sama Dara waktu itu di mana sih Mama nyimpennya?"

        "Di lemari kaca nomor tiga!"

        "Isi semua barang-barang pemberian Dara ini ke dalam koper yang berbeda ya Ma."

        "Lanjut beresin sendiri, Mama capek! Mama mau makan dulu, bye!"

        "Yah Mamaaa!!!"

        Kevin mendesah berat melihat berbagai jenis barang-barang yang berserakan di atas kasurnya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

        Mama Vinna itu kalau sudah kumat rasa laparnya, ya gini! Jadi nyebelin tingkat Dewi!! Anaknya jadi beresin sendiri barang-barang yang banyaknya ngalahin tinggi gunung Kerinci sendirian!

        "Eh Dara," kaget Vinna saat ingin keluar dari kamar putranya itu dan melihat Dara berdiri di ambang pintu kamar. "Sejak kapan berdiri di sini?"

        "Sejak tiga menit yang lalu, Ma." Jawab Dara menggaruk lehernya yang tidak gatal.

        "Mau masuk?" Tawar Vinna.

        "Emang boleh, Ma?" Tanya Dara tak enak.

        Vinna tersenyum manis. "Boleh sayang, sekalian bantuin Kevin di dalam sana beresin barang-barangnya yang super banyak itu."

        Dara mengangguk mengerti dan melangkahkan kakinya perlahan untuk lebih memasuki ruangan kamar Kevin.

        "Ini kenapa lagi kamera gue Mama taruh di situ?!"

        "Aaarghhsss!!

        "Kenapa ngomel-ngomel?"

        Kevin membalikkan tubuhnya terkejut melihat sosok gadis cantik berambut hitam sebahu itu. Suara Dara berhasil membuat jantung Kevin serasa meloncat dari tempatnya.

        "Kenapa bisa di sini?" Tanya Kevin masih shook.

        Dara berjalan mendekati Kevin. "Kamu gak marah kan sama aku? Aku takut kamu marah."

        "Kamu mau berangkat besok pagi, tapi kamu gak mau pamitan sama aku dulu."

        Dara menatap mata Kevin sambil tersenyum pedih. "Setidaknya, peluk aku dulu sebelum pergi, Vin."

        "Kamu keberatan ya?" Tanya Dara pelan. Matanya tiba-tiba memanas melihat Kevin yang hanya diam tak bergeming.

        "Ah, lupakan!" Dara terkekeh kecil. Gadis itu segera duduk dan merapikan barang-barang Kevin yang berserakan di lantai.

        "Ini di taruh di mana?" Tanya Dara mengangkat sebuah hoodie berwarna putih kepada Kevin. Dara melipat hoodie itu kembali dengan rapi.

        Kevin meneguk salivanya kasar. Apa dia sudah keterlaluan pada gadis cantik ini?

        Melihat Dara yang terus membereskan barang-barangnya di lantai, membuat hati Kevin berdenyut sakit. Kevin menarik pelan lengan kanan Dara supaya gadis itu berdiri.

        "Kenap..."

        Pertanyaan Dara terhenti seketika karena Kevin mengenakan jaket milik cowok itu menutupi tubuh Dara.

        "Kalau keluar malam, jangan pakai baju kayak gini!" Peringat cowok itu dengan nada rendah karena Dara mengenakan baju dan celana tidur pendek.

        Walaupun Kevin tahu, Dara ke sini pasti menggunakan mobilnya, hanya saja cuaca di luar yang berangin dan dingin tidak baik bagi gadis ini.

        Kevin menarik rek sleeting jaket itu hingga menutupi leher Dara. Kemudian ia berjalan menjauh, menuju lemari kaca pojok ruangan. Kevin kembali mencari barang-barang yang ia perlukan dan ingin bawa ke Meksiko besok pagi.

        Dara menghembuskan napasnya panjang. Jujur, ia tadi sangat tegang. Walau ia tahu, Kevin adalah laki-laki yang sangat baik.

        "Kevin," panggil Dara pelan membuat kepala laki-laki itu menoleh.

        "Hm?"

        "Makasih." Ucap Dara tersenyum, karena ia sedari tadi memang menahan dingin. Ia lupa membawa jaket.

        Kevin berdiri lalu berjalan mendekati Dara sambil membawa beberapa baju kaos. Ia melihat penampilan Dara dari bawah sampai atas, Kevin geleng-geleng membuat Dara semakin gugup.

        "Santai banget ke rumah gue pakai baju tidur?" Kekeh Kevin meletakkan baju-bajunya ke dalam koper.

        Dara meringis pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tiba-tiba gatal. "Salah ya?"

        Kevin menggeleng cepat. Ia menarik tangan kanan Dara menuju balkon kamarnya. Dari situ, mereka dapat melihat dengan jelas ke arah langit yang bertaburan bintang.

        "Kamu beneran cinta sama aku kan, Vin?" Tanya Dara sambil menatap langit.

        "Iya," jawab Kevin jujur. Buat apa bohong?

        "Seberapa banyak cinta kamu buat aku?" Tanya Dara.

        "Kenapa tanya itu?" Tanya Kevin balik.

        Dara tersenyum kecil melihat bintang yang paling terang di atas langit malam itu. "Aku hanya takut, berpisah dari kamu dalam waktu yang lama buat hati kamu berubah. Apalagi kalau kamu ketemu cewek yang lebih cantik dan mengerti kamu di sana."

        Kevin menghembuskan napasnya berat. Ia melirik wajah Dara dari ekor matanya. "Coba lihat bintang-bintang itu!" Kata Kevin sambil menunjuk langit.

        "Ya?"

        "Hitung seberapa banyak bintang-bintang itu." Suruh Kevin membuat Dara mengerucutkan bibirnya sebal.

        "Mana mampu aku hitung bintang itu Kevinnn!!" Greget Dara.

        Kevin mengangguk setuju. "Sama seperti bintang yang gak bisa di hitung banyaknya, gitu juga cinta gue buat lo, Dar."

        "Gak terhitung."

        "Karena untuk berkomitmen, pasti ada luka. Dan luka itu bisa diobati dengan saling percaya."

        "Gue percaya sama lo, Dar. Lo juga harus percaya sama gue."

        "Gue benar-benar cinta sama lo. Entah dari kapan dan sampai kapan."

        Jantung Dara bergemuruh hebat. Gadis itu baper, terbukti dari suhu tubuhnya yang tiba-tiba terasa sangat panas sampai menjalar ke daun telinganya. Apa dia saja yang merasakan hal itu?

        "Jangan baper dulu!" Dengus Kevin menyandarkan tubuhnya di pagar berdinding kaca itu.

        Dara menggeram tertahan. Kevin menghancurkan mood-nya!! Ingin sekali Dara menampar bibir cowok yang sedang menatapnya itu! Tapi gak berani, gimana dong?

        Melihat raut wajah kekesalan Dara membuat Kevin mengulum senyumnya. Ia menarik pelan lengan kanan gadis itu hingga menabrak dada bidangnya.

        Kevin merengkuh tubuh Dara hangat. Bahkan cowok itu menaruh dagunya di atas kepala Dara dan mengusap-usap rambut Dara lembut. Kevin itu sangat sayang sekali dengan gadis di pelukannya ini.

        "Sekarang udah boleh baper." Bisik Kevin membuat jantung Dara mencolos seketika.

        "Kamu itu lulus test akselerasi, sayang." Bisik Kevin lagi kembali membuat Dara menahan napas. "Aku tadi cuma prank kamu, hehehe."

        "KEVINNNNNN!!!" Teriak Dara dalam rengkuhan hangat laki-laki tampan itu.

        "Ya, kenapa hm?"

•••••

Tekan bintang.

Continue Reading

You'll Also Like

14.4K 1.7K 50
H A P P Y R E A D I N G A D D T O L I B R A R Y *** (Beberapa part masik acak-acakan) Ingin aku memilikimu Ingin aku bersatu denganmu Tapi, Sebua...
97.9K 9.1K 68
[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding de...
859K 6.1K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
62.5K 2.1K 51
Ketika hati dan logika bertolak belakang Aku tidak tahu apakah rasa ini akan terus ada untuk mu,atau malah sebalik nya, tapi yang aku tahu,rasa mas...