Ada yang Memang Sulit Dilupak...

By aixora_28

1.4K 360 186

Ini kisahku. Kisah Talitha Saraswati yang bertemu seorang cowok. Duduk satu meja, dapat kesempatan nyanyi bar... More

Momen Pertama
Momen Kedua
Momen Ketiga
Momen Keempat
Momen Kelima
Momen Keenam
Momen Ketujuh
Momen Kedelapan
Momen Kesembilan
Momen Kesepuluh
Momen Kesebelas
Momen Kedua Belas
Momen Ketiga Belas
Momen Keempat Belas
Momen Kelima Belas
Momen Keenam Belas
Momen Ketujuh Belas
Momen Kedelapan Belas
Momen Kesembilan Belas
Momen Kedua Puluh
Momen Kedua Puluh Satu
Momen Kedua Puluh Dua
Momen Kedua Puluh Tiga
Momen Kedua Puluh Empat
Momen Kedua Puluh Lima
Momen Kedua Puluh Enam
Momen Kedua Puluh Tujuh
Momen Kedua Puluh Delapan
Momen Kedua Puluh Sembilan
Momen Ketiga Puluh
Outro
Momen Istimewa 1 (PoV Raga): Kebohongan Jihan
Momen Istimewa 2 (PoV Raga): Kau Cinta Pertama dan Terakhirku

Intro

140 15 31
By aixora_28

"Mungkin kamu belum bisa melupakan dia, Tha. Makanya, kamu enggak pernah bisa jalan sama orang lain. Kamu masih tidak jujur dengan hatimu sendiri. Bolehlah kamu bilang kalau kamu sudah melupakannya. Yang sebenarnya, lebih bisa dikatakan kamu masih berjuang untuk melupakannya. Jujur sama hatimu dulu, Tha. Baru kamu bisa move."

Ucapan Nuri kembali terngiang usai kami maraton beberapa film bertemakan cinta remaja dari Negeri Tirai Bambu. Entah cuma kebetulan atau Nuri sengaja mengajakku nonton film-film yang justru menyentil tentang kisah lama yang kumiliki.

Kuarahkan tatapan ke lemari kayu dengan beberapa bagian di sisi kanan dan kiri yang keropos. Lemari kayu bekas yang kubeli setelah mendapat gaji pertama sebagai seorang editor freelance. Satu-satunya lemari yang kupunya di kamar ini.

"Siapa tahu Tuhan ngasih kejutan buat kamu, Tha. Siapa tahu sebenarnya kalian jodoh. Dia juga, kan, belum menikah." Ucapan Nuri yang sedikit ngaco kembali terngiang. Wanita satu ini memang paling bisa menghibur kenelangsaan hati kawannya.

Aku sendiri mengabaikan khayalan semacam itu. Jauh-jauh hari tidak ingin berharap bahwa kami--mungkin saja--berjodoh. O, ayolah! Ini bukan film di mana scene menjadi 'Tuhan' atas takdir para pemainnya. Si tokoh pemilik cinta pertama pada akhirnya menikah dengan cinta pertamanya.

Takdir tidak semanis itu, Talitha!

Kuhampiri lemari kayu, membukanya, lantas mencari sesuatu di bagian rak paling bawah. Sebuah kotak karton berukuran 20x30 cm. Bahkan, saat memutuskan untuk merantau bersama Nuri, benda ini tidak kubiarkan tertinggal begitu saja di kampung halaman. Dengan kondisi begini, lantas aku berkelit bahwa aku sudah mengabaikan kisah itu?

"Kalau memang kamu tidak bisa mengungkapkan dengan terang-terangan, kamu berikan saja buku tentang dia. Kamu menulisnya untuk kamu berikan suatu hari nanti ke dia, 'kan?" Lagi-lagi ucapan Nuri menyentil kesadaran.

Iya, dulu aku pernah berjanji kepada Tuhan jika buku ini akan kuberikan kepadanya. Namun, keberanian itu seolah tenggelam begitu saja. Sebuah ketakutan hinggap, meski takut akan apa juga aku tidak tahu.

Takut dia marah telah kujadikan ide cerita? Sepertinya bukan.
Takut dia tersinggung karena kujadikan inspirasi? Sepertinya juga bukan.
Takut dia mengetahui semuanya?
Bukankah itu tujuan dibuatnya buku tersebut?

Tidak, tidak. Aku menulis kisah kami bukan agar dia tahu perasaanku. Tulisan ini kubuat untuk mengobati hal-hal yang tidak bisa kuraih sebelumnya. Salah seorang kawan di dunia literasi mengatakan jika menulis adalah salah satu self healing yang bisa dilakukan. Setidaknya, meski tidak menyembuhkan 100%, tetapi bisa meringankan beban yang mengimpit.

Kubuka kotak karton dan menemukan album kenangan SMA di tumpukan paling atas. Album yang mulai usang termakan waktu. Sudah berapa tahun memang? Sepuluh tahunkah? Namun setidaknya, tidak ada foto yang rusak. Semua masih tampak utuh, meski sudah agak menguning. Di bawah album kenangan, ada album kelas yang kubuat sendiri dengan perpaduan kertas jeruk, plastik laminating, dan benang. Salah satu 'mahakarya' tangan seorang Talitha. Foto-foto yang kukumpulkan dari unggahan milik teman-teman sekelas. Aku sendiri tidak banyak mengunggah foto-foto kebersamaan kami karena ponselku belum canggih saat itu. Terakhir, di tumpukan paling bawah ada buku pertama yang kuterbitkan. Sebuah novel yang menceritakan kisah kami. Bahkan, novel ini hanya aku jual ke orang-orang yang tidak mengenalku secara langsung. Hanya Nuri yang kuberi kesempatan--sebagai teman dunia nyata--untuk membacanya.

Mungkin Nuri benar. Sudah saatnya aku memberikan buku ini dan melepas semua yang tertinggal dalam dada. Apa yang terasa mengimpit, mungkin karena aku belum menuntaskan janji yang disaksikan langsung oleh Tuhan. Aku berjanji atas nama-Nya untuk memberikan buku ini.

Kuraih ponsel di atas meja kerja dan membuka akun Instagram. Satu-satunya channel yang mungkin masih bisa menghubungkan kami setelah tahun-tahun perpisahan. Aku memang tidak menyimpan nomor pribadinya sejak kami lost contact karena aku mengganti ponsel. Toh sejak dulu, kami memang tidak begitu akrab meski tiga tahun sekelas dan setahun duduk satu meja. Seperti ada benteng tak kasat mata yang menjarakkan kami.

Ga, boleh minta alamatmu yang sekarang?

Kukirim DM ke akun bernama @ragajiwa928. Semoga saja masih aktif. Seingatku, beberapa kali dia mengunggah foto dan instastory di sini. Zaman kami masih sekolah, dia punya FB, Twitter, Email, dan beberapa media sosial lainnya. Namun, beberapa tahun belakangan, akun Facebook-nya sudah jarang aktif. Yang masih sering kutemukan, ya, unggahan-unggahan di IG.

Sepuluh menit berselang dan tidak ada tanda-tanda jika DM akan segera dibalas. Lagi pula, siapa yang masih terjaga pada malam yang akan segera menyentuh dini hari begini? Talitha saja yang suka ngalong, makanya masih melek.

Kuletakkan kembali ponsel di atas meja lalu beranjak ke kasur lantai. Dua kasur lantai yang kutumpuk jadi satu agar sedikit empuk. Pernah terpikir untuk beli kasur yang lebih layak pakai, tetapi urung karena selain cukup mahal, mungkin dalam beberapa waktu ke depan aku akan kembali ke kampung halaman. Ibu tidak ada teman, sedangkan kedua adikku sudah bekerja. Satu merantau ke Sumatera dan satu lagi ke Malaysia. Bapak masih enggan untuk menetap di kampung. Katanya, beliau masih ingin mengumpulkan rupiah di ibukota untuk bekal mereka tua.

Perlahan, kantuk menyerang. Sayup-sayup kelopak mata terpejam, tetapi gagal karena getar ponsel di atas meja berhasil mengagetkan. Suaranya benar-benar keras karena tengah malam yang sudah sangat sepi.

Tumben, Tha, tanya alamat. Mau kirim undangan nikah?

Aku menahan tawa begitu balasan dari @ragajiwa928 muncul. Jika dipikir serius, tuduhannya bukan tanpa sebab. Yang terjadi setelah hari perpisahan adalah kami sibuk menjahit impian untuk menjadi manusia lebih keren. Jarang saling say hi, bahkan grup WA kelas yang dibuat untuk bersilaturrahmi saja sudah bulukan. Jika diibaratkan rumah, grup itu sudah dipenuhi sarang laba-laba dan debu yang menebal saking jarang sekali ditengok. Kalau boleh jujur, aku sendiri jarang ikut terlibat perbincangan. Sesekali saja jika waktu sedang senggang.

Aku sibuk meraih impian. Sibuk membuang hal-hal yang menyakitkan. Sibuk mencari hal-hal positif agar tidak cepat gila menjalani hidup pada zaman serba modern ini.

Iya, mau kirim undangan nikah. Datang, ya.

Ya, sekalian sajalah mencandai pria itu. Barangkali juga balasan DM ini dibaca Tuhan dan dikabulkan. Siapa tahu dalam minggu-minggu ke depan, aku menemukan pria yang nge-klik dan serius untuk berumah tangga.

Halah! Mau menerima pria lain? Tidak ingat apa jika selama ini banyak pria yang mencoba dekat, tetapi berujung diabaikan?

Ah, sudahlah, Talitha! Ngacomu makin jadi saja.

Tiga titik milik akun @ragajiwa928 di laman DM bergerak-gerak.

Kutengok jam dinding yang menempel di atas meja kerja. Menjelang dini hari dan makhluk ini masih online. Atau jangan-jangan, DM-ku yang tadi menjadi pengganggu momen istirahatnya. Duh, Talitha!

Sederet alamat muncul di balasan DM @ragajiwa928. Alamat yang tercatat di album kenangan sekolah. Ternyata, dia tidak pergi ke mana pun.

Masih alamat dulu, ya, Ga. Betah banget kamu ngendon di kampung.

Tidak perlu khawatir mencandai pria ini. Dia sosok menyenangkan yang bisa mencairkan suasana. Tidak mudah baper, bahkan tidak pernah jaim. Meski jika sudah mode serius, dia seperti mengeluarkan aura menyeramkan.

Lagian, mau pergi ke mana, Tha? Sudah ada kerjaan tetap di sini, pun aku anak bungsu yang harus jadi penjaga Ibu dan Ayah. Kedua kakakku sudah menikah dan punya rumah masing-masing. Ya, ngendon, deh, akhirnya. Wakakak

Benar juga. Dia anak bungsu sekaligus anak kesayangan ibunya--seingatku dulu dia pernah cerita begitu. Tentu saja, sebagai anak yang belum menikah lagi bungsu, kedua orang tuanya menginginkan dia tidak jauh-jauh dari mereka.

Berkah anak bungsu, Ga. He he he

Betul, Tha. Eh, iya, kirim alamatmu, deh. Takutnya, aku enggak bisa datang ke nikahanmu. Jadi, nanti kukirim saja hadiahnya, ya. Nah, kamu juga jangan lupa kirim undangan sama suvenirnya. Jadi, biar aku enggak rugi-rugi amat

Udah mah enggak dateng, enggak dapat pula suvenirnya. Ha ha ha

Aku kembali menahan tawa. Kenapa dia jadi selucu ini?

Iya, nanti kukirim sekalian suvenirnya. Centong nasi atau serok sambel? 🤣🤣

Ya, aku juga bukan perempuan yang kaku-kaku amat. Masih sedikit punya rasa humor untuk mengimbangi kerecehannya.

Ya, masa centong nasi tok? Yang bagusan dikitlah. Gelas, kek. Atau parfum gitu.

Tekorlah aku😑

Ha ha ha. Pengantin kan duitnya banyak 🤣🤣

Ya, kalau calon suamiku orang kaya tujuh turunan, Ga. Eh, tapi, ya diaminkan sajalah. Siapa tahu benar-benar dikasih jodoh yang kaya tujuh turunan.

Aamiin Aamiin Aamiin. Pokoknya tenang aja. Suvenir spesial nanti.

Siap!

Udah larut, Ga. Good night, ya. Selamat beristirahat. Maaf, loh, kalau malam-malam ganggu.

Good night too, Tha. Enggak masalah. Santai aja. Tadi rada syok aja kamu nanya alamat dan mau kirim undangan.

Akhirnya, kawanku yang satu ini nikah juga.

Aku tersenyum miris atas balasan @ragajiwa928. Kalau saja kamu tahu apa yang akan kukirimkan, mungkin segalanya akan berubah, Ga. Sikapmu ke aku akan berubah. Interaksi di antara kita juga akan berbeda. Aku merasa kita enggak akan pernah sama seperti kemarin lagi setelah kamu baca buku itu, Ga.
***

Continue Reading

You'll Also Like

4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
23.6K 1K 11
Cover by @DR E-book sudah tayang Adit merasa pencariannya selesai sudah saat wanita yang ia cintai menikah dengan kakaknya, wanita yang selama ini ia...
420K 33.1K 26
[Sebelum baca, harap follow dulu akun ini!] Alexa Queen Ladyana, gadis cantik bak Dewi Yunani yang harus kembali ke kota asalnya, untuk menjalankan s...
55.5K 7.5K 35
Series ~ New Adult "Begitu banyak ragam manusia di dunia ini Gendis, mungkin bakal banyak hal yang mengagetkanmu kelak. Aku pernah seumuranmu, seumu...