Ex Boyfriend | Jung Jaehyun

By selvimeliana

18K 1.2K 696

๐‚๐จ๐ง๐ญ๐ž๐ง๐ญ ๐ฐ๐š๐ซ๐ง๐ข๐ง๐ (๐ฌ) ; ๐๐ก๐ฒ๐ฌ๐ข๐œ๐š๐ฅ ๐ญ๐จ๐ฎ๐œ๐ก, ๐ค๐ข๐ฌ๐ฌ๐ข๐ง๐ , ๐œ๐ฎ๐๐๐ฅ๐ž, ๐š๐ฅ๐œ๐จ๐ก๐จ๐ฅ... More

PROLOG
01. Masih Tentang Liana
02. Dia?
03. Mimpi Buruk
04. Masa Lalu yang Kembali
05. Kisah Itu Sudah Berakhir
06. Berawal Tantangan
07. Hari Pertama
08. Hanya Sebatas Bertemu Lagi
09. Realita Mereka
10. Pantas Bahagia
12. Serpihan Kebenaran Tentang Aldi
13. Satu Kebenaran Lagi
14. Masa yang Berbeda
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !
15. Mereka Hanya Masa Lalu, kan?
16. Lekas Sembuh
17. Apa Damai itu Benar Ada?
18. Ending
19. Putus Asa
20. Terima Kasih
21. Reuni Masa Lalu
22. Reuni Masa Lalu 2
23. Deja Vu
24. Lunch
25. Hujan Malam Ini
26. Kenangan Masa Lalu
27. Bukan Sekedar Harapan
28. Masih Butuh Waktu
29. Tahapan
30. Tersampaikan
31. Terbalaskan
32. Bagian Masa Lalu
33. Janji
34. Menikmati Waktu
35. Lamaran
36. Terungkap
37. Happy Wedding
EPILOG

11. Galen Daumzka

257 28 18
By selvimeliana

MAU KASIH SESUATU, NIH EKHM. GANTENG BANGET KAN JAEHYUN WALAUPUN SEDIH-SEDIH GITU. SAYANG KALI SAMA NCT

JUM, AKU KENALIN SAMA CAST CERITA INI YANG BERBEDA SAMA VERSI DULU YA DI CERITA CINTA & BENCI ALANA

OKE, KITA MULAI DARI PERTAMA ADA BANG JAEHYUN NCT SEBAGAI ALDI YA

Liana

GALEN

OLIV

_-_-_-_-_


"Na, tunangan lo semangat kerja banget ya? Weekand gini aja sibuk kerja."

Liana menatap Aliya yang ternyata sedang menatap kearah lain. Lebih tepatnya kearah meja yang berselisih tiga meja dari meja yang ditempati mereka berdua. Liana menatap Galen disana sedang bersama dengan dua orang rekan kerjanya yang sama-sama berpakain rapi seperti Galen. "Jangan ditanya lagi, dia emang gila kerja."

"Tapi dia lebih tergila-gila lagi ke elo. Gak mau lepas, udah kek buntut."

Kekehan kecil dari Aliya berhasil mengalihkan perhatian Liana. Liana menatap Aliya dengan tatapan yang berubah kesal.

Kepindahan Aliya ke Jakarta, sepertinya memang tidak cukup baik untuk Liana. Lihat saja sekarang, baru saja mereka berdua bertemu setelah hampir satu tahun lamanya, tapi Aliya sudah seperti ini. Ucapan perempuan itu berhasil membuat Liana kesal.

"Kayanya, alasan lo balik itu cuma mau menistakan gue dong."

Aliya tertawa.

"Gak gitu juga, Na. Elah, gue becanda doang kok," setelah tertawa mengejek, Aliya baru meminta maaf. Akhlaknya sepertinya tertinggal di Surabaya.

Mengaduk-aduk asal jus semangka yang ada didepannya, Liana sempat membuang nafasnya kasar. "Tapi becandaan lo itu emang bener." Liana mengakuinya walaupun ia sempat kesal juga.

Galen memang sudah seperti buntutnya. Didalam rencana pertemuannya dengan Aliya di mall ini saja tidak tercantum jika Galen ikut, karena Liana sengaja mengambil waktu di hari minggu ini mengingat Galen waktu itu mengatakan jika minggu ini ia akan menemui rekan kerjanya yang cukup punya pengaruh. Liana ingin bertemu dengan Aliya dan membahas segala hal yang sudah terjadi semenjak Aliya tidak di Jakarta, dengan bebas. Tapi keinginan Liana gagal seketika setelah Galen mengetahui rencana minggunya ini. Galen dengan sengaja merubah tempat pertemuannya dengan rekan bisnisnya itu di tempat yang menjadi tempat temu antara Liana, dan Aliya. Akhirnya seperti ini, mereka berada ditempat yang sama dengan kesibukan yang berbeda.

"Banyak-banyakin sabar kalo sama Galen."

Liana mengangguk lesu. Memang tidak ada yang bisa Liana lakukan lagi selain sabar jika menghadapi Galen. "Maaf, ya rencana gibah kita jadi gagal gara-gara ini," pinta Liana penuh sesal.

"Santai kali, Na. Selain pengin gibah, gue juga pengin ketemu sama lo kok. Jadi gak papa asal bisa ketemu lo."

Liana tersenyum kecil. "Bisa kok kita gibahin lo dulu. Kalo masalah gue, kapan-kapan lagi aja."

Mereka sempat terdiam. Liana yang menunggu Aliya bercerita, sedangkan Aliya sendiri sedang memikirkan apa yang bisa dia ceritakan kepada Liana.

"Gue denger-denger, kak Bagus mau nikah."

"Serius?" Liana menatap Aliya dengan tatapan terkejut. Ia sama sekali tidak mendengar kabar tersebut, mungkin anak-anak yang lain juga belum mendengarnya.

Aliya mengangguk dengan pasti. Tidak ada tatapan sedih lagi di mata Aliya saat membahas Bagus karena memang keduanya sudah berpisah sejak lama, mereka juga sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Dan yang terpenting, mereka memang bahagia dengan hidup mereka masing-masing. "Gue kaget juga, sih dengernya. Kayanya emang belum banyak yang tau, deh jadi lo diem dulu ya sampai kak Bagus kasih tau sendiri!" pinta Aliya. Perempuan itu melahap spaghetti-nya.

"Aman, deh."

"Gue juga udah ada niatan buat nikah."

Uhuk

Liana terbatuk karena ucapan Aliya barusan sangat mengejutkannya yang tadi sedang memakan pizza. Melihat Liana sampai memukul-mukul dadanya sendiri juga membuat Aliya panik.

"Duh, Na hati-hati dong!"

Aliya tidak jadi mengambilkan gelas jus Liana karena pergerakannya kalah cepat dengan Galen yang tiba-tiba mengambil gelas jus Liana dan memberikannya kepada perempuan itu. Dua perempuan itu sejak tadi tidak ada yang menyadari kedatangan Galen.

"Minum dulu, sayang!" ujar Galen begitu perhatian.

Setelah meminum jusnya, Liana menarik nafasnya dalam-dalam. Tenggorokannya sampai terasa sakit karena terbatuk-batuk cukup lama.

"Galen, kamu udah selesai?" suara Liana sedikit terputus-putus. Wajah perempuan itu juga memerah.

"Udah. Aku tadi cuma bahas masalah sedikit, sama tanda tangan beberapa kontrak doang." Galen menepuk pelan pipi Liana yang masih memerah. "Kenapa bisa kesedak kaya tadi, hem?"

Liana melirik Aliya yang terlihat tersenyum kaku. "Itu, tadi Aliya ngomong kalo dia mau nikah. Aku ya kaget dengernya."

"Na, gue bukan ngomong gitu ya. Gue cuma ngomong udah ada niatan doang, belum jelas kapannya." Aliya meralat ucapan Liana yang menurutnya berbeda makna dengan apa yang ia maksud.

"Sama aja."

"Beda, Na!"

Galen duduk disamping Liana. "Kalo emang udah ada niat, gak usah nunggu-nunggu lagi!" nasihat Galen yang berhasil mengalihkan perhatian Liana, dan Aliya. "Kenapa? Bener, kan?" Galen yang diperhatikan pun bertanya.

"Bener, kok."

"Masih dalam pembahasan, belum tau pasti juga."

"Kesiapan emang yang paling penting." Galen berujar sambil memisahkan bawang bombay di pizza Liana menggunakan sendok dan garpu mengingat jika Liana tidak suka memakan segala jenis bawang yang dipotong baik itu sengaja ataupun tidak. Setelah satu potong pizza sudah tidak ada lagi bawang bombaynya, Galen menyodorkan potongan pizza itu kepada Liana. "Ini, makan dulu!" Galen berniat menyuapi Liana.

"Kamu sendiri gak makan?"

"Udah tadi sama rekan kerja. Kamu makan aja, abis itu pulang." Galen berhasil membuat Liana membuka mulutnya dan memakan pizza. "Apa kalian punya rencana lain lagi?" Galen melirik Liana, dan Aliya secara bergantian.

Liana menatap Aliya, begitupun sebaliknya. Dua perempuan itu seperti berbicara lewat tatap mata. Tidak ada yang menjawabnya, sampai akhirnya pizza yang dikunyah Liana sudah tertelan.

"Pulang aja deh, Gal." Liana memberikan tatapan penuh arti kepada Aliya, dan sepertinya perempuan itu mengerti karena ia mengangguk. "Percuma aja pergi lagi kalo Galen masih aja ikut," batin Liana.

Walaupun Galen tidak sebegitu posesifnya kepada Liana jika Liana pergi dengan teman perempuannya, tapi tetap saja tidak akan nyaman jika Galen ikut. Liana yakin jika Galen akan ikut lagi karena sedari awal pria itu sudah ikut. Pria itu pasti tidak akan meninggalkan Liana. Beda cerita lagi jika sejak tadi Galen tidak ikut dengannya.

"Iya, lagipula gue juga masih ada janji." Aliya ikut menimpali.

"Ya udah, abisin dulu makanan kalian!"

_-_-_-_-_

Setelah lampu merah berganti menjadi lampu hijau, Galen membelokan setir mobilnya kearah kanan bukan tetap lurus saja seperti tujuannya tadi.

"Gal?"

Galen tersenyum mendengar suara lembut Liana. Mata Galen yang sedang terlihat teduh, menatap Liana yang duduk disampingnya. Diciumnya dengan penuh kasih tangan Liana yang sengaja Galen genggam sejak tadi. "Kita ke apartemen aku dulu, ya?" Galen menyempatkan waktunya saat sedang berkendara untuk menatap Liana.

"Kenapa ke apartemen, apa kamu tinggal di apartemen lagi?"

Sebelum Galen pergi ke Kanada, Galen sudah kembali tinggal di rumah keluarganya setelah bertahun-tahun tinggal sendirian di apartemen yang ia beli sendiri. Mungkin karena sudah terbiasa hidup mandiri, jadi ketika ia tinggal dengan keluarganya justru terasa aneh. Galen tidak nyaman karenanya.

"Iya. Aku lebih nyaman tinggal sendiri."

"Padahal aku udah capek-capek bujuk kamu supaya tinggal di rumah lagi."

Baik Galen maupun Liana masih mengingat saat Liana berusaha membujuk Galen untuk tinggal lagi di rumah keluarganya. Bukan tanpa alasan Liana melakukannya, ibu Galen sendiri yang meminta tolong kepada Liana dan tentu Liana tidak biasa mengabaikan permintaan tersebut. Kata ibu Galen, beliau sangat menginginkan rumahnya menjadi tempat pulang para anak-anaknya lagi seperti dulu agar rumah bisa kembali ramai walaupun tidak seramai saat anak-anaknya masih kecil.

"Kamu udah tau aku kaya apa, tapi masih aja nurutin permintaan ibu."

"Aku gak bisa nolak permintaan ibu kamu."

Galen melirik Liana lagi. "Kamu kecewa?"

"Gak juga. Itu, kan kehidupan kamu. Kamu yang paling tau, jadi ya terserah kamu aja. Senyamannya kamu."

Galen memarkirkan mobilnya di basement bawah tanah apartemennya. Setelah mobilnya terparkir dengan rapi, Galen tidak membiarkan Liana turun sendiri. Ia membukakan pintu mobil untuk Liana seperti biasanya.

Mereka berdua berjalan dari basement dengan Galen yang terus menggandeng tangan Liana mesra. Lantai demi lantai ia lewati dengan lift yang kebetulan sejak tadi hanya berisi mereka berdua. Sampai di lantai lima, lift terbuka dan mereka berdua keluar karena apartemen Galen memang ada di lantai lima.

Baru saja keluar dari lift, Liana melihat seorang pria yang sedang berdiri membelakanginya didepan lift sebrangnya. Liana seperti mengenal perawakan dari pria itu, tapi ia juga tidak terlalu yakin. Dan ketika Liana ingin melewatinya, tiba-tiba orang itu membalikan badannya membuat mereka berdua saling tatap dan akhirnya terkejut bersamaan.

"Pak Aldi."

Galen ikut menghentikan langkahnya. Ia menatap pria yang baru saja di panggil oleh Liana. "Kamu kenal, sayang?" tanya Galen sedikit tidak suka.

Liana kelabrakan mendengar pertanyaan Galen apalagi setelah ia melihat raut wajah Galen yang terlihat kaku. Liana sampai tidak tahu harus mengatakan apa.

"Saya gak nyangka bisa ketemu kamu disini."

Komentar dari Aldi barusan justru semakin membuat Liana tidak tahu harus mengatakan apa. Pikirannya kosong seketika, benar-benar otaknya tidak mau bekerja. Ayolah, Liana bukan sedang berselingkuh, tapi kenapa suasananya seperti adegan seseorang yang tertangkap basah sedang selingkuh di sinetron yang sering mamahnya tonton?

"Liana?" panggil Aldi.

"Ah, iya pak. Saya juga gak nyangka." Liana menjawab dengan suara pelan. "Galen, kenalin dia atasan aku. Dan pak Aldi, kenalin dia Galen." Liana tentu menyadari tatapan bingung dari dua pria didepannya ini. Mau tidak mau, ia harus mengenalkan mereka berdua.

"Tunangan Liana."

Liana dibuat terkejut dengan pengakuan Galen yang langsung ke poinnya. Pria itu tidak terlihat ragu saat memperkenalkan statusnya kepada Aldi. Ia juga menjulurkan tangannya, berniat berjabat tangan dengan Aldi.

"Senang biasa bertemu." Galen kembali berujar.

Liana menatap ekspresi Aldi yang terlihat biasa saja. Pria itu hanya tersenyum simpul sambil menjabat tangan Galen. "Saya juga."

Liana fikir Aldi akan terkejut dengan pengakuan Galen, yah walaupun hanya terkejut untuk sesaat tapi itu akan sangat bermakna daripada ekspresi biasa saja seperti sekarang. Harapan Liana memang berlebihan.

Kenapa Aldi harus berbanding terbalik dengannya? Saat Liana mengetahui Aldi sudah berkeluarga saja, mampu membuatnya terkejut dan diam membisu di tempatnya. Sangat berbeda dengan reaksi Aldi sekarang. Apa alasannya karena perasaan mereka yang sudah sangat berbeda? Liana menyesal memikirkannya.

"Kalo begitu, kami duluan, pak." Liana segera membawa Galen pergi dari sana setelah mendapat anggukan dari Aldi.

Selama ini Galen tidak pernah mengetahui identitas masa lalu Liana karena Liana sedari awal memang enggan menceritakannya. Dan syukur karena Liana memilih keputusan tersebut. Jika tidak, sudah jelas berakhir hari ini juga. Liana pasti tidak diperbolehkan bekerja untuk Aldi lagi oleh Galen.

"Itu beneran atasan kamu?"

Liana menatap Galen. "Iya, Gal."

"Masih muda, aku kira udah tua."

Liana hanya bisa tersenyum kecil. Bingung menjawabnya, ia juga takut jika ia menjawab justru menjadi sumber masalah. Jadi ia lebih memilih diam saja.

"Aku gak suka, sayang."

"Gal." Liana menghentikan langkahnya. Ia menatap Galen dengan sorot sendu seperti sudah tahu apa yang akan di katakan Galen selanjutnya. "Dia cuma atasan aku aja. Dia juga udah berkeluarga. Jadi kamu jangan khawatir karna aku juga tau posisi, Gal! Kita berdua cuma ada hubungan kerja, gak akan lebih dari itu."

"Tumben banget jawaban kamu berlebihan?"

Galen mengusap lembut sebelah pipi Liana lalu pria itu membungkukan badannya untuk mengecup singkat bibir Liana yang berwarna merah ranum. Tidak sampai disitu, Galen kembali menciumnya yang kali ini bersamaan dengan sebuah lumatan.

"Jangan macem-macem, sayang!"

_-_-_-_-_

Galen membuka tirai otomatis di kamarnya yang memang lebih didominasi oleh kaca daripada dinding. Berkat tirainya dibuka, cahaya malam dari luar akhirnya masuk kedalam kamar Galen yang gelap karena lampu kamarnya dimatikan sejak sore.

Setelah menghabiskan beberapa saat untuk menatap pemandangan malam diluar apartemen, Galen akhirnya meninggalkan tempat itu dan beralih menuju tempat tidurnya. Galen berjongkok tepat disamping kanan tempat tidur. Pria itu memperhatikan Liana yang masih tidur setelah magrib sampai sekarang sudah pukul delapan malam.

Liana belum makan malam, dan Galen yang sejak tadi tidak tega membangunkan Liana akhirnya mau tidak mau harus membangunkannya. Alasannya karena setelah di pikir-pikir, Galen lebih tidak tega jika membiarkan Liana melewatkan makan malamnya.

Pertama-tama, Galen menyingkirkan rambut Liana yang menutupi wajah cantiknya. Setelahnya, ia usap lembut pipi Liana. "Sayang," panggilnya mesra. "Bangun dulu! Kamu harus makan malam," lanjutnya masih sambil mengusap lembut pipi Liana.

Liana mulai terusik tapi, tidak membuatnya merubah posisi tidurnya yang miring apalagi sampai membuka matanya.

"Setelah makan, kamu boleh lanjut tidur lagi. Jadi bangun dulu, sayang!" Galen akhirnya berdiri, ia lebih memilih duduk ditepi tempat tidur.

"Gal?"

"Bangun, ya?"

Melihat kelopak mata Liana mulai terbuka, Galen tersenyum. Karena tidak tahan dengan wajah baru bangun tidur milik Liana yang terlihat begitu cantik, Galen mencuri satu kecupan yang membuat Liana terkejut. "Ayok bangun!" Galen berdiri. Ia merentangkan kedua tangannya untuk diraih Liana.

Sempat terdiam beberapa saat, akhirnya Liana menerima uluran tangan Galen dengan lemas. Liana terduduk berkat bantuan satu tarikan dari Galen.

"Kumpulin nyawa kamu dulu!" Galen menepuk-nepuk pelan kedua pipi Liana karena mata Liana seperti akan terpejam lagi.

Liana menguap yang langsung ditutup oleh punggung tangan Galen. Punggung tangan Galen menjauh setelah bibir Liana kembali tertutup rapat. "Aku tidur lama banget, ya?" tanya Liana dengan tatapan sayu.

"Cuma satu setengah jam aja, kok dan aku rasa itu cukup buat mengistirahatkan badan kamu sebentar." Galen mengikat rambut Liana yang tergerai menggunakan ikat rambut yang selalu tersedia didalam laci nakasnya. Setelah berhasil mengucir kuda rambut Liana, Galen memijat pelan pundak Liana "Cuci muka dulu sana, habis itu makan! Aku udah masakin buat kamu." Gale memberika  tepukan pelan di pundak Liana sebelum tangannya menjauh.

"Kamu udah makan?"

"Belum, aku kan nunggu kamu."

"Kasih aku waktu lima menit aja!" Liana menunjukan kelima jarinya. Perempuan itu juga langsung berdiri.

"Terserah kamu, sayang. Aku tunggu di meja makan." Galen memberikan kecupan dipuncak kepala Liana sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamarnya.

Karena ia tadi juga tertidur bersama dengan Liana, jadi kali ini Galen memasak masakan yang mudah dan cepat saja seperti sup, ayam goreng, sosis goreng, dan ada juga telur dadar kesukaan Liana. Galen memindahkan semua masakannya itu ke meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur. Galen juga menyiapkan sendok, piring, garpu, dan dua gelas air putih untuknya, dan Liana. Setelah semuanya beres, Galen duduk disalah satu kursi sambil menunggu Liana yang belum juga turun dari lantai dua apartemennya.

Kesibukannya memasak tadi sampai membuat Galen lupa membuka ponselnya. Dibukanya benda pipih tersebut dan ternyata sudah banyak pesan, dan email yang masuk. Niatnya ingin membaca salah satu emain yang masuk tapi terurungkan karena ia mendengar suara langkah kaki. Saat dilihatnya ternyata itu memang Liana yang wajahnya sudah terlihat lebih segar dari tadi.

"Kamu masak ini semua, Gal?"

"Iya, masakan yang sederhana aja tapi, kalo kamu mau, lain kali aku bisa masakin kamu yang lebih dari ini."

"Yang kaya gini juga cukup, Gal. Kamu juga udah sering masak buat aku. Makasih, ya," senyuman Liana kali ini terlihat begitu tulus. "Sini, aku ambilin buat kamu," tawar Liana yang langsung mengambil alih piring Galen.

Galen tersenyum kecil melihat Liana melakukan hal tersebut.

"Gal, ayam gorengnya mau yang apa?"

"Yang kaya biasa aja."

Liana langsung mengambil bagian paha ayamnya yang semakin membuat Galen tersenyum karena Liana ternyata sudah hafal hal-hal kecil seperti itu.

Setelah mengambil makanan untuk Galen, lalu Liana mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Berdoa dulu, sayang!"

Mereka berdua berdoa dengan kedua telapak tangan terbuka, dan mata terpejam.

"Selamat makan, Gal."

"Selamat makan juga, sayang."

Galen melihat Liana yang memakan makanannya dengan begitu lahap membuat pria itu sangat bahagia. Liana yang terlihat bahagia bersamanya, dan Liana yang menurut padanya adalah sumber kebahagian bagi Galen.

"Enak?"

Liana mengangguk mantap. "Masakan kamu gak pernah mengecewakan, kok."

"Oh iya, Gal. Aku lupa belum ngomong ke kamu." Liana berhenti makan. Perempuan itu menatap Galen lekat. Ada sorot takut di mata Liana.

"Ngomong masalah apa?"

"Temen-temen SMA aku mau ngadain reuni. Aku mau ikut boleh?" tanya Liana ragu.

"Reuni?" beo Galen. "Kapan dan dimana?"

"Masih dibahas, Gal tapi kayanya bakalan diluar Jakarta, deh." Liana menjawabnya dengan tenang untuk kali ini. "Boleh, Gal?"

"Kalo aku larang, emang kamu mau nurut?"

"Mungkin," jawab Liana sedikit lambat, dan ragu.

"Aku gak yakin." Galen meletakan sendok, dan garpunya. "Orang luar kaya aku boleh ikut?"

"Gak tau juga, Gal." Liana tentu sudah berfirasat buruk jika Galen menanyakan hal seperti ini.

"Kamu cuma boleh ikut kalo aku juga bisa ikut," putus Galen yang berhasil membuat Liana menghela nafas berat. "Aku gak bisa biarin kamu pergi ke acara kaya gitu tanpa pengawasan aku."

"Kenapa sih, Gal?" dari nadanya, Liana marah tapi berusaha perempuan itu tahan. Galen sangat menyadarinya. "Aku cuma pengin kumpul sama mereka aja, Gal."

"Kamu masih tanya kenapa? Di acara itu kamu bisa ketemu lagi sama mantan pacar kamu itu, Na yang bahkan aku gak tau orangnya kaya apa. Aku gak suka."

"Gal, itu cuma mantan, Gal gak lebih. Itupun kisah udah lama banget. Itu cuma kisah bocah ingusan yang belum ngerti apa-apa, Gal." Liana mulai terbawa suasana. "Apa dengan aku punya kamu aja itu gak cukup buat kamu biar aku bisa sosialisasi sama temen-temen cowok aku kaya dulu lagi? Iya?"

"GAK!" Galen sampai memukul meja makan mendengar pertanyaan Liana yang seperti itu.

"Gal, kenapa kamu keras banget kaya gini, sih?"

"Habisin makan kamu aja, Na karena apapun yang mau kamu omongin, gak akan merubah keputusan aku itu!"

Liana harusnya sadar dari awal jika Galen keras kepala. Tidak mudah merubah keputusannya, apalagi jika bersangkutan dengan teman-teman pria Liana. Galen paling mengantisipasi Liana terlalu dekat dengan pria lain termasuk sahabat-sahabat Liana. Jika ada Galen, maka Galen akan sangat membatasi interaksi Liana dan teman-teman prianya, seperti contoh David yang sejak awal sudah masuk kedalam zona merah seorang Galen.

_-_-_-_-_

GALEN, HEM SEBENERNYA DIA ITU PENUH PERHATIAN. SWEET POKOKNYA LAH, MASUKNYA UDAH KE LEVEL SWEET TAPI NYEBELIN JUGA, HIHIHI 🤭

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

SEMOGA KITA BERTEMU DI PART SELANJUTNYA 🖤

BYE 👋🏻👻

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 299K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
608K 61.4K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
592K 25.3K 40
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
827K 36.1K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...