ALAVIA (TERBIT)

By nmaraa_

13.1M 1M 154K

Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Harg... More

prolog
1-Pertemuan pertama
2- Pertemuan Kedua
3- Sebuah Jawaban
4- Fitting Baju
5- Persiapan
6- Pernikahan
7- Malam Pertama
8- Perpisahan
8- Pindahan
10- Cium?
11- Cari boneka
12- Terbiasa
13- Uang
14- Malu
15- Ngambek
16- Tebar Pesona
17- Berulah
18- BK
19- Manja
20- Belanja
21- Kepiting saus tiram
22- Dalang
23- Dewa penolong
24- Pembalut
25- Ngidam?
26- Sisi baik sang ketua
27- Sholat jama'ah.
28- The Real Pertaruhan Harga Diri
29- RAZIA
30- Malming Yang Terpisahkan
31- Es Cream
32- Mengancam
33- First Kiss
34- Gugur
35- Pingsan
36- Liptint siapa?
37- Sakit lagi
38- Berdosa Sekali
39- Andai
40- Cemburu
41- Siapa dia?
42- "Sweet Girl"
43- Penyerangan
44- Milik Gue
45- Terbongkar Dan Keterkejutannya
46- Bukan Hal Sepele
47- Donor Darah
48- Only Me
49- Pergi Selamanya
50- Dia Itu..
52- Sebuah Rasa Cinta
53- Dia Menjadi Bulol?
54- Demamnya Si Es Batu
55- Apel Ibu Negara
56- Princess
57- Dua Garis?
58- Teror
59- Terungkap
60- Terungkap (2)
61- Hadirnya Kebahagiaan
62- Olivia's Birthday
63- Surprise
64- Selamatkan Dia!
65- Dia Sadar?
66- Dua Kabar
67- Kritis
68- She's Pregnant
69- Alan Hanya Butuh Olivia!
70- Akhir Dari Kisah
ALAVIA UPDATE KABAR
ALAVIA VOTE COVER
ALAVIA OPEN PO

51- Praktek

182K 14.4K 3.3K
By nmaraa_

Tap 🌟

Instagram: @alavia_story
@alanatmajaya_
@olivia.shasa

Tiktok: @iyaininara

___

Pagi-pagi Olivia sudah bangun terlebih dahulu, Sedangkan Alan yang masih tertidur nyenyak dengan memeluk erat tubuhnya dan lengan yang ia jadikan bantal sepanjang malam kemarin.

Gadis itu mengucek matanya dan beranjak dari tempatnya untuk mandi. Tentang seragam sekolah dan keperluan sekolah lainnya juga sudah disiapkan oleh Alan dari lama bersamaan dengan baju-baju Olivia.

Mungkin pagi ini ia akan keramas karena rasanya kepalanya perlu disegarkan.

Setelah mandi lengkap dengan seragam biru putihnya Olivia berdecak melihat cowok itu yang masih tertidur pulas dengan keadaan yang berbeda dari tadi, Kini Alan tidur dengan posisi tengkurap.

Tiba-tiba sebuah ide muncul dibenaknya. Olivia mengambil ponselnya yang berada diatas nakas lalu menombol kamera.

Cekrek

Olivia terkikik geli melihat karyanya yang menurutnya sangat lucu.

"Jadi pengen cubit ginjalnya," kekehnya tanpa sadar Alan telah membuka matanya perlahan.

Srett

Brukk

Tubuh Olivia terjatuh diatas dada bidang Alan yang baru saja bangun itu.

Dengan refleks Olivia memekik keras.

"Diem, Babe," titah Alan dengan suara berat dan seraknya khas bangun tidur.

Detak jantung Olivia berpacu berkali-kali lebih cepat dari biasanya, 'Sial.'

"Sana nggak?!" Olivia memberontak melawan Alan yang kekuatannya jauh lebih besar dari padanya.

Cup

Mata Olivia membulat sempurna karena melirik bibirnya yang menempel sempurna pada bibir Alan.

'Oh sial, Ini berbahaya,' batinnya menjerit ketakutan.

Alan mulai melumat bibir ranum Olivia dengan tangan yang melingkar ditubuh gadis itu.

Cklekk

Gio, Marga, Dan Samudera membuka pintu kamar Alan tanpa mengetuk karena sudah menjadi kebiasaan mereka seenak jidat masuk keluar kamar Alan, Padahal sudah mempunyai kamar masing-masing.

Ternyata kedua insan tersebut larut dengan ciuman mereka hingga belum menyadari akan hadirnya ketiga makhluk biadab itu yang melototkan matanya dan jangan lupakan mulut mereka yang sudah menganga lebar.

Marga berjalan mendekat dengan langkah sangat hati-hati dan mengisyaratkan kedua temannya untuk diam.

"ASTAGHFIRULLAHHALADZIM?!!!!!" pekik Marga kencang dan tidak mengada-ada.

Olivia dan Alan yang sadar pekikan seseorang langsung menjauhkan tubuh mereka masing-masing dengan perasaan yang sangat canggung.

Marga menarik tangan kedua temannya yang masih berada diambang pintu.

"ALAN UDAH GAK PERJAKA ANJROTT!!!" pekiknya melihat bercak darah yang tercetak di sprei putih yang kebetulan sudah jatuh dilantai, Ah jangan lupakan kasur mereka yang terlihat berantakan akibat tadi malam Olivia yang grusak-grusuk tidak bisa tertidur.

Gio dan Samudera sama-sama menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Ck, Ck, Ck," decaknya kagum.

"Pantesan tadi malam kita denger ada yang terak-terak ternyata ini biang keroknya," Gio manggut-manggut dengan tangan yang memegangi dagunya.

"Ck, Gak nyangka gue," decak Samudera tidak percaya.

"WOW, OLIP JUGA KERAMAS TUH!! FIX TEBAKAN KITA BENER," teriak Gio heboh sambil memukul-mukul lengan Samudera.

"Setan, Sakit!!" Samudera menepis kasar tangan Gio yang memukul-mukuli lengannya.

Olivia rasanya ingin menghilang saja dari bumi, Ia sangat malu sekali dengan semua ini, Apalagi ciuman itu, Arghhh. Bisakah ia menyelam dari bumi sekarang?

"Selamat ya bro, Selamat melepas keperjakaan lo pada tanggal berapa nyet kemarin?" Gio menarik paksa tangan Alan untuk berjabat tangan dengannya.

"20 Oktober 2021," jawab Samudera antusias.

"Selamat melepas keperjakaan lo pada tanggal 20 Oktober 2021 ya bro, Doain gue cepet nyusul," lanjut Gio terkekeh-kekeh.

Alan yang sudah menahan amarahnya dari tadi langsung menghempas kasar tangan Gio yang masih berjabat tangan dengannya itu.

"SAKIT, GILA LO!!"

Dengan tangan yang mengepal Alan mencekik kuat leher Gio membuat cowok itu memukul-mukul lengan Alan yang bertengger dilehernya.

"H-he-eh t-tolo-ong!!"

Olivia yang masih kikuk langsung menghampiri Alan dan memukul-mukul lengan cowok itu dengan sedikit berjinjit.

"ALAN BISA MATI DIA!!" Samudera ikut-ikutan memukul-mukul lengan Alan.

Begitu juga dengan Marga yang menarik badan Gio agar terlepas dari cekikan maut Alan.

Akhirnya Alan melepaskan tangannya dari leher Gio yang terlihat sangat merah.

"Huh huh huh," Gio dengan rakusnya menghirup udara disekitar.

"G-gila lo, Huh," ujarnya tersengal-sengal.

"Bi-isa jadi gue t-tadi ekk," Gio memeletkan lidahnya dan mata yang tertutup mengisyaratkan seperti orang mati dengan nafas yang masih belum teratur.

"Kalian bertiga pergi sebelum gue bertindak lagi!!!!" suruhnya tajam membuat mereka bertiga berlari keluar kamar luas Alan.

"Lo apaan sih?! Gak usah main tangan bisa gak sih? Tanpa lo sadari hal itu bikin gue takut sama lo," Olivia menatap tajam cowok didepannya itu.

"Maksud lo?"

"Lo itu suka main kasar, Gue takut kalo suatu saat lo juga bakal kasar sama gue," Olivia mengeluarkan isi hatinya sejujur-jujurnya dengan menunjuk-nunjuk Alan.

Alan menghela nafas panjang, Ia menarik Olivia kedalam pelukan hangatnya yang membuat cewek itu meronta-ronta.

"Gak, Gak akan gue biarin diri gue sendiri nyakitin lo," bisiknya membuat Olivia berhenti memberontak.

"Kalo lo bohong?"

"Apapun boleh lo lakuin."

Olivia tersenyum dibalik dada Alan dan ikut membalas pelukan hangat cowok itu.

'Tapi, Gue gak bisa janji, Gue takut buat janji palsu yang nantinya bakal nyakitin lo. Gue gak mau itu terjadi, Semoga hubungan kita bakal baik-baik aja kedepannya, Selamanya..'

•••

"Alan pak, Alan mah jadi pengantin laki-nya pak!!" teriak Marga mengangkat tangannya tinggi-tinggi yang langsung ditatap tajam Alan.

"Eh kalo gitu gue aja ya yang jadi pengantin perempuannya."

"Gak gue!"

"Gue aja anjir!"

"Apasih orang pertama udah gue!"

"Saya yang pilihkan!" final pak Harry karena cewek dikelas ini tidak berhenti-hentinya debat merebutkan calon untuk praktek ini.

"Oke, Baik, Kita siapkan sekarang agar bisa praktek."

...

"Karena kamu tidak membawa buku, Ibu hukum kamu mengikuti praktek tamu undangan kelas sebelah!!

"Ha?"

Olivia dipaksa berjalan menuju kelas yang katanya mengadakan praktek itu, Ia mematung melihat panggung yang terbuat dari meja yang ditumpuk-tumpuk sudah berada didepan.

"Ya, Gapapa-lah, Lan, Lo juga kan udah pernah nikah, Udah ngen malah," bisik Marga meyakinkan Alan yang keras kepala tidak mau dijadikan pengantin cowok.

"Sialan lo, Mau gue cekik leher lo?" geram Alan tajam. Sejak kejadian tadi pagi mereka tidak berhenti mengolok-olok Alan dan Olivia sudah ngen kata mereka.

Apa itu ngen? Saya masih polos..

"Santai, Santai, Ngegas mulu anjerr," gerutu Marga berdecak kesal.

"Tapi, Lo mau-kan? Cuma bentar aja Lan."

"Gak," jawabnya ketus.

"Gue traktir deh."

"Gue gak miskin."

"Terus lo mau apa, Setan, Capek gue," gemas Marga.

Setelah lamanya membujuk Alan dan penuh perjuangan Marga, Edgar, Gio, Samudera akhirnya bernafas lega karena Alan menyetujui untuk menjadi bahan praktek kali ini.

"Lo pada kalo sampe cewek gue tau abis lo! ancamnya dengan mata tajam. Marga DKK hanya tersenyum menggoda mendengar Alan yang mengakui Olivia ceweknya.

Sedangkan Edgar yang sudah membaik itu hanya diam melihat pertengahan kedua temannya, Biarlah ia sedang berusaha move-on. Lagipula tadi ia juga sempat berbicara empat mata dengan Alan untuk menyelesaikan masalah ini.

^Flashback on^

"Gue sebenarnya gak mau sama dia, Gue gak tau kalo orang yang lo suka itu orang yang udah gue miliki, Lagian lo gak terlalu terbuka sama anak-anak. Dan, Lo juga tau prinsip gue yang udah jadi milik gue, Bakal jadi milik gue selamanya," tekannya panjang lebar, Ah mungkin ini pembicaraan paling lebar Alan sekarang.

Edgar hanya diam sambil menatap mata elang didepannya, Rasanya memang ia harus mengalah tetapi disisi lain ia masih sangat berharap pada gadis itu, Gadis incarannya sejak dahulu.

Ia mengulas senyum tipisnya dibalik senyuman kecut, "Gue harap dia bahagia walaupun bukan sama gue."

Alan berdehem lalu balik menatap Edgar yang juga menatapnya, "Maafin gue, Gue ngerasa udah jadi perusak hubungan lo."

"Ketua gue ngomong maaf?" kekehnya disertai tawa ringan.

Alan mendengus kesal, "Gue serius."

Edgar meredakan tawanya, "It's okey, Gue bakal usaha move-on. Selagi dia baik-baik aja gue gak akan bertindak dan sebaliknya," Edgar menepuk bahu Alan lalu pergi begitu saja meninggalkan Alan dengan pertanyaan di kepalanya.

'Semoga lo bisa dapetin cewek yang lebih dari Olivia gue.'

^Flashback off^

Edgar tersenyum mengingat pembicaraannya dengan Alan, Walau hatinya masih terluka tetapi ia harus berusaha mengikhlaskan. Jelas-jelas Olivia sudah ditakdirkan untuk Alan bukan dirinya.

"Ayo woii!" lamunan Edgar terhenti karena tepukan dipundaknya.

"Gue tamu nih?" tanya Edgar menunjuk dirinya sendiri.

"Iya sama Gio, Gue penghulu, Sam walinya," ujar Marga mendahului menuju panggung ala-ala.

"WOHOOOOO!!"

"Bagaimana para saksi?"

"SAHHHHHHH."

Marga dengan sok-sokan membacakan doa yang ia sendiri tidak tau doa apa hanya menggerakkan mulutnya dengan tangan yang mengadah.

"Assjjajkajagagqyquiqkqmanbzajoq."

"Lo doa macam apa tolol?" tanya Gio tidak habis pikir.

"Doa selesai," ucap Marga akhirnya.
"Selamat kalian telah menjadi pasangan suami istri, Silahkan bertukar cincinnya," titahnya tersenyum lebar.

"WOHOOOOOOO!!" teriak anak-anak kelas heboh.

"Kok cocok anjrit, Padahal-kan Alan buat gue!"

"Kalah saing tuh."

"Kampret lo, Jangan bikin gue overthinking kali."

"BURU PASANG CINCINNYA!!"

Alan menatap tajam Marga yang hanya menyengir membuat semakin ingin meledak.

Ternyata dibalik pintu yang terbuka telah ada Olivia yang sedari tadi dari persiapan sampai sekarang.

"Kenapa sesakit ini?" gumamnya.

Entah kenapa hatinya ikut sakit mendengar pengakuan lantang Alan walau ini hanya sebuah praktek, Rasanya hampir seperti nyata yang seolah Alan menduakan dirinya dan menikah kembali dihadapannya tanpa meminta izin padanya.

"Kenapa Olivia?" tanya wali kelas Olivia yang dari tadi di samping Olivia. Guru itu tadi mendengar gumaman pelan Olivia yang dirinya tidak mengerti.

"Oh, it's okay, Bu," dirinya ingin pergi dai tadi namun, Ia dihukum dan sialnya pula wali kelasnya juga tidak pergi-pergi dari sini agar Olivia bisa lepas dari hukuman. Katanya gurunya juga ingin melihat praktek nikahannya. Sangat norak.

"Ayo masuk," guru itu mengajak Olivia masuk yang masih kaku bergerak.

"I-iya."

"Pak, Murid saya jadi tamu ya pak, Kebetulan saya hukum."

"Iya-iya sok atuh," guru itu dengan senang hati menerima karena semakin banyak semakin pula menyenangkan.

Olivia berjalan menuju panggung ala-ala itu dengan wajah datar seperti setengah mati.

Sedangkan Alan belum menyadari keberadaan gadis itu karena gadis disampingnya sibuk bergandengan lengannya manja membuatnya harus menyingkirkannya. Huh, Alan sangat muak.

Edgar, Marga, Gio, Samudera sudah ketar-ketir sejak Olivia datang disini karena mereka sudah mendapat peringatan.

"Sial, Olivia tau, Gue mati digebukin Alan anjir," gerutunya ketakutan.

"Mati lo, Gak ikut-ikutan," sanggah Samudera bergerak mundur diikuti Edgar dan Gio.

"Kampret, Kalo kayak gini pada mundur basi ah."

"Ah ah ah ah ah," ceteluk Gio menirukan Marga yang langsung mendapat tonyoran empuk ketiga temannya.

"Selamat ya, Semoga tidak langgeng," ujar Olivia memelankan kata 'Tidak' membuat cewek yang berada di samping Alan tidak mendengarnya tetapi berbeda dengan Alan yang mudah menangkap gumaman itu.

'Sialan, Mati lo semua,' batinnya menatap ketiga temannya yang sudah was-was disana. Firasatnya memang bener, Gadis itu ternyata tau.

"Makaasihh Olivia, Baik deh, Doain juga gue bisa nikah gini lagi sama Alan secara resmi bukan praktek ya," celetuk cewek itu tersenyum sumringah.

"Emm...Gak mau deh kayaknya,"  mata Olivia menatap mata Alan yang juga menatapnya.

"Hah? Kenapa?"

Dengan kekesalan yang memuncak Olivia berjalan hingga dirinya tepat didepan Alan dan langsung menginjak kaki Alan kuat-kuat.

"Arghh," erangnya pelan.

Olivia pergi dari sana dengan rasa marah yang membuncah, Wajahnya juga mendominasi dirinya benar-benar Marah.

Alan langsung berlari mengejar Olivia sebelum itu ia sempatkan memberi aba-aba pada keempat temannya dengan menggerakkan tangannya ke lehernya.

Srettt

Seakan mati.

•••

"Ini cuma praktek," bujuk Alan berulangkali.

"Ya," jawab Olivia sangat singkat dengan pura-pura menyibukkan diri membaca buku ditangannya. Ya, Mereka saat ini berada di perpustakaan.

Alan melihat sekeliling perpustakaan yang sepi membuat bergerak lebih dekat dengan Olivia. Cewek itu menatap sebal Alan lalu hendak menjauh tetapi lengannya sudah dicekal terlebih dahulu.

"Jangan deket-deket, Gue gak mau orang-orang curiga."

Alan menghembuskan nafasnya, "Berapa kali gue bilang, Ini cuma praktek."

"Gue tau."

"Terus ngapain marah?"

"Gak marah--"

'Cuma sebel,' lanjutnya dalam hati.

"Yaudah." Alan melengos dari sana meninggalkan Olivia yang rasanya ingin menangis. Cewek itu menghentakkan kakinya kesal.

Alan mengulas senyum tipisnya lalu berbalik badan yang langsung disuguhi Olivia yang sudah berkaca-kaca. Ia berjalan mendekat.

"Kenapa, Hm?"

"GUE TUH CEMBURU, LO BODOH BANGET TAU GAK?!" bentakan yang sempat tertahan itu terkeluar-kan tanpa ia sadari bersamaan dengan air mata yang menetes.

Alan diam-diam mengulum senyuman manis yang belum pernah ia perlihatkan pada orang-orang selain dia, Gadis manis miliknya itu.

Grepp

Alan menarik Olivia masuk dalam pelukan hangatnya dengan senyum yang belum memudar bahkan yang tidak disadari gadis itu.

"Jahat," lirihnya balas memeluk Alan.

"Ini saatnya ngasih tau dunia kalo lo cuma milik gue."

TBC...


Komen untuk next!

Komennya tembusin sampe ribuann!!

21/10/21
21.24

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 291K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.3M 108K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
157K 26.4K 37
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
6.6M 332K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...