Rintik Hujan

By luxcy-Aqueen

1.5M 156K 12K

(SADNESS STORY⚠️) SUDAH TERBIT Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta y... More

Prolog
1_Telat_
2_Kantin_
3_Bercak Darah_
4_Hujan_
5_Tunangan_
6_Ara_
7_Pulang Bareng_
8_Semakin Parah_
9_Kecewa_
10_Pukulan_
11_Hukuman_
12_Amarah Alan_
13_Baikan_
14_Adit_
15_Kepercayaan_
16_Membingungkan_
17_Sel Abnormal_
18_Mau Mati?"
19_Tumor Otak_
20_Kembali_
21_Cium?_
22_Perkara Ujian_
23_Luka_
24_Menginap_
25_Pertengkaran_
26_Mama_
27_Ruang BK_
28_Kebenaran_
29_Panik_
30_Terungkap_
31_Keluarga yang tak lagi utuh_
32_Om Baik_
33_Perasaan yang tak lagi sama_
34_Emosional_
35_Dokter Gibran_
37_Tangis Air mata_
38_Semesta yang tak pernah adil_
39_Short time_
40_Moment_
41_Terungkap 2_
42
43_Masa lalu_
44_Teruslah Bertahan_
45_Ancaman_
EPILOG? Peluk Mereka?
Info TERBIT!
Vote Cover yuk!!!
Tanggal PO
CO NOVEL RINTIK HUJAN

36_Kebencian_

25.7K 3.1K 374
By luxcy-Aqueen

Playlist, BCL - Cinta Sejati

Maaf ya vren baru bisa update sekarang padahal kemarin janjinya untuk double up, tapi ternyata ada problem sedikit.

Jangan lupa vote and spam komennya di setiap paragrafnya vren ✨ udah double up loh!!!

Happy Reading




Arga termenung di kursi ruang tunggu ICU. Ia sudah mendengar semua penjelasan dari Ira.
Bahwa kondisi Ara saat ini sangat buruk dan harus secepatnya mendapatkan donor jantung.

Ira juga mengatakan padanya bahwa pertunangan mereka yang seharusnya terlaksana Minggu ini harus tertunda hingga kondisi Ara memungkinkan.

Arga mengacak rambutnya kasar. Terlebih lagi Alan belum memberi kabar sama sekali

Tidak peduli apapun resikonya Arga tetap tidak ingin menjalankan pertunangan ini.

Mungkin ia bisa berbicara baik-baik dengan Ara saat gadis itu sudah sadar.

•••🌧️•••

Ting!

Tubuh Tania menegang saat melihat sosok masa lalunya yang ada di dalam lift.

Hal itu juga tak jauh berbeda dengan Adit yang juga kaget melihat keberadaan Tania di rumah sakit ini terlebih lagi dia mengenakan jas dokter.

Tania berusaha meyakinkan dirinya, ia tidak ingin menghindar lagi. Lagipula cepat atau lambat ia kan bertemu dengan keluarga masa lalunya.

Keadaan di dalam lift terasa begitu canggung. Sedangkan mulut Tania sudah begitu gatal untuk bertanya mengenai perihal anaknya.

"Bagaimana kabar Alan?"

Akhirnya setelah berdebat antara hati dan pikiran Tania berhasil mengeluarkan suaranya.

Adit melirik Tania, kemudian mendengus.

"Bukankah kamu telah membuang mereka?"

Ting!

Pintu lift terbuka, segera Adit melangkah keluar. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Bagaimana dengan Ana?"

Adit mengepalkan tangannya lalu berbalik. "bukankah kamu sudah tidak menganggapnya sebagai anak lagi? Heh!"

Tubuh Tania membekuk, itu benar. Namun setelah mendengar penjelasan dari Bu Nani hatinya cukup terombang-ambing.

Tania mengepalkan tangannya. "Bukankah kamu gak jauh sama dengan saya? Kamu selalu menyiksa Ana, membuatnya menderita bukan?!" Tanya Tania berjalan mendekati Adit.

"Kita adalah orang tua yang sama buruknya!"

"Saya melakukan itu karena dia memang pantas mendapatkannya. Seorang anak yang lahir dari wanita yang berhubungan badan dengan laki-laki lain."

Setelah mengatakan itu Adit segera berlalu karena ada urusan yang lebih penting baginya. Meninggalkan Tania yang menggeram kesal.

"Dokter Tania!"

Tania menoleh saat ada yang memanggilnya.

"Dokter?"

Gibran tersenyum, ia mengulurkan tangannya.

"Saya Gibran, dokter spesialis kanker."

Tania menerima uluran tangan Gibran.
"Tania, spesialis saraf."

"Ada apa sampai dokter Gibran menemui saya?" Tanya Tania heran.

"Saya hanya ingin bertanya, besok jadwal dokter kira-kira padat atau tidak?"

Tania tampak berfikir kemudian mengecek dokumen yang ia ambil dari meja administrasi tadi.

"Sepertinya tidak. Memangnya ada apa dok?"

"Jadi besok salah satu pasien saya ingin berkonsultasi mengenai sel-sel sarafnya. Saya khawatir apa yang saya duga itu benar adanya."

Tania tampak mengangguk, "bisa, nanti bawa saja pasien dokter menemui saya."

"Baik dok, terima kasih dan maaf telah menganggu waktunya. Saya permisi." Ujar Gibran masih dengan senyuman yang merekah di wajahnya.

Tania mengusap tengkuknya, lalu berjalan kembali menuju ruangannya.

•••🌧️•••

Adit mengendarai mobilnya menuju suatu tempat.

Ia telah menyuruh anak buahnya untuk mencari Ana. Dan aalah satu dari mereka telah memberi tahunya bahwa Ana berada di sebuah taman.

BRAK!

Adit keluar dari mobil, menatap ke sekitar taman yang

"Tuan."

Orang suruhan Adit menghampirinya dan menyambut nya.

"Mereka ada di sana tuan." Tunjuk orang itu.

Dengan langkah tegas, Adit menghampiri dua orang yang tengah menikmati kesunyian malam.

"Ana!"

Si pemilik nama menoleh ke asal suara. Adit dapat melihat bahwa tubuh gadis itu memegang, saat melihat kehadirannya.

Namun tubuh yang memegang itu perlahan-lahan rileks karena ada sebuah tangan yang menggenggam nya seolah bahwa ia akan aman bersamanya.

Ana menatap sejenak raut wajah Alvian yang mengeras menatap tajam Papa nya.

"PULANG!" Ujar Adit penuh nada perintah.

"Dia gak akan pulang om!"

Adit menaikkan alisnya. "Memang siapa kamu berani mengambil keputusan?"

"Siapa saya itu gak penting! Karena Ana akan pulang sama saya!"

Ana hanya diam menyaksikan kedua pria yang berbeda umur itu.

Ia dapat melihat nada keseriusan setiap Alvian mengeluarkan ucapannya.

Alvian segera menarik tangan Ana untuk pergi dari tempat itu.

"Ana! Papa bilang pulang!"

Alvian menghentikan langkahnya. Ia menatap Adit dengan tatapan mencemooh.

"Papa? Bukankah di sekolah om mengaku sebagai wali dari murid lain? Heh!"

Ana dapat melihat jelas kilat amarah yang terpancar di mata Adit.

"Ana gak mau pulang! Buat apa Papa cari Ana?" Tanya Ana sinis.

Tiba-tiba sekelompok orang bertubuh besar bermunculan mengelilingi area taman ini. Membuat Alvian menatap sekelilingnya waspada.

"Pilih cara halus atau kasar?" Tanya Adit dengan nada rendah namun terdengar mengerikan.

Ana tampak bingung. Jika ia melawan ini akan berakibat fatal untuk mereka berdua tapi jika Ana menurut ia tidak yakin dengan keselamatan.

Aura yang Adit keluarkan begitu kental tidak seperti biasa.

"Psychopath tua bangka!" Maki Ana.

Adit melonggarkan dasinya. "Bawa anak itu ke sini!"

"Baik tuan!"

Alvian segera menarik tangan Ana untuk tetap meninggalkan tempat ini.

Bugh!

Tanpa mereka sadari seseorang memukul keras pundak Alvian dengan tongkat baseball.

Membuat Alvian tersungkur di tanah. Ia meringis merasakan sakit di bahunya.

Saat Ana ingin menolong Alvian, tubuhnya sudah lebih dulu di tarik menjauh.

"ALVIAN!" Teriak Ana yang terus berusaha memberontak.

"Shit!"

Alvian mencoba bangkit untuk melawan mereka semua walau itu terdengar mustahil.

Saat ia ingin melayangkan sebuah pukulan. Dari arah belakang ada seseorang yang mencekik 3 menggunakan tali tambang.

Tak kehilangan akal. Alvian menendang tubuh seseorang yang mencekik nya.

"Kasih bocah itu pelajaran! Tapi ingat jangan sampai dia mati!"

Setelah mengatakan itu pada salah satu anak buahnya. Adit melangkah menuju mobilnya.

Alvian berhasil merebut tongkat baseball dari seseorang yang memukulnya.

Ia melayangkan pukulan keras pada seseorang yang mencekiknya.

Bugh!

Alvian kembali tersungkur, ia memegang perut nya dan menyeka darah yang keluar dari ujung bibirnya yang sobek.

Saat ia ingin kembali menyerang. Tubuhnya sudah lebih dulu mendapatkan sebuah pukulan dari belakang dan tendangan pada ulu hati.

Ia sama sekali tidak mendapatkan celah untu menyerang balik, karena lawannya terlalu banyak.

"Ukuhk!" Alvian mengeluarkan darah dari mulutnya. "Ugh!"

Saat ia mencoba bangkit kembali. Ia mendapatkan tendangan keras pada rahangnya dan merasakan sesuatu yang menghantam kelapa nya.

"Ana." Sebelum ia sepenuhnya kehilangan kesadaran. Alvian sempat memanggil nama Ana seolah mobil yang membawa sahabatnya itu akan berhenti.

•••🌧️•••

BRAK!

Adit berjalan cepat menuju ke sisi pengemudi, dan membuka pintu mobilnya secara kasar.

Duk!

"Akh!" Pekik Ana, yang mendapatkan tarikan kuat pada rambutnya dan dahinya yang kepentok pintu mobil.

Adit menyeret tubuh Ana dengan menarik kuat rambut gadis itu.

"ARGH!! BANGSAT!" Maki Ana saat tubuhnya di tarik seperti binatang.

Ia dibawa masuk ke sebuah rumah yang terlihat asing baginya. Ana juga melihat begitu banyak pelayan yang memberi hormat pada Adit saat pria itu memasuki rumah ini.

BRUK!

Adit menghempaskan tubuhnya di lantai.

Ana mengepalkan tangannya erat. Mencoba mengatur nafasnya.

"SIALAN! EMANG ANA APA?! BINATANG? ANA MANUSIA PAH!" Teriak Ana keras.

Entak kemana perginya para pelayan tadi yang menyambut dirinya dan Adit. Menyisakan mereka.

Plak!

Wajah Ana tertoreh ke samping, saat menerima tamparan keras dari Adit.

Ia menyeka darah yang keluar karena tamparan Adit.

Ana mendongak menatap Adit yang sedang berkacak pinggang, dengan nafas yang memburu.

"Kenapa lagi Pah?"

Adit menunduk menatap wajah Ana. Seketika sekelebat bayangan wajah Tania lah yang muncul, membuat amarah Adit semakin memuncak.

Ia menarik tubuh Ana untuk berdiri dan memukul kuat rahang Ana.

"Gara-gara kamu Ara masuk rumah sakit!"

Bugh!

Adit menendang perut Ana membuatnya mengeluarkan darah dari mulut.

"Gara-gara kamu dia keadaannya kritis!"

Kali ini Adit menendang kepala Ana, dengan kakinya.

"Tangan ini yang udah buat putri saya sekarat!"

Ia menginjak kuat lengan Ana hingga terdengar bunyi 'krek!'

"ARGGHHH HAHAHAH." Teriak Ana yang seketika berubah menjadi suara tawa yang begitu menyeramkan.

"Bentar lagi dia mati." Ujar Ana dengan lantang, dengan suara tawanya yang begitu mengerikan.

Perkataan Ana jelas membuat Adit tersulut emosinya. Matanya beralih menatap sebuah guci berukuran sedang.

"SEHARUSNYA KAMU YANG MATI!"

Adit mengangkat tinggi-tinggi guci itu dan membantingnya di atas tubuh Ana.

Namun sebelum guci itu meluncur di tubuhnya, Ana segera melindung kepalanya.

PRANG!

Pecahan keramik berhamburan di sekitar tubuh Ana. Membuat beberapa bagian yang mengenai pecahan keramik itu mengeluarkan darah.

Ia berjongkok dan menarik tubuh Ana. Ia mencengkram kuat rahang gadis itu.

"Seharusnya kamu yang ada di posisi itu!"

Ana mendongak menatap Adit sengit. Ia meraih serpihan keramik dan menggenggam nya erat.

CRASH!

Mata Adit melotot saat sesuatu menancap di tangannya.

"PAPA NGOMONG KAYA GITU SEOLAH-OLAH ANA GAK PANTAS UNTUK HIDUP!" Teriak Ana dengan lelehan air matanya.

"Anak dan ibu sama saja!"

"Sejak kapan? SEJAK KAPAN ANA PUNYA IBU?! DAN KENAPA!? KENAPA HARUS ANDA YANG MENGHIDUPI SAYA?!!!"

"Anak kurang ajar!" Maki Adit.

"IYA! ANA EMANG KURANG AJAR! Sejak kecil Ana emang kurang aja! Kenapa gak suka?"

"Gak usah sok! Seolah-olah anda yang mengurus saya, seolah-olah anda yang mengasuh saya!"

PLAK!

Geram, itu yang dirasakan Adit. Ia menginjak kepala Ana dengan keras.

"MATI KAMU!"

"Psychopath gila!" Maki Ana lirih.

Adit menarik paksa tubuh Ana menuju kolam renang.

"Jangan pernah kamu usik kehidupan saya dan keluarga saya! Kamu hanya benalu yang lahir ke dunia ini!" Ujar Adit menatap wajah Ana yang penuh luka lebam dan darah dengan benci.

Sakit! Itu yang Ana rasakan, lebih sakit atas luka-luka yang dia dapat di seluruh tubuhnya.

Bahkan ia tidak pernah meminta untuk terlahir ke dunia. Sekarang ia sadar bahwa hidupnya memang benar-benar tidak di inginkan.

Ia terkekeh. "Gak usah takut! Bentar lagi gue juga mati!" Ujar Ana dengan air mata yang semakin membasahi wajahnya.

"Jauhi Arga karena dia sudah saya jodohkan dengan Ara!"

Seketika Ana merasakan sebuah batu tak kasat mata yang menghantam keras dirinya.

Byur!!!

Perlahan-lahan Ana merasakan tubuhnya yang tengelam menuju dasar kolam dengan dinginnya air yang menusuk hingga ke tulang.

Ia tidak tahu, ia hanya merasakan dunianya benar-benar hancur saat ini.

"ARGGHHH!" Jerit Ana di dalam kolam.

Ia sudah gagal dalam perihal keluarga, dan ia kembali gagal dalam perihal hati. Sepertinya semesta begitu jahat padanya.

•••🌧️•••

"Uhuk!"

Ana terbatuk mengeluarkan air yang sempat tertelan olehnya. Ia menatap ke sekitar, tidak ada siapa-siapa.

Mengapa ia bisa berada di tepi kolam, sedangkan tadi ia merasakan bahwa tubuhnya sudah sepenuhnya tenggelam hingga dasar kolam.

Siapa yang menolongnya? Persetan siapa yang menolong.

Seketika Ana teringat atas perkataan Adit.

"Benalu? Cih!"

Ia beranjak untuk segera meninggalkan kediaman ini. Ia sempat melihat sebuah frame foto keluarga yang terlihat bahagia? Mungkin itu keluarga barunya.

Ana berjalan mendekati frame itu dan meraihnya.

"Semua yang gue punya, direbut sama dia! Terlihat begitu kejam karena semesta memberinya kebahagiaan." Ujar Ana menatap benci keluarga yang terlihat bahagia itu.

PRANG!

"LO GAK PANTAS UNTUK BAHAGIA RA!" Ujar Ana dengan dingin dan menginjak frame itu dengan kaki telanjang, membuat kakinya terluka akibat pecahan kaca.

Ana melangkah meninggalkan kediaman itu dengan kebencian yang begitu kental.




TBC

Malam vrenn!!! Jangan lupa vote and komen nya yaa yang buwanyakkkk!!!!

Cya tunggu✨🎉

Follow akun Cya yaa
Second account luxcyeraa

Follow Instagram
@arga.adpt
@anandira.shta
@alvian.prsty
@luxcyera

See u next part ❤️
Sayang kalian banyak-banyak 🎉❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 116K 44
[SUDAH TERBIT + PART TIDAK LENGKAP] "Lo jadi Mamanya, gue jadi Papanya. Gimana?" -Rasen "Nggak sudi! Kalau pun iya, nih anak nggak akan mau punya Bap...
8.8K 1.2K 54
[ Novel Terjemahan China-Indonesia/No Edit ] 麻烦!欧爷圈养的小鲛人怀崽跑了 Penulis: 季雪意 Genre : Romance, Fantasy Status : 244 Chapters (Completed) Ou Zun menyelam...
3M 155K 55
"Mau apa kamu?" "Kamu hanya anak pembawa sial, jangan coba-coba cari perhatian di depan saya, karena saya tidak peduli" "APA KAMU BELUM CUKUP MERENGG...
30.8K 4.7K 43
Galvaska dalam bahasa Latvia disebut Tengkorak. Lanjutan Mission X. Dapat dibaca terpisah. _____________ Semua tokoh, adegan, kejadian, dan semua h...