"Nggak boleh marah-marah kaya gitu." Suara itu membuat Moza menoleh. Ia menganga seperti orang bodoh setelah melihat sosok dihadapannya.
*****
"Kiara?" Senyum terukir di wajah Moza. Dengan cepat ia menghampiri wanita yang dinantinya selama ini.
"Maafin aku ya, Ra." Dengan wajah terharu Moza memeluk Kiara.
Cup!
Kening Kiara diciumnya dengan lembut. "Udah?" Tanya Kiara.
Moza mengangguk. "Ini berkas yang bapak minta." Ucap Kiara.
Sreett...
Prakk...
Bukannya mengambil berkas yang disodorkan Kiara, Moza malah menarik pinggang Kiara hingga tubuh keduanya saling menempel. "Za...be...berkasnya jatuh,"
"Berhentilah membahas masalah berkas, aku ingin fokus dengan dirimu dulu." Ucap Moza dengan sensual.
Tangannya tergerak menyibak helaian rambut yang menghalangi wajah Kiara. Perlahan Moza mendekatkan wajahnya dengan wajah Kiara. Mata Kiara mulai terpejam.
Dengan lembut Moza melumat bibir ramum milik Kiara dan Kiara membalas dengan hal yang sama. Kegiatan mereka berlangsung cukup lama hingga...
Tok...tok...tok...
Kiara langsung mendorong Moza. "Ah, sial!" Moza menggerutu.
"Bisa-bisanya mengganggu." Imbuhnya.
"Silakan masuk." Ucap Moza.
Seorang karyawan masuk memberika sebuah surat. Kiara memanfaatkan hal itu dengan membereskan bajunya yang sedikit berantakan karena ulah Moza. Tangannya dingin dan sedikit bergetar, Kiara salah tingkah.
"Kamu boleh pergi." Kata Moza.
"Ini berkasnya, aku masih ada kerjaan." Kiara mencoba pergi.
"Pulang nanti aku bakal ajak kamu ke suatu tempat." Ucap Moza membuat langkah Kiara terhenti.
"Kamu pasti suka tempat itu." Imbuhnya. Kiara hanya tersenyum.
*****
"Lo kenapa Ra?" Novi mengintimidasi temannya itu. Wajah Kiara terlihat merona.
"Habis ngapain tadi sama pak Moza hayooo???" Tanya Novi.
Plak...
"Mulutnya klo bicara itu di kontrol." Ucap Kiara.
"Bercanda doang, gtu aja lo baperan. Apa jangan-jangan...."
"Vi, disuruh bawa laporan ke bu Ratna." Kata salah satu karyawati.
"Isss...iya bentar!" Novi tampak kesal.
"Cieee..." Godanya.
Tingg!!
Pak Bos Nyebelin
Ra, bawain kopi dong
Sehat?
Nggak, aku gila
Untung ngaku
Gila karena kamu
-_-
Hehehehe, bawain ya
Kan ada OB kamu
bisa suruh mereka
Kan aku maunya kamu yang bawain
Sekalian lanjutin yang tadi
Jangan aneh-aneh deh
Cieee yang lagi salting
Kamu pake apa kok manis?
Apanya?
Srettt....
"Eh!" Pekik Kiara saat tangannya ada yang menarik.
"Ayo, pulang!" Ajak Moza.
"Ini kan belum jam pulang, Za." Kata Kiara.
Moza menghela nafas. "Aku kan atasannya, jadi terserah aku."
"Udah ayo cepet, mumpung si cempreng gak ada." Ucap Moza. Kiara terkekeh dan menyambar tasnya.
*****
MOZA POV
Aku mengajak Kiara ke tempat proyek perusahaan baru. Tempatnya strategis juga bagus dekat dengan taman bunga dan kolam buatan yang indah.
"Gimana?" Tanyaku.
Kiara tersenyum. "Bagus, aku suka."
"Itu proyek apa?" Tanya Kiara.
"Perusahaan kita akan pindah ke sini."
"Beneran?" Tanyanya. Aku mengangguk sebagai balasannya.
"Kamu kok gak bilang sih?" Tanyanya. Aku mengajaknya berkeliling bangunan.
"Pak Moza, selamat datang." Sapa seorang mandor.
"Gimana proyeknya?" Tanyaku.
"50% pak, sesuai dengan desain yang bapak beri." Ucap lelaki berbadan tinggi itu.
AUTHOR POV
"Kamu di sini dulu ya, aku mau ke sana bentar, gapapa kan?" Tanya Moza. Kiara menggeleng.
Kiara berbincang dengan mandor tadi dan Moza sibuk mengecek tiap bagian bangunan. Hingga tanpa Moza sadari tepat di atas dirinya sebuah besi besar yang terikat putus.
"Mozaaaa!!!"
"Pak Moza!"
"Aaaa!!!"
Brughh!!
Dengan cepat Kiara mendorong tubuh Moza membuat keduanya jatuh dengan posisi tubuh Kiara berada di atas Moza.
Moza mampu merasakan deru nafas Kiara. Wajah mereka sangat dekat. "Pak Moza?" Suara itu mengusik lamunan keduanya.
Kiara segera beranjak. "Bapak baik-baik saja?" Tanya lelaki itu.
"Saya gapapa kok," ucap Moza.
"Maaf, sudah membuat bapak hampir celaka."
Kiara tersenyum. "Tidak masalah, lain kali hati-hati."
"Kita pulang sekarang?" Tanya Kiara. Moza mengangguk.
*****
Kiara dan Moza kini menuju pulang. "Kamu gapapa kan?" Tanya Kiara.
Moza tersenyum. Ia merasa Kiara perhatian dengan dirinya. "Apa sih senyum-senyum gitu?"
"Ohhh....jangan geer ya, aku nanya kayak gitu biar mastiin aja ntr mama liat anaknya babak belur aku yang disalahin." Ucap Kiara.
Moza hanya terkekeh. "Ayo turun!" Ajaknya.
"Selamat datang nyonya!" Sapa penjaga rumah.
Keduanya berjalan beriringan memasuki rumah. "Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang." Suara itu memalingkan mereka berdua.
"Mama?" Gumam Kiara.
"Mama kok bisa di sini?" Tanya Moza.
"Emang kenapa? Mama gak boleh ke sini gitu?" Tanya Anna.
"Nggak gitu maksud Moza, kok mama gak bilangan dulu sama Moza? Mana ke sininya sendirian."
Anna tak menggubrisnya ia malah mendekati Kiara. "Gimana caranya Moza ngerayu kamu sampai kamu mau pulang?" Tanya Anna.
"Kamu gak takut diusir lagi sama dia?" Tanya Anna.
"Maaa..." Kata Moza.
"Ayo duduk dulu, banyak hal yang mau mama bicarain." Kiara dan Moza saling menatap ada raut takut diwajah keduanya.
"Mama tanya, kenapa kok bisa ikut pulang? Bukannya Moza ngusir kamu karena Natasha?" Pertanyaan Anna mampu membuat Moza dan Kiara tercengang.
Anna terkekeh. "Mama udah tau semuanya. Semuanya tentang rumah tangga kalian selama ini."
"Selama ini kalian berdrama mama tau kok, masih pacaran kan kalian?" Tanya Anna.
"Kalian inget gak klo kalian udah nikah?" Moza dan Kiara hanya bisa menunduk.
"Menikah bukan perkara sepele. Menikah bukan cuma tentang dua orang yang saling mencintai, bukan cuma tentang tinggal satu rumah yang sama tapi menikah itu memiliki arti dan tujuan yang luas."
"Jangan anggap pernikahan yang bukan karena cinta ini membuat kalian beranggapan acuh. Kalian sudah terikat janji suci, janji yang harus ditepati bukan?"
"Kalian sudah dewasa dan ubah juga pola pikir kalian menjadi dewasa. Untuk apa buat peraturan-peraturan gak jelas dalam rumah tangga?" Moza dan Kiara saling berpandangan sejenak.
"Boleh pacaran. Udah nikah tapi pacaran sama orang lain itu namanya selingkuh. Selingkuh itu dosa, hal yang gak bener. Kalian tau itu kan?" Tanya Anna. Moza dan Kiara mengangguk bersamaan.
"Terus kenapa kalian masih melakukannya? Karena gak ada mama?"
"Kalian sudah menjadi pasangan yang sah, terima pasangan kalian masing-masing apa adanya. Emang mama pernah maksa buat kalian nikah? Gak kan, itu pilihan kalian waktu itu.".
"Kamu Moza! Udah berkali-kali mama bilang dan mama udah maklumi hubungan kamu sama Natasha. Tapi sekarang tidak. Mama gak bisa toleransi lagi, kamu sudah punya istri udah jadi suami orang."
"Dan kamu Kiara, mama sudah anggap kamu seperti anak mama sendiri mama harap kamu tidak tersinggung saat mama ngomongin ini. Kamu sudah jadi istrinya Moza sekarang. Mama gak mau denger kamu deket lagi sama Rizky. Mama tau kamu sama dia saling mencintai tapi pernikahan bukan hal main-main juga."
Anna menghela nafas. "Mama minta kalian putusin pasangan kalian masing-masing!"
"Putus??" Moza dan Kiara sama-sama tercengang.
Jangan lupa vote dan koment yaa