Simbiosis

Par lusyynaa_

17.4K 13.9K 43.2K

Dia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga me... Plus

Prolog
01 - The Beginning
02 - Following You
03 - Crazy Girl
04 - Mistake
05 - Short Message
06 - Apologize
07 - Seven Questions
08 - Challenge
09 - Chemistry Lab
10 - Test Score
11 - Jealous
12 - Embrace
13 - Three Rules
14 - Promise
15 - Disappointed
16 - Stuck With You
17 - Sensibility
18 - Declaration Of Love
19 - Asya Madness
20 - Hurt
21 - Our Change
22 - Believe Me
23 - Girlfriend
24 - Wicked
25 - Forced To Do It
26 - Information
27 - Evil Destiny
28 - The Happiness
29 - Kiss And Sick
30 - Sorry
32 - Congratulations
33 - It's Over, Seriously?
34 - Please
35 - Everything Will Be Okay
36 - She's Mine
37 - Like A Diamond
38 - Honesty
39 - Bad News
40 - Go Away, Asya!
41 - After One Month
42 - To Be A Doctor?
43 - See You Beautiful Angel
44 - Hoodie
45 - All About Darkev
46 - All About Jenrik
47 - Their Life Journey
48 - You Broke My Heart
49 - I Miss You
50 - Thank You
Epilog

31 - I Wish

185 156 214
Par lusyynaa_

31 – I Wish

        Jangan tanya bagaimana suasana hati ini. Bisa berubah dalam sedetik hanya karena hadirnya dirimu di sisiku.

        "Dara," sapa Kevin lalu duduk di samping gadis itu. "Lo baik-baik aja?"

        Dara menghembuskan napasnya panjang. "Gue gak mau jauh dari Asya, gue sangat sayang dia."

        "Emang Asya mau ke mana?" Tanya Kevin belum tahu.

        "Kalau dia gak naik kelas besok, dia bakal berangkat dan tinggal di Paris sama keluarga dari Mamanya di sana. Gue pengen Asya tetap di sini." Jawab Dara menatap hampa ke depan sana. Suasana lapangan outdoor futsal tampak ramai di penuhi murid-murid yang sedang latihan.

        "Gak mungkin Asya gak naik kelas." Balas Kevin santai.

        Dara menoleh. "Tapi tadi nilainya kosong semua di papan mading."

        "Lo sendiri yang bilang kalau Asya itu pintar. Nilai rapor besok di tentukan hasil rapat seluruh guru perkelas dan gak ada yang tahu karena tertutup." Ujar Kevin menyandarkan tubuhnya.

        "Lo sendiri," Kevin melihat Dara. "Nilai lo aman?"

        Dara mengerucutkan bibirnya tak suka. "Standard semua."

        "Gakpapa, yang penting cowoknya pintar." Balas Kevin menatap langit siang ini. Langit biru berawan tinggi itu menandakan cuaca sangat bagus.

         Dara tersenyum menggigit bibir bawahnya. "Siapa cowoknya?"

        "Gue lah! Siapa lagi." Sahut Kevin membuat senyum gadis cantik itu mengembang sempurna.

         "Kita kan gak pacaran, Vin." Kata Dara terkekeh kecil.

         "Tamat SMA siap-siap gue lamar lo ke rumah." Ujar Kevin santai menyugar rambutnya yang lembut tertiup angin.

        Dara melotot kaget reflex memukul kepala Kevin membuat cowok itu meringis kesakitan.

        "Gue bercanda, gue kan mau kuliah ke Meksiko." Kata Kevin tertawa hambar.

        Dara berdehem singkat lalu duduk kembali menghadap ke depan lapangan. "Harus cepat tamat kuliah di Meksiko, aku gak bisa nunggu lama tanpa kepastian." Ucap Dara.

        Kevin mengangguk mengerti. "Kalau lo mau kuliah di mana?"

        "Di Singapore aja, di sana sama kakak." Jawab Dara tersenyum kecil tanpa melihat Kevin.

        Kevin meraih lengan Dara membuat gadis itu menoleh terkejut. Kevin meletakkan tangan gadis itu di atas pahanya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah gelang yang sedari kemarin ia taruh di saku celana seragamnya.

        "Gelang?" Beo Dara.

        Kevin tersenyum tipis lalu mengenakan gelang permata putih itu di lengan kanan Dara. Ia melihatnya, sangat cocok sekali di pergelangan gadis berkulit putih itu.

        "Ini mahal, Vin." Kata Dara ingin melepaskan gelang itu. Ia tak pantas menerimanya. Pacar Kevin saja bukan, bagaimana bisa ia menerima barang dari cowok itu?! Mahal pula!

        "Jangan di lepas!" Ujar Kevin dingin membuat Dara terdiam seketika. "Itu pemberian Mama, setahun yang lalu. Kata Mama kasi ke istri gue nanti."

        "Terus kenapa kamu kasi ke aku, Vin?" Kesal Dara.

        "Gue pastiin, lo yang bakal jadi istri gue, Dar. Pakai terus sampai kapanpun. Jaga dengan baik gelang itu." Ujar Kevin tegas.

        Dara menatap mata Kevin, ia mencoba mencari kebohongan laki-laki itu namun tak menemukannya. Dara meneguk salivanya kasar lalu mengangguk kecil.

        "Kevin," panggil Dara.

        "Hm?"

        "Deskripsikan aku menurut kamu, fisik dan sifat." Pinta Dara memerengkan tubuhnya menghadap Kevin.

        "Fisik," Kevin tampak memperhatikan penampilan Dara dari bawah hingga ke atas, ia menaik-turunkan kepalanya kecil. "Putih, rambut sebahu warna hitam, mata hitam, hidung mancung, bulu mata lentik, alis lo gak cukur kan?"

        "Ish! Gak lah!" Sebal Dara.

        "Alis lo rapi dan warna hitam. Wajah lo hampir mirip gue." Tambah Kevin sedikit ngaco.

        Dara mencubit pinggang Kevin gemas. "Masa wajah aku di samain kayak wajah cowok!"

         Kevin tertawa kecil lalu menggeleng cepat.

        "Sifat lo pemberani, kuat, penyayang, dan yaa sedikit rempong." Lanjut Kevin mengangguk kecil dengan bibir mangut-mangut.

        Dara berdehem singkat. Kata-kata Kevin tidak ada yang salah, itu memang sifatnya.

        "Nanti main ke rumah gue, Mama yang minta." Kata Kevin.

        "Gue suka cewek penurut." Bisik Kevin lalu berdiri dan mengacak-acak rambut Dara lembut kemudian berlari pergi.

       "Jantung gueee, gak amannn!" Desis Dara menunduk dalam menatap gelang pemberian Kevin terlihat sangat indah di pergelangan tangan kanannya itu.

*****

        "Buk Susi!"

        "Saya yakin seratus persen kalau Asya ikut ujian waktu itu, kenapa nilai dia gak ada di mading buk?!" Ujar Ken emosi sendiri di depan wali kelas X Ipa H itu.

        "Buk! Jawab saya, ada apa?!" Tajam Ken menggenggam erat kedua tangannya hingga kelihatan urat-urat tangan laki-laki itu.

        "Kamu tidak punya sopan santun sama sekali, masuk ruangan saya langsung marah-marah." Kata buk Susi sangat santai sambil melihat layar komputer.

        "Itu urusan saya, dan kamu bukan murid kelas saya. Jadi jangan ikut campur." Tambah buk Susi membuat Ken sangat geram.

        "Ini gak adil buk! Saya yakin pasti ada kecurangan! Ibu gak bisa gitu dong!" Balas Ken menghembuskan napasnya kasar.

        "Kamu keluar! Atau nilai fisika kamu saya nol kan semua!" Tajam buk Susi membuat Ken meneguk salivanya susah payah.

        Buk Susi, wali kelas X Ipa H dan guru fisika semua kelas X Ipa itu terlihat menyeramkan.

        "Sial!" Desis Ken lalu segera berlari ke luar dari ruangan itu dengan wajah merah padam.

        Buk Susi tersenyum miring sambil geleng-geleng. Ia melanjutkan kembali pekerjaannya.

*****

        Jenny dan Riko berjalan di mall masih berpakaian sekolah SMA Kalingga yang tertutup oleh jaket masing-masing. Kedua remaja itu tampak canggung. Riko berjalan santai dengan kedua tangannya di dalam saku celana sedangkan Jenny menggenggam erat kedua tali tasnya dan berusaha tak melihat wajah Riko. Ya walaupun mereka tetap berjalan beriringan.

        "Khemm," Riko berdehem dan berhenti tepat di depan toko baju. "Beli baju aja." Saran laki-laki itu melihat Jenny.

        "Alfa udah banyak baju, lemarinya nanti meledak." Balas Jenny kembali melanjutkan langkahnya.

        "Beli jam tangan gimana?" Saran Riko.

        "Lo lupa? Alfa udah punya koleksi jam tangan pribadi di rumah." Sahut Jenny memutar bola matanya malas.

        "Sepatu?" Kata Riko sedikit ragu-ragu.

        Jenny mengendus kasar. "Sepatu Alfa gak kehitung, Rik. Dari dua tahun kemarin kita selalu kasi dia sepatu, masa tahun ini kasi dia sepatu lagi!"

        "Ya terus apa?!" Sebal Riko ngegas. "Perasaan dari tadi gak ada yang bener saran gue!"

        Jenny menghembuskan napasnya panjang. Mata gadis itu tiba-tiba tertuju pada toko cuci dan bingkai foto. Ide brilliant muncul di otaknya.

        Jenny menarik lengan Riko dan berlari kecil mendekati toko itu.

        "Ahh, I know." Riko mangut-mangut mengerti pemikiran Jenny.

*****

Dritttt

Dritttttttttttttttt

Dritttttttttttttttttttttttttttttttt

        "Berisik!" Pekik Alfa terbangun dari tidurnya.

        "Siapa sih?! Ganggu orang tidur aja!" Sebal cowok itu sambil mengambil ponselnya di atas meja samping tempat tidurnya.

        "Awas aja si bacot! Gue sumpahin tuh anak gak dapet jo–"

        Kekesalan Alfa terhenti seketika saat melihat nama penelpon itu.

Mama Bank Berjalan Terhormat

        "Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday putra Angkasa!"

        Alfa menatap layar ponselnya dengan tatapan berdosa, di layar itu terpampang jelas wajah berseri Gita yang memegang kue ulang tahun dan di samping ada Gilbert yang juga tersenyum tulus melihat Alfa.

        "Mama, Papa.." lirih Alfa masih dalam mode shok.

        "Make a wish dulu dong!"

        Alfa menghembuskan napasnya panjang lalu memejamkan matanya dan berdoa.

        "Selamat ulang tahun anak Mama yang paling ganteng, pokoknya harus jadi anak yang berbakti dan pintar kebanggaan Mama."

        "Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas tahun. Papa sayang kamu."

        "Papa sama Mama tiba di Bandara jam lima pagi nanti. Kamu jemput ya?"

        Alfa mengangguk mengerti.

        "Kenapa video call jam dua belas sih? Ngucapinnya bisa besok setelah kalian pulang dari LA." Ujar Alfa masih setengah sebal.

        "Salahin Mamamu yang rempong itu!"

        "Papa!"

        "Hehehe."

        Alfa menatap datar layar ponselnya.

        "Mama pengen kami sebagai orang tua yang ngucapin selamat ulang tahun paling pertama buat kamu, sayang. Emang kamu gak seneng?"

        "Senang," jawab Alfa jujur.

        "Tapi gak harus di dalam pesawat juga kali!" Tambah Alfa mengendus kasar.

        "Besok setelah Papa ambil rapor kamu kita makan malam bersama."

        "Setuju!"

        "Hm," balas Alfa mengangguk kecil.

        "Selamat bergadang! Sahabat gresek kamu katanya mau ke rumah. Bubay sayang Mama!"

Tutttt

Dubrakkkkkkk

        "Anjim!

        "Buset dah!!"

        "Awsthhh! Sakit bago!"

        Alfa menatap datar sedatar-datarnya para sahabatnya itu. Di ambang pintu kamar terlihat Asna yang tersenyum merekah sambil memegang kue coklat berukuran sedang itu, di atas kue sudah terpasang lilin yang sudah menyala.

        Mereka memang tidak mahir dalam memberikan kejutan! Maki Alfa dalam hatinya.

        "Happy birthday, Alfa!"

        "Happy birthday, Alfa!!"

        "Happy birthday, happy birthday, happy birthday,–"

        "Sayang!"

        "Alien!"

        "Tembok!"

        "Jin Kalkulator!"

        Keempat manusia itu saling mengerjap polos karena menyebutkan nama Alfa dengan tak kompak.

        "Make a wish!!!" Pekik Asna membuat mereka kembali tersadar dan melihat Alfa dengan senyuman paling lebar.

        Alfa menghembuskan napasnya kasar. Ia beranjak dari kasurnya dan mendekati Asna yang memegang kue. Ia melihat Asna sebentar kemudian berdoa.

Tuhan, aku ingin Asya tetap ada di sisiku.

Hanya Asya.

•••••

Tekan bintang.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

CHANDRA MENTARI [TERBIT] Par Niaa

Roman pour Adolescents

29.9K 6.1K 44
[JUARA 2 UTAMA WRITING MARATHON WITH ANBOOKS PUBLISHING] Ini adalah cerita tentang Chandra dan Mentari. Dua manusia yang berlawan jenis, berbeda prin...
2 Rotasi Par princess kyana2

Roman pour Adolescents

1K 107 35
Gimana sih jadinya kalau seorang perempuan sulit untuk jatuh cinta tidak seperti layaknya seorang perempuan pada umumnya, ya itu semua di alami oleh...
7.7K 260 35
Peka [complete] 🌿 Based on true story 🌿 Bukan dia yang acuh, tapi nyatanya aku yang tidak mengerti perasaannya, aku tidak peka. Dia, cowok bermata...
HARADILON [Completed] Par Arielle

Roman pour Adolescents

170K 10.3K 38
{BOOK 2 OF LIMBAD SERIES} Hara, adalah gadis yang terlahir sebagai anak tunanetra, sebuah penyakit yang ia derita menghambat kedua matanya dan menyeb...