PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

13. Kembalilah

104 51 2
By Megautamii10

HAPPY READING 🧡















AUTHOR POV

"Makasih ya mbah, mari!" Alisha berjalan menuju rumah. Jarak antara rumahnya dengan rumah Mbah Zuniar lumayan dekat tinggal melewati 5 rumah dari utara ke selatan.

Di sisi lain Kiara menatap tajam pada pria di hadapannya ini. "Pergi!" Ia menutup pintunya namun, segera di cegah.

"Ra, tunggu dulu. Aku minta maaf, Ra," ucap Moza seraya menyerahkan boneka dan buket besar di tangannya. Kiara tersenyum dan mengambilnya.

Brug!

"Aku gak perlu barang-barang ini!" Dia melempar kedua benda itu.

Kembali ia menutup pintu rumahnya namun, lagi-lagi Moza menahannya. "Biarin aku ngomong dulu, Ra."

"Pergi gak?! Atau aku teriak biar semua warga dateng."

Moza tak menggubrisnya. "Dengerin aku dulu makanya."

"Malingggg!!!! Tolong!!! Tolong ada maling!!!" Kiara berteriak sekeras mungkin. Moza langsung membekap mulutnya.

"Ssttt...."

Alisha yang mendengar keributan itu segera mempercepat langkahnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat rumahnya sudah ramai karena warga berkumpul di sana. "Mana malingnya??" Tanya salah seorang warga.

"Ini!! Gebug aja pak!" Ucap Kiara.

"Kiara!" Kiara yang mendengar suara Mamanya sontak terkejut.

"Apa-apaan ini? Moza? Kamu ada di sini?"

"Anak ibu teriak maling tadi, kita udah dpt malingnya." Kata seorang bapak-bapak berkepala plontos.

"Eh! Nggak, dia itu menantu saya, kalian jangan mau di bohongin sama Kiara."

"Lebih baik kalian kembali ke rumah masing-masing, maaf anak saya sudah membuat gaduh." Ucap Alisha.

Para warga itu pergi seraya mengumpat dan menggerutu. "Kiara ikut mama!"

KIARA POV

Mama menarik tanganku dan memaksa diriku untuk duduk di sofa. "Kamu kenapa sih?"

"Ngapain teriak-teriak gtu?" Tanya Mama.

"Aku gak mau dia dateng kesini!" Aku menujuk ke arah Moza.

"Kamu itu keterlaluan, Moza kesini dengan niat baik malah kamu gituin. Pipinya jadi lebam gara-gara kamu." Mama malah membela si laki-laki nyebelin itu

"Kok mama jadi belain dia sih? Biarin aja lebam biar bonyok aja sekalian."

Mama tak menghiraukan ku. "Apa lihat-lihat?!" Moza hanya tersenyum yang membuatku semakin kesal.

"Pegang dulu." Mama menyerahkan sebuah baskom kecil berisi handuk.

"Kompres dulu lebamnya, habis itu obatin pake salep yang ada si kotak pk3 itu ya." Ucap Mama.

"Ihh gak mau! Mama aja yang obatin." Aku menyerahkan kembali baskom berisi air dingin itu.

"Nggak, Mama lagi sibuk. Mau buat laporan dulu untuk besok." Mama meninggalkan ku begitu saja.

Dari kejauhan Moza sudah menyengir seakan mendapatkan kemenangan.

MOZA POV

Aku merasa senang saat Kiara mendekatiku meski dengan wajah yang sangat kesal. "Apa senyum-senyum? Kesurupan?" Tanyanya.

Perlahan dia duduk di hadapaku. Tak ikhlas. Satu kata yang tergambar dari tatapannya. Wajar, mungkin ia masih marah padaku.

"Mana yang lebam?!" Tanyanya.

Aku menujuk pipi kiriku. Dia langsung menggosokkan handuk basah itu ke pipiku. Ingat! Menggosoknya dengan keras. "Aduh! Ra pelan-pelan." Pintaku.

"Biar tau rasa!" Ucapnya.

"Gini caranya." Aku menggenggam tangannya dan mengarahkannya dengan lembut.

"Ihhh! Modus!" Dia langsung menarik tangannya.

Kiara menyodorkan sekotak salep. "Isi sendiri!"

"Aku minta maaf ya, Ra," dia tak menggubrisnya.

AUTHOR POV

Dari kamar atas Alisha tersenyum melihat tingkah kedua pasangan itu. "Bilang ke mama aku mau pulang." Ucap Moza.

"Pulang, ya pulang aja." Balas Kiara.

"Moza? Mau pulang sekarang?" Tanya Alisha.

Moza mengangguk. "Iya ma, Moza pulang dulu ya. Mama inget jaga kesehatan. Kiara juga."

"Hmmmmm...." Balas Kiara.

*****

Gadis itu merebahkan dirinya di ranjang. Ia menatap ke arah boneka beruang besar pemberian Moza. Perlahan tangannya tergerak mengambil buket yang ada di seblah boneka itu.

"Mawar putih." Gumamnya. Matanya terpejam menghirup aroma khas bunga tersebut. Sebuah kertas tiba-tiba jatuh dari dalam buket membuat Kiara bangkit dari tidurnya.


"Iyuhhhhh!!!" Kiara bergidik saat membaca kalimat terakhir dalam surat.

"Tapi bunganya bagus, aku suka." Gumamnya.

*****

"Kamu nggak kerja, Ra?" Tanya Alisha.

Kiara menghampiri Mamanya. "Nggak, udah di pecat." Balasnya singkat. Alisha hanya menggeleng pasrah melihat tingkah putrinya itu.

Tok...tok...tok...

"Biar Kiara ma, itu iky," ucapnya seraya tersenyum manis.

Raut gembira terpancar diwajah Kiara. Senyum tak henti-hentinya.

Ceklek....

Wajahnya seketika berubah. "Moza?" Gumamnya.

Moza dan Rizky datang bersamaan. Kiara langsung menarik tangan Rizky mengajaknya masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan Moza.

"Ehh Rizky?" Rizky menyalami Alisha.

"Mama lagi buat apa tuh?" Tanya Rizky.

"Coba tebak?" Pinta Alisha.

"Sup?" Alisha tertawa dan mengangguk.

"Klo udah makanan kesukaan pasti bener nebaknya." Sahut Kiara.

"Ekhemm." Moza berdehem memalingkan pandangan Alisha.

"Eh, ada Moza juga? Kiara kamu kenapa gak ajak Moza masuk?" Alisha menghampiri Moza yang masih diam diambang pintu.

"Ayo masuk dulu, Za." Ajak Alisha.

"Makasi ma," balas Moza.

Moza meletakkan sebuah kantong plastik dimeja. "Ma, ini Moza bawain makanan, buat Kiara juga." Ucap Moza.

"Beli cuma dua?" Tanya Kiara.

"Iya, aku kira gak bakal ada orang yang ke sini lagi." Balas Moza. Ia terlihat senang saat Kiara mau berbicara dengannya.

"Kamu aja yang makan aku gak selera." Ucap Kiara.

"Iky, kita keluar yuk! Aku panes banget nih, tiba-tiba kok gerah gtu ya??" Rizky yang mengerti maksud Kiara langsung menolaknya.

"Nggak usah, acnya juga masih hidupkan. Aku mau nyobain sopnya Mama dulu." Kiara terluhat sangat kesal.

"Moza, makannya sama mama aja ya."

"Mama aja yang makan, Moza udah makan kok tadi." Balas Moza.

"Ma, awas ada racunnya itu!!" Kata Kiara.

"Kiara! Gak boleh ngomong gtu!" Alisha memperingatkan putrinya itu.

"Moza mau bicara bentar sama Kiara boleh?" Tanya Moza sedikit berbisik.

"Boleh, kamu rayu dia dulu sana." Balas Alisha.

Kiara kebetulan sedang ke kamarnya sebentar. Moza memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara berdua saja dengan Kiara.

Ceklek...

"Eh! Ngapain ke sini?!" Tanya Kiara.

"Keluar dari sini!" Perintahnya.

"Tunggu, Ra, dengerin aku dulu." Ucap Moza.

Kiara tak memperdulikannya ia melangkah menuju pintu begitu juga dengan Moza yang mengejarnya. "Lepasin!!"

"Dengerin dulu aku ngomong, Ra, bentar aja." Kata Moza.

Kiara mengalah, ia duduk di tepi ranjang. "Aku cuma mau bilang lagi sekali. Aku minta maaf, aku tau kamu masih marah sama aku."

"Aku sadar aku salah. Waktu itu aku terlalu emosi sampai aku ngomong kaya gitu."

"Demi wanita itu kan? Aku tau kamu cinta sama dia makanya kamu belain dia sampai sekasar itu sama aku."

"Aku gak bermaksud buat kaya gitu, Ra," Moza menghela nafas panjang.

"Oke, klo gitu kamu mau aku gimana biar kamu mau maafin aku dan mau ikut pulang sama aku?" Tanya Moza.

"Pergi dari sini." Balas Kiara.

"Kamu gak mau maafin aku? Demi mama?" Tanya Moza sebelum beranjak pergi.

"Aku harap kamu mempertimbangkannya lagi." Imbuhnya. Dan kini Moza benar-benar pergi dari kamar Kiara.

Tanpa Kiara sadari air matanya menetes. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Satu sisi dirinya masih marah dengan kelakuan Moza kemarin. Namun, di sisi lain ia merindukan Moza, sifat menyebalkannya itu, selama berpisah Kiara merindukan hal itu.

*****

Moza terus menatap ke arah pintu rumah. Berharap ada yang mengetuk dan itu Kiara. Jam sudah menujukkan pukul 7 pagi tapi, Moza belum juga berangkat ke kantor.

Tok...tok...tok....

Moza dengan sigap membuka pintu. Senyumnya seketika memudar saat yang datang bukannya Kiara melainkan kurir pengantar paket. "Tolong tanda tangan di sini ya pak." Ucap kurir itu.

Moza mengambil paket pesanannya dan bergegas masuk ke dalam mobil. "Sepertinya dia tidak akan kembali." Gumam Moza.

Ciitttt!!!

Moza menginjak rem dengan keras. Mobil dihadapannya muncul tiba-tiba. "Issh, heh! Ini jalan bukan punya bapakmu!" Teriak Moza.

"Seenaknya aja pake jalan." Gerutunya. Pikirannya penuh hanya karena memikirkan satu orang, yaitu Kiara. Membuatnya frustasi.

ALDARA'S PROPERTY

Moza melangkah dengan penuh amarah. "Selamat pagi pak." Sapa salah seorang karyawan tapi tak dihiraukan oleh Moza.

"Sekretaris bawakan berkas-berkas yang saya minta kemarin keruangan saya. Segera!" Perintahnya lalu masuk ke dalam lift.

"Hufftt...." Moza menghela nafas beratnya. Dirinya berusaha menetralkan pikiran. Pagi ini dia sudah seperti wanita yang tengah datang bulan.

Tok....tok...tok...

"Silakan masuk!" Ucap Moza.

Ceklek...

"Nggak boleh marah-marah kaya gitu." Suara itu membuat Moza menoleh. Ia menganga seperti orang bodoh setelah melihat sosok dihadapannya.













































Naaaa kira-kira itu siapa ya?
Jangan lupa vote dan koment yaa🧡

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 52.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
549K 10.4K 8
1.4M 67.6K 52
Garnetta Gabriel Henry, 17 tahun seorang gadis cantik semata wayang yang menjadi pewaris tunggal keluarga Henry, memiliki kehidupan malam sebagai pel...
533K 26.5K 17
Peringatan: Khusus dewasa 21+ Alan Smith pewaris dari keluarga Smith yang menguasai hampir semua club malam dan casino. Seorang playboy sekaligus kej...