PARALYSED [END]

By Miss_Ristyaningsih

7.6K 1.8K 4.1K

Kecelakaan yang terjadi karena rasa benci yang tertanam dalam hati dan pikiran membuat nyawa seorang gadis be... More

A T T E N T I O N
C A S T
P R O L O G
B A B 1
B A B 2
B A B 3
B A B 4
B A B 5
B A B 6
B A B 7
B A B 8
B A B 9
B A B 10
B A B 11
B A B 12
B A B 13
B A B 14
B A B 15
B A B 16
B A B 17
B A B 18
B A B 20
B A B 21
B A B 22
B A B 23
B A B 24 (END)
E P I L O G

B A B 19

93 21 41
By Miss_Ristyaningsih

"Segarnya!" seru Ainsley setelah wajahnya dibasuh dengan air dari wastafel.

Sekarang sudah jam istirahat, dan Ainsley berada di dalam kamar mandi.

Ia menarik tisu dari tempat tisu dan mengeringkan wajahnya. Setelahnya, ia membuangnya di tempat sampah yang ada di sampingnya.

Brak!

Ainsley terkejut karena terdengar pintu kamar mandi yang terbuka dengan tiba-tiba dan seperti dibuka paksa, terlihat dua orang siswi yang berpenampilan mewah dengan gelang dan kalung emas yang melingkar di leher serta tangan kedua siswi itu, sepatu mereka juga berwarna putih dan merah muda.

"Oh jadi dia yang anak manja itu? Ah, lebih tepatnya gadis cacat."

Hahahaha

Ainsley hanya tersenyum mendengar mereka menghina serta menertawakannya.

"Orang kayak kamu itu, hanya bisa merepotkan banyak orang tahu tidak? Pasti apa-apa minta tolong orang lain, bukan? Dasar perempuan cacat!" teriak Naura.

Ainsley menghilangkan senyumannya, namun hanya sebentar, ia kembali menarik sudut bibirnya untuk tetap tersenyum, dan berusaha untuk ucapan dari siswi yang berada di depannya, tidak ia masukkan ke dalam hati.

"Saya memakai kursi roda, karena sebuah kecelakaan. Walaupun begitu, saya tetap bersyukur masih bisa bersekolah dan belajar seperti kalian. Jika bisa memilih, saya juga tidak ingin seperti ini. Namun, namanya takdir tidak bisa kita hindari atau tolak, karena itu tidak terduga, dan juga hanya Tuhan yang tahu,"  sahut Ainsley lembut.

"Cih. Tidak usah ceramah di sini ya gadis cacat! Ceramah di tempat lain saja. Kami tidak membutuhkan omong kosong kamu itu!" tukas Dila, sahabat Naura.

"Ayo Naura, kita ke toilet lain. Aku malas di sini, karena ada gadis cacat ini." Dila menarik tangan Naura keluar dari kamar mandi, karena takutnya ada yang melihat mereka di kamar mandi, dan menuduh mereka melakukan bullying kepada Ainsley.

Ainsley hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum saja. Semenjak pertama kali ia lumpuh dan mengambil keputusan untuk tetap bersekolah seperti anak-anak pada umumnya, Ainsley sudah menyiapkan mental dan hatinya untuk hal-hal seperti ini. Karena, ia tahu, jika ia bersekolah dengan keadaan sekarang, tidak mungkin tidak ada yang membicarakan atau menghinanya. Jadi, reaksi Ainsley hanya biasa saja ketika ada yang menghina atau mengejeknya tentang dirinya yang lumpuh.

Tok, tok

"Ini Azi Nona Ainsley. Apa Nona sudah selesai?" tanya Azi.

Ainsley bergegas membuka pintu toilet dan terlihat Azi menatapnya dari kepala sampai kaki. Membuat Ainsley mengerutkan keningnya, karena bingung.

"Apa ada yang salah dengan pakaian Ainsley?" batin Ainsley.

"Kenapa Kakak menatap Ainsley seperti itu?" tanya Ainsley.

"Saya tahu kalau ada dua siswi yang masuk ke sini. Dan terlihat wajah mereka seperti menahan kesal setelah keluar dari toilet. Apa ada sesuatu yang terjadi kepada Anda Nona?" Jawab Azi.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Kakak. Itu hanya masalah kecil, yang bisa Ainsley tangani sendiri. Dan Ainsley juga baik-baik saja," sahut Ainsley tersenyum.

Azi hanya menganggukkan kepalanya, dan berpindah ke belakang Ainsley untuk mendorong kursi rodanya. Azi tahu bahwa Ainsley belum makan, maka dari itu mereka akan ke kantin. Yang di mana sudah ada Ainur, Nabil, dan Vikram di sana.

Sebenarnya, Nabil dan Vikram bersikeras untuk berjaga di depan toilet, namun Azi mengatakan kepada mereka bahwa satu orang saja yang menjaga Ainsley dan itu dirinya. Karena, takutnya siswi lain tidak nyaman dan takut untuk masuk ke toilet yang di dalamnya ada Ainsley, sebab banyak bodyguard yang berada di depan toilet.

Azi duduk tepat di samping kursi roda Ainsley. Makanan milik mereka berdua sudah tersedia di meja. Jadi, Azi tidak perlu memesankan makanan untuk laki-laki itu dan Ainsley.

Seperti biasa, sebelum makan Ainsley dan Azi akan berdoa terlebih dahulu.

"Aamiin," gumam Ainsley dan Azi sambil mengusapkan wajah dengan tangan mereka setelah selesai berdoa.

Ainur, Vikram, dan Nabil sudah selesai memakan makanan mereka. Jadi, mereka hanya menunggu Ainsley dan Azi saja. Dengan Vikram yang menatap lurus ke arah Ainsley, karena memang Ainsley berada di depannya, yang hanya terpisah dengan meja persegi panjang. Nabil yang menyandarkan tubuhnya di bangku sambil melipat kedua tangannya, sesekali memperhatikan sekitar untuk melihat jika ada orang yang mencurigakan, dan Ainur yang hanya tersenyum melihat Ainsley yang makan dengan lahap.

Ainsley terus mengunyah makanannya lalu menelannya, dan kembali menyendok nasi gorengnya lalu memasukkan ke dalam mulut, mengunyahnya dan menelannya, begitu seterusnya sampai makanannya habis, dengan dirinya yang tidak peduli akan sekitar.

Nabil yang melihat-lihat sekitar mereka pun berhenti kepada satu titik. Yaitu, Barrun yang melihat ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Ainsley. Awalnya Nabil mengira bahwa Barrun adalah mata-mata dari orang yang ingin mencelakakan Ainsley, namun setelah diamati baik-baik, ternyata ia tahu bahwa Barrun memiliki perasaan lebih kepada Ainsley, dan juga dapat dilihat dari matanya yang menyimpan kecemburuan karena Ainsley yang ditatap oleh Azi dan Vikram.

Barrun juga tidak menyadari bahwa ada Nabil yang memperhatikannya dengan intens, untuk melihat raut wajah darinya jika berubah atau tidak.

"Dapat aku tebak bahwa laki-laki itu memiliki sifat yang sama dengan Azi. Dingin di luar, namun perhatian di dalam. Tidak heran jika Nona Ainsley banyak disukai oleh para lelaki, sebab sikapnya dan semua yang ada pada dirinya adalah hal yang paling dicari oleh semua pria di bumi ini. Termasuk aku pernah menyukainya, namun itu hanya satu tahun, karena aku tahu bahwa Nona Ainsley bukanlah tipe wanita yang dengan gampangnya terbujuk dengan rayuan atau perkataan manis pria," batin Nabil sambil tersenyum geli dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ainsley melihat itu. "Kakak Nabil kenapa kepalanya digeleng-geleng? Apa kepala kakak pusing?" tanya Ainsley dengan polos.

Nabil mengalihkan pandangannya, menjadi menatap Ainsley. Dengan masih tersenyum geli, Nabil menjawab. "Tidak Nona. Saya baik-baik saja. Nona tidak perlu khawatir. Apa nona butuh sesuatu?"

"Ainsley mau makan donat cokelat. Setahu Ainsley, di sini ada yang menjualnya." Ainsley mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin, untuk melihat penjual donat.

"Ainsley!" pekik Zeira dengan melambaikan tangannya, yang membuat Ainsley tersenyum manis.

Zeira berlari kencang ke arah Ainsley yang diikuti Xena dibelakangnya yang hanya berjalan pelan, sambil memutar kedua bola matanya. "Dasar bocah gila," gumam Xena.

Sebelum Zeira duduk di tempat duduk yang ada di meja Ainsley yang bersebelahan dengan Nabil, Xena sudah menarik rambut Zeira pelan ke arah meja kosong yang berada tepat di sebelah kanan meja Ainsley.

"Xena! Kamu pikir aku apa yang ditarik-tarik rambutnya? Sakit loh ini!" seru Zeira.

"Diam dan duduk di sini anak nakal!" Xena menekan bahu Zeira untuk duduk di sampingnya.

"Kamu mau kalau aku menangis di sini?" ucap Zeira setengah bertanya.

"Kalau kamu menangis, akan kumasukkan ke dalam mulutmu itu 100 cabai." Xena berjalan dengan santai
mengarah penjual makanan atau minuman untuk memesan miliknya dan Zeira setelah berbisik tepat di dekat telinga Zeira yang sudah menahan kesal dan ingin berteriak, namun gadis itu menahannya, karena tidak mau ucapan Xena menjadi kenyataan.

"Zeira. Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Ainsley.

"Tidak apa-apa Ainsley. Aku sudah biasa diperlakukan seperti tadi oleh singa betina itu," jawab Zeira dengan berusaha untuk tersenyum, karena kekesalannya terhadap Xena membuatnya ingin melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, namun itu bukan Ainsley.

Zeira mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, untuk melihat seseorang yang pantas untuk ia jadikan pelampiasan atas kekesalannya. Dan ia mendapatkannya, Zeira bangkit berdiri, dan berjalan dengan pelan ke arah siswa laki-laki itu yang tidak menyadari bahwa dia sedang berada dalam bahaya sekarang.

Dengan cepat Zeira menarik rambut Aan untuk melampiaskan kekesalannya. Aan yang mendapat serangan tiba-tiba dari belakang pun terkejut, dan langsung berteriak kesakitan. "Zeira! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan! Ini sakit!" bentak Aan yang tidak dipedulikan oleh Zeira yang terus menarik rambut laki-laki itu dan memukul tangannya dengan sekuat tenaga Zeira.

Aaarrggh

Dengan cepat Aan menarik tangan Zeira dan mendudukkannya di atas pahanya. Lalu, Aan menatap Zeira dengan tatapan tajam.

Zeira yang tiba-tiba terduduk di atas paha Aan pun berusaha memberontak dan berdiri, namun Aan menahannya dengan kuat. Tenaga Zeira tetap akan kalah dengan Aan yang notabennya adalah laki-laki yang memiliki tubuh cukup kekar. "Aku sudah bilang bukan? Untuk berhenti. Namun kamu tidak mendengarnya. Jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu di sini, di depan banyak orang kejadian yang tidak pernah kamu bayangkan," tekan Aan setelah napasnya telah normal.

Perlahan wajah Aan mendekati wajah Zeira membuat Zeira memundurkan kepalanya ke belakang, berusaha untuk menjauh. Bahkan Zeira sudah memejamkan kedua matanya dengan kuat karena takut. Merasa tidak terjadi apa-apa, Zeira membuka matanya dengan perlahan, ia terkejut melihat wajah Aan yang hanya berjarak 5 cm dari wajahnya, hembusan napasnya juga terasa menyapu wajah Zeira.

Zeira yang merasa Aan lengah pun mendorong wajah Aan menggunakan tangan kanannya dengan sekuat tenaga, sampai akhirnya ia bisa berdiri dari duduknya, dan dengan cepat ia berlari kecil ke arah tempat duduknya yang di mana sudah ada Xena yang menyaksikan kejadian itu sedari tadi dengan santai sambil meminum minumannya.

Zeira duduk di tempat duduknya, dan tidak berani menatap Aan yang masih menatap ke arahnya dengan wajah tanpa ekspresi, lalu laki-laki itu kembali memutar tubuh menghadap ke arah teman-temannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Bagaimana duduk di atas pahanya cowok ganteng di kelas Zeira? Bahagia? Apa jantung kamu berdetak dengan cepat?" goda Xena.

Zeira menatap tajam sahabatnya itu, yang membuat jantungnya semakin berdetak cepat. "Diam Xena!" geram Zeira.

Hahaha

Xena hanya bisa terus tertawa melihat pipi Zeira yang warnanya merah seperti tomat.

Sedangkan Zeira memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan kasar dan mengunyahnya dengan cepat. Bukannya kekesalannya mereda, malah menjadi semakin bertambah.

"Apa pria itu gila? Seenaknya berbuat hal seperti itu kepadaku," batin Zeira.

Ainsley yang hanya diam sedari tadi pun ikut tertawa kecil melihatnya. "Zeira apa kamu mau cokelat?" tanya Ainsley.

Emosi yang menggebu-gebu Zeira pun hilang, sebab mendengar kata cokelat. "Aku mau Ainsley!" seru Zeira dengan semangat.

"Kakak-kakak dan Bibi Ainur, aku ke sana dulu ya," tutur Ainsley lembut sambil tersenyum.

"Iya Nona Ainsley," jawab mereka bersamaan.

Ainsley mendorong kursi rodanya ke arah meja Xena dan Zeira. "Ini cokelatnya." Ainsley memberikan satu cokelat kepada Zeira dan satu cokelat kepada Xena.

"Terima kasih," sahut Zeira dan Xena bersamaan, yang dibalas dengan anggukan kepala serta senyuman oleh Ainsley.

"Ainsley," panggil Xena.

"Iya Xena," sahut Ainsley.

"Apa kamu pernah mempunyai sahabat dekat?" tanya Xena yang penasaran tentang hubungan persahabatan Ainsley.

Dengan masih tersenyum, Ainsley menjawabnya. "Iya Xena. Sahabat yang paling aku sayangi, namun dia sudah meninggal belum lama ini. Dia yang selalu berperan sebagai sahabat, kakak laki-laki, dan juga teman bagi aku. Almarhum adalah obat di saat aku terluka atau jatuh."

"Aku turut berduka cita, Ainsley. Dan aku minta maaf jika membuat kamu sedih, karena mengingatnya," lirih Xena dengan menundukkan kepalanya.

Ainsley mengangkat dagu Xena, agar menatapnya. "Jangan menunduk Xena. Kamu tidak salah, karena kamu memang hanya berniat untuk bertanya, dan aku pahami itu. Lagi pula, aku sudah mengikhlaskan kepergian Almarhum. Kalau ada waktu luang, aku akan memperkenalkan kalian kepadanya," ucap Ainsley tersenyum.

Xena menganggukkan kepalanya, lalu kembali memakan makanannya.

Tiba-tiba Azi datang membawa donat yang diminta Ainsley tadi, dan meletakkannya tepat di depan Ainsley. "Ini yang Nona minta tadi," ujar Azi.

Ainsley tersenyum kepada Azi. "Terima kasih Kakak."

Azi hanya menganggukkan kepalanya saja untuk membalas perkataan Ainsley, lalu ia kembali ke tempat duduknya.

Beberapa menit kemudian bel pertanda waktu istirahat telah selesai pun berbunyi dengan nyaring. "Ainsley, ayo kita ke kelas bersama-sama," tutur Zeira.

"Kami akan mengikuti Nona dari belakang," sela Nabil yang tahu bahwa Ainsley ingin berbicara kepada mereka.
Yang dibalas dengan senyuman oleh Ainsley.

Zeira, Xena, dan Ainsley berjalan di bagian depan. Dengan Xena yang mendorong kursi roda Ainsley, dan Zeira yang menatap tajam orang-orang yang menatap Ainsley, termasuk laki-laki buaya.

"Cantik sih, tetapi sayangnya cacat," ujar seorang siswa kepada temannya yang berada di sebelah kanannya. Namun, Zeira dapat mendengarnya dengan jelas.
Seketika ia menjadi emosi akan hal itu.

"Hei cowok! Kamu itu wajahnya sudah di bawah standar, menghina orang lain juga! Memangnya kamu sesempurna apa? Apa kamu setampan Song Joong Ki? Apa kamu sekaya Kim Soo Hyun? Kalau tidak, lebih baik tutup mulut ember mu atau akan aku masukkan sampah beserta lumpur ke dalam mulut kamu yang juga sampah itu!" tegas Zeira yang membuat banyak orang menertawakan siswa itu yang sudah pergi berlalu ke kelasnya, karena merasa sudah dipermalukan di depan banyak orang.

"Lebih baik kamu tenang Zeira. Sudah aku bilang bahwa aku tidak apa-apa. Aku sudah tahu ini akan terjadi, jadi aku mempersiapkan mental dan batin aku untuk menghadapi semua ini. Lagi pula, kamu hanya membuang tenaga kamu jika kamu meladeni mereka," timpal Ainsley dengan mengusap lengan Zeira yang berada di sampingnya.

"Hah. Kamu benar Ainsley. Aku hanya membuang-buang tenaga saja jika seperti ini. Namun, telinga aku merasa panas karena mendengarnya. Dan rasanya aku ingin menjahit mulut mereka agar tidak bisa berbicara lagi," sahut Zeira dengan menormalkan napasnya yang terasa memburu, sebab emosi.

Xena hanya bisa diam tanpa bersuara, karena jika dibilang pun, Zeira akan tetap menjadi Zeira yang keras kepala, dan tidak bisa untuk tidak peduli akan ucapan orang yang terkesan menghina atau mengejek orang-orang yang dia sayang.

Mereka bertiga pun bergegas menuju ke kelas, karena takutnya guru sudah masuk. Dan, mereka nanti akan dihukum karena terlambat masuk kelas.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

33.4K 6.2K 96
Terjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 2 (Chapter 189-284) karya Singshong "Hanya aku yang mengetahui akhir dari...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
7.9K 872 7
[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidup...
1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...