Simbiosis

By lusyynaa_

17.4K 13.9K 43.2K

Dia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga me... More

Prolog
01 - The Beginning
02 - Following You
03 - Crazy Girl
04 - Mistake
05 - Short Message
06 - Apologize
07 - Seven Questions
08 - Challenge
09 - Chemistry Lab
10 - Test Score
11 - Jealous
12 - Embrace
13 - Three Rules
14 - Promise
15 - Disappointed
16 - Stuck With You
17 - Sensibility
18 - Declaration Of Love
19 - Asya Madness
20 - Hurt
21 - Our Change
22 - Believe Me
23 - Girlfriend
24 - Wicked
25 - Forced To Do It
26 - Information
27 - Evil Destiny
29 - Kiss And Sick
30 - Sorry
31 - I Wish
32 - Congratulations
33 - It's Over, Seriously?
34 - Please
35 - Everything Will Be Okay
36 - She's Mine
37 - Like A Diamond
38 - Honesty
39 - Bad News
40 - Go Away, Asya!
41 - After One Month
42 - To Be A Doctor?
43 - See You Beautiful Angel
44 - Hoodie
45 - All About Darkev
46 - All About Jenrik
47 - Their Life Journey
48 - You Broke My Heart
49 - I Miss You
50 - Thank You
Epilog

28 - The Happiness

216 193 268
By lusyynaa_

28 – The Happiness

        "A-apa?" Tanya Asya gugup.

        Alfa menghembuskan napasnya panjang lalu mencondongkan tubuhnya sedikit mendekati wajah Asya. "Lo mau apa dari gue?"

        Asya menatap Alfa bengong. Gadis cantik itu lambat memproses makna pertanyaan Alfa. Hal itu membuat Alfa benar-benar ingin mencium Asya, tapi Alfa menahannya.

        "Tutup mulut. Nanti lalat masuk ke mulut lo!" Ketus Alfa membuat Asya tersadar.

        "Ah it-itu, Sya pengen boneka Panda warna hijau!" Kata Asya berbinar.

        "Emang ada?" Heran Alfa.

        Asya mengangguk kecil. "Kamu buat sendiri, terus di bonekanya harus ada tulisan tanggal jadian kita."

        Alfa mengerjap polos tanda ia tidak mengerti.

        Asya mengendus pasrah. Ia meraih tangan kiri Alfa dan meletakkan tangan itu di atas pahanya. Lalu Asya menyimpan tangan kanannya di atas telapak tangan kiri Alfa. Gadis itu tersenyum manis melihat jarinya yang jauh lebih kecil dari tangan Alfa.

        "Kamu percaya kalau kita sekarang lagi bersimbiosis?" Tanya Asya pada Alfa.

        "Gak," jawab Alfa datar membuat Asya mendesis sebal. Alfa mengulum senyum, sebenarnya ia tak serius menjawab itu.

        "Sadar atau tidak," Asya menoleh melihat mata Alfa. "Dari awal kita bertemu hingga saling mengenal, hubungan anti-mainstream itu selalu terjadi setiap hari."

        "Awalnya aku iseng jahilin kamu." Kekeh Asya mengingat kejadian itu.

        "Terus kamu buat aku nangis, dan kita jauh beberapa saat. Aku kira setelah itu kita benar-benar gak bakalan baikan lagi." Ujar Asya tersenyum tipis.

        "Tapi, skenario kita gak terduga. Kamu minta maaf dan natap aku seakan mengisyaratkan sesuatu di rooftop waktu itu. Dan itulah awalnya kenapa aku ambis banget buat jadi pacar kamu." Lanjut Asya dan Alfa hanya mendengar dengan tenang.

        "Kamu bisa hitung berapa kali kamu buat aku nangis?" Tanya Asya pelan membuat Alfa membisu seribu bahasa.

        "Hadirnya kak Asna buat atmosfer Simbiosis kita menjadi lebih dingin bahkan sempat membeku."

        "Aku pengen nyerah aja buat bisa sama kamu waktu itu, tapi kamu malah nembak aku." Kata Asya tersenyum manis sambil memainkan jemari Alfa.

        "Sayangnya hubungan kita tidak selalu terjadi seperti yang aku harapkan." Asya menghembuskan napasnya panjang.

        "Nanti gue cari boneka Panda warna hijau." Ujar Alfa mengubah topik karena merasa pembahasan Asya malah membuat gadis itu semakin sedih.

        Asya memberikan ponselnya pada Alfa. "Fotoin aku di sana!" Pinta Asya sambil menunjuk ke arah pohon-pohon yang lebih bagus yang berderet di pesisir pantai itu.

        "Pakai HP gue aja." Kata Alfa mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

         "HP baru?!" Beo Asya karena melihat ponsel Alfa yang berbeda dari ponsel yang biasanya laki-laki itu pakai.

        "Hm," dehem Alfa lalu berdiri.

        Sebuah uluran tangan berada di depan Asya. Gadis itu mendongak dan tersenyum manis melihat Alfa. Ia menyambut tangan Alfa lalu berdiri.

        "Mama gue suka lihat foto lo, katanya imut." Cerita Alfa membuat Asya cepat menoleh.

        "Dia juga suka nonton covers lagu di YouTube lo, suara lo kata Mama bagus." Tambah Alfa sambil membuka kamera ponselnya.

         Asya memicing matanya tak percaya. "Itu kata Mama atau kata kamu?"

        Alfa melihat Asya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mau gue foto gak?!"

        Asya mendesis sebal, gadis itu segera berlari kecil ke tempat incarannya. Ia melakukan berbagai macam gaya, dari yang sok cool hingga yang konyol (Dear, bayangin Asya kayang di atas pohon).

        "Udah! Memo gue penuh kena foto lo!" Seru Alfa membuat Asya cemberut.

        "Pengen lihat hasilnya!" Ujar Asya semangat mendekati Alfa.

        "Nanti gue kirim." Ucap Alfa langsung memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku celana seragamnya.

        Saat Alfa ingin berjalan menjauh dengan cepat Asya menahan lengan kiri cowok itu. Alfa membalikkan tubuhnya melihat Asya dengan alis kanan terangkat.

        Asya meneguk salivanya kasar lalu memeluk tubuh Alfa cepat. Asya rindu pada wangi cowoknya ini. Hanya Alfa yang ia kenal memiliki harum yang selalu membuat Asya sangat candu.

        "Pengen peluk sebentar." Gumam Asya dan Alfa bisa mendengarnya dengan jelas.

        "Jangan dingin sama pacar sendiri." Pinta Asya.

        Alfa tersenyum tipis lalu mengelus-elus lembut rambut panjang Asya. Asya selalu berhasil membangkitkan mood–nya.

        "Sya," panggil Alfa dan dibalas deheman oleh gadis itu.

        "Jujur, gue baru tahu ada Panda warna hijau."

        Asya mendongak melihat wajah Alfa dari bawah. "Emang Panda warna apa?"

        "Warna hitam putih," jawab Alfa sedikit ragu.

        Asya mangut-mangut. "Itu pasti panda yang gak ada kehidupan, nanti mati pasti."

        "Makanya, aku mau Panda yang warna hijau. Hijau melambangkan kehidupan." Tambah Asya lagi.

         "Aku gak mau mati dulu sebelum hidup bahagia sama kamu, Afa." Ucap Asya membuat pergerakan tangan Alfa terhenti seketika.

        "Ngomong apa sih lo, Sya?" Alfa mendadak gusar.

        Asya menggeleng kecil. Gadis itu segera menjauhkan tubuhnya dari Alfa lalu berlari kecil ke arah bibir pantai.

        "TAKDIR GAK SELALU BAIK, AFA."

        "TAPI AKU MAU KAMU TERUS BERSYUKUR, SETIDAKNYA DI SAAT-SAAT SEPERTI INI."

        Teriakan gadis cantik itu membuat Alfa mengukir lengkungan indah di paras tampannya. Ia bisa melihat Asya yang tersenyum merekah di sana dengan rambut yang terurai indah seakan menari-nari tertiup angin.

        "Seandainya waktu bisa di hentikan sesuka hati, gue ingin seperti ini terus." Gumam Alfa lalu berjalan mendekati Asya.

        Capek rasanya merasakan tekanan di setiap sudut seakan mendesak untuk selalu sempurna.

        Bahkan kata semangat yang selalu di berikan orang-orang hanya berlaku sesaat di benak, kemudian hilang entah kemana. Ada yang seperti itu?

        "Kejar aku, Afa!" Ujar Asya sambil tertawa lepas mulai berlari lebih dulu.

        "Cih," Alfa terkekeh kecil lalu berlari menuruti keinginan Asya. "Kalau gue berhasil tangkap lo, siap-siap aja lo gak bisa napas!"

        "Huaaaa Afa jahattt!" Pekik Asya terus berlari menghindari Alfa.

        "Hahahaha."

*****

        "Alfa di mana?" Tanya Kevin pada Riko.

        "Lo nanya gue? Emang gue emaknya!" Jawab Riko membuat Kevin mengendus kasar.

        "Kak, ada lihat Asya?" Tanya Dara tiba-tiba membuat kedua cowok itu kompak menoleh.

        "Gak tahu, gak ada lihat." Jawab Riko gelang-geleng.

        "Mungkin lagi pacaran," Kata Jenny mendekati mereka sambil mencomoti keripik singkong.

         "Ah, semoga mereka bahagia." Ucap Dara berharap.

        Kevin mengangguk setuju. "Gue juga harap kayak gitu."

        Uhuk uhukk

        Jenny tersedak keripik singkong karena melihat sebuah postingan di layar ponselnya.

        "KAN BENER! MEREKA LAGI PACARAN!" Teriak Jenny memperlihatkan layar ponselnya kepada ketiga temannya itu.

        Terpampang jelas di layar canggih itu, video Asya yang sedang berlari kecil sambil tertawa di tepi pantai. Direkam dengan durasi 10 detik dan di posting di akun Instagram pribadi Alfa.

        "Asya pantas bahagia." Kata Dara tersenyum melihat video itu.

        "Asya sialan!" Desis Asna yang berdiri tak jauh dari tempat mereka Kevin berkumpul. Asna mendengar teriakan Jenny tadi dan hal itu menjawab pertanyaannya sedari tadi tentang dimana Alfa.

        "Siapapun yang udah berani rebut milik gue, dia gak pantas bahagia." Ujar Asna segera pergi.

*****

        Tak terasa, waktu berjalan cepat. Langit sudah mulai memancarkan warna jingga kemarah-merahan. Matahari sepertinya ingin tenggelam berganti jaga. Asya sedari tadi tak sedikitpun memudarkan senyum di paras cantiknya.

        "Manis," kata Alfa pelan yang sedari tadi berdiri di sebelah kanan Asya.

        Asya menoleh melihat Alfa. "Kamu bilang aku manis?"

        "Ge'er!" Sahut Alfa tersenyum miring membuat Asya menggeram kesal.

        Jujur, di mata Alfa, Asya malah semakin menggemaskan.

        "Suka banget buat aku kesal!"

        "Gak ada romantis-romantisnya jadi cowok!"

        "Itu pacar Asya bukan sih?"

        Alfa merangkul pundak Asya membuat gadis itu berhenti mengerutu. "Gue udah pernah bilang dari awal, kalau gue gak bisa romantis."

        Asya terdiam lama sambil melihat mata Alfa yang tajam namun teduh menurutnya. Ia tidak tahu harus berkata-kata seperti apa lagi saat ini. Alfa itu selalu bertindak di luar dugaannya.

        "Tapi, gue bisa buat lo senyum." Tambah Alfa.

        Alfa mengacak-acak rambut Asya gemas. "Lihat, sunset itu cantik dan manis di waktu bersamaan."

        Alfa melihat Asya yang sedari tadi terus melihatnya. "Kenapa?"

         Asya menggeleng kecil lalu memeluk tubuh Alfa dari samping. Lama di posisi seperti itu menghadap ke arah laut. Sepasang kekasih remaja itu membuat beberapa orang yang melihat keduanya juga ikut mengukir senyum.

         "Kakak," panggil seorang anak kecil perempuan berumur kira-kira 7 tahun itu membuat Asya dan Alfa kompak menoleh.

        Asya melepaskan pelukannya pada Alfa lalu mendekati anak perempuan itu dan berjongkok.

        "Ada apa sayang?" Tanya Asya lembut.

        "Dia ganteng!" Kata anak perempuan itu menunjuk Alfa yang berdiri di belakang Asya.

        Asya terkekeh kecil lalu mengusap lembut bahu anak perempuan itu. "Masa sih?"

        "Iya, abang itu ganteng banget. Kalian pacaran ya?"

        "Kalian cocok sekali. Kalau sudah besar, aku pengen juga punya pacar yang ganteng kayak abang itu!"

        Asya dan Alfa melongo dibuatnya. Menurut Alfa anak perempuan di hadapannya ini sangat pintar.

        "Nama kamu siapa?" Tanya Asya lembut.

        "Namaku Jeantari. Teman-teman biasa panggil Jea." Jawabnya mantap.

        "JEA!!" Teriak seorang anak laki-laki setengah berlari mendekati Jea, Asya, dan Alfa.

         "Kamu jangan main jauh! Kamu itu hobby sekali buat orang panik!" Ujar anak laki-laki itu memarahi Jea.

         "Kak, dia Akbar Vikolas Gaston. Laki-laki terjelek sedunia." Ujar Jea memperkenalkan laki-laki di sisinya itu kepada Asya.

        "Jelek?" Asya tertawa lepas. "Dia malah jauh lebih ganteng daripada Afa." Sambung Asya tersenyum melihat Akbar.

        Alfa mendesah berat menatap Akbar sinis. Begitupun sebaiknya, Akbar menatap Alfa tak kalah datar dan sinis.

        "Akbar, kita foto sama kakak berdua ini ya?" Pinta Jea pada Akbar.

        "Buat apa?!" Balas Akbar tak mau.

        "Ish! Nyebelin banget jadi cowok! Udah jelek, sombong lagi! Pergi jauh deh lo dari gue!" Kata Jea membuat Asya dan Alfa kembali tercengang.

        "Kak!" Panggil Asya pada seorang gadis sebayanya yang berjalan sendiri di depannya.

         "Ada apa?" Sahut gadis itu.

        "Tolong fotokan kami berempat." Pinta Asya.

         "Oh, bisa." Balas gadis itu sambil menerima ponsel Asya.

        "Aku mau di gendong kakak ganteng!" Ujar Jea kepada Alfa.

        Alfa menggendong Jea sementara Akbar berdiri dengan wajah datar dan Asya memegang bahu Akbar sambil tersenyum manis menghadap ke arah kamera.

         "Kita kayak udah punya anak." Bisik Alfa tepat di telinga kiri Asya.

        "Gue bahagia, Sya."

        "Aku juga bahagia, Afa."

•••••

Tekan bintang.

Continue Reading

You'll Also Like

33.3K 2.3K 26
Bab masih lengkap | Sudah terbit Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon Rex Publishing. Di tulis oleh dua orang. Aya Sovia dan Kh...
1.6K 139 61
โš ๏ธ [ Cerita tidak lengkap ] โš ๏ธ Cerita ini telah di terbitkan di Penerbit Guepedia Publisher. Jika berminat untuk menyentuh buku fisiknya bisa kirim p...
170K 10.3K 38
{BOOK 2 OF LIMBAD SERIES} Hara, adalah gadis yang terlahir sebagai anak tunanetra, sebuah penyakit yang ia derita menghambat kedua matanya dan menyeb...
874K 65.4K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...