NECROMANCER [TAMAT]

By zuladwi

1.4K 182 272

//BETRAYAL// Scarlea dicap sebagai Necromancer semenjak orang-orang melihat warna rambutnya. Sejak itulah ia... More

Scarlea Sochyero
Pembawa Pesan
Sorcerer
Bantuan
Sihir Pengubah
Pertemuan
Perpustakaan dan Permulaan
Gadis Kecil
Arwah Ungu di Hutan Maleybre
Jejak Necromancer
Dugaan
Ritual
Ketidakpastian
Rusa Hijau
Rumor
Scarlea dan Ketidaktahuannya
Serrano
Petunjuk Penting
Sesuatu yang Tersembunyi
Rencana
Perlindungan
Magic Map
Jejak Mantra Pelindung
Kegagalan
Portal Rahasia
Hutan
Last Place
Suspicious
Hutan Terlarang
Fight
Keraguan
Potongan Puzzle (Part 1)
Potongan Puzzle (Part 2)
Tempat Rahasia
Similiarity
Kenyataan
Kebohongan
Sisi Lain Hutan Maleybre
Light of Hope
Kepingan di Padang Rumput
Choosing Side
Usaha Terakhir
The Trial
Brand New Day
*Author's Note*
[Ilustrasi Continentia]

Concern

15 2 0
By zuladwi

Haloo, terima kasih untuk kalian yang sudah baca~ Untuk chapter ini dan seterusnya akan jadi lebih panjang dari sebelumnya, aku bakal usahain biar tidak membosankan dan bikin adegan yang tegang hahaha. 

Selamat membaca!

.

Pintu besar perpustakaan terbuka sebelah dan seorang pria 70 tahun muncul dari balik daun pintu besar itu. Terry yang sedang merapikan tumpukan buku di meja depan itu pun menoleh ke arah pintu.

"Anda sudah kembali," sapanya pada Martin Gideon yang terlihat berjalan menunduk seperti memikirkan sesuatu dan tidak mendengar ucapan Terry. Pria itu pun berhenti kala matanya melihat ujung meja dan tersadar jika ujung sepatunya menabrak. Pria tua itu pun mendongak dan mendapati Terry menatapnya dengan heran.

"Apa yang anda lihat di lantai, Tuan Gideon? Anda memikirkan sesuatu?" tanya Terry ketika matanya bertemu dengan mata pria berjenggot panjang itu.

"Ah—tidak. Kau sudah mau pulang?" balas Martin yang melihat Terry sudah merapikan meja dan buku-buku di sana untuk dikembalikan ke tempatnya.

Terry mengangguk lalu membungkuk sedikit, "Saya pamit pulang dulu," ucapnya. Pemuda itu tidak berlalu begitu saja setelah melihat wajah Martin Gideon yang menunjukkan kekhawatiran. Merasa aneh dengan raut wajah penjaga perpustakaan tua itu pun Terry lantas bertanya, "Apa ada yang mengganggumu, Tuan Gideon?"

Martin Gideon tak bersuara dan mengusap wajahnya sedikit kasar lalu menatap wajah Terry. "Hanya saja ... apa kau tahu soal bukti pengabdian kegelapan ?" tanya Martin dengan nada gelisah. Kedua alis Terry nampak naik.

"Tentu saja saya tahu ... pola bergambar ular dan tengkorak, kan?"

Martin Gideon mengangguk, "Benar!"

"Apa anda membutuhkan buku itu, Tuan? Saya akan mengambilkannya kalau begitu—"

"—tapi kau mau pulang, kan?"

"Tidak masalah, sungguh. Lagipula saya kan tinggal sendiri."

Terry pun berjalan menuju bagian belakang perpustakaan diikuti dengan Martin menuju pintu kayu berwarna hijau gelap dengan tulisan 'bagian terlarang' yang terukir di sebuah plat logam yang menempel di pintu.

Pintu itu menuju ke ruangan bagian terlarang, tempat buku-buku yang hanya boleh dibaca orang-orang tertentu. Tentu saja dengan seizin Martin Gideon sebagai penjaga perpustakaan dan juga mantra khusus.

Terry pun berdiri menghadap pintu dan berucap,

"Deschis!"

Pintu kayu itu berdecit pelan dan dua orang itu pun masuk dengan tenang. Setelah keduanya masuk, pintu itu pun menutup dengan sendirinya. Lalu Martin duduk di kursi kayu dengan sandaran di pinggir ruangan sementara Terry berjalan mencari buku yang diinginkan Martin.

"Kalau boleh tahu, kenapa anda mencari buku yang sudah lama tidak dibaca?" selidik Terry berharap pria tua itu membagi kegelisahannya.

"Sepertinya aku melihat pola itu di tangan seseorang hari ini ... tapi aku butuh meyakinkan diriku sendiri karena—"

Martin menghela napas panjang. Ia tidak yakin dengan apa yang ingin ia katakan meskipun ia sudah sangat percaya pada Terry termasuk untuk berbagi kegelisahan atau kekhawatiran.

"Anda mengenal orang itu?" sahut Terry tanpa menunggu lanjutan penuturan Martin. Pria tua itu menghela napas dan memejamkan mata lalu mengangguk.

"Jika anda berada di kebun hari ini, itu berarti partner anda adalah .... "

"Benar."

Terry mengambil sebuah buku berwarna hitam usang dengan pinggiran berwarna hijau tua yang tak kalah kusam. Buku itu sedikit berat mengingat lebarnya lebih besar ketimbang buku-buku pada umumnya dan juga tebal. Pemuda berkacamata itu menyodorkan buku besar itu di hadapan Martin.

"Terima kasih."

"Apakah anda berpikir jika dia ada hubungannya dengan kasus anak-anak itu?" tanya Terry yang menyeret kursi kayu bundar ke dekat Martin.

"Aku tidak tahu, aku belum bisa menyimpulkan apapun." Suara Martin berhenti sebentar sebelum berucap kembali.

"Kenapa rasanya aku jadi tidak percaya dengan Sorcerer lain ...."

*****

Scarlea memeluk kedua lututnya sambil bersandar pada nakas di dekat ranjangnya. Lampu minyak yang ia gunakan tadi tergeletak tak jauh dari kakinya. Pandangan gadis itu menatap hambar lantai kayu kamarnya. Ia begitu bingung dan gusar dengan apa yang barusaja ia alami. Ia menoleh sebentar ke langit—melalui jendela kamarnya—yang sudah menunjukkan semburat kemerahan yang tenang.

'Tadi siang ... lalu sekarang tiba-tiba sudah sore. Selama itukah aku di dalam sana?'

Gadis itu sibuk dengan semua pikirannya hingga mengabaikan telapak kakinya yang lecet karena tergores kayu dan kerikil-kerikil kecil di hutan karena ia mengembara tanpa alas kaki.

Scarlea menghela napas dan melepaskan pelukan pada kedua lututnya lalu mencoba bangkit namun detik kemudian ia meringis merasakan perih menjalar di kakinya.

"Ish ... perihnya ..." gadis itu lanjut untuk segera bangkit mencari obat luka di kamarnya sambil menahan perih di kakinya. Ia pun meraih kotak yang menggantung di dekat mejanya lalu mengambil obat luka dan beberapa plester. Setelah membersihkan lukanya dan mengoleskan obat, ia pun menutup lukanya dengan plester. Lima plester sudah ia tempelkan, cukup banyak luka pikirnya tapi ia tak begitu peduli karena dengan begini ia bisa berjalan tanpa rasa perih.

Gadis itu menghentikan aktivitasnya lagi. Pikirannya masih terkunci pada kejadian aneh yang membawanya ke dalam hutan yang tidak ia kenali. Hutan yang memiliki waktu berbeda dengan waktu sesungguhnya.

"Dan bagaimana aku bisa tiba-tiba keluar tadi? Cahaya kuning yang muncul tadi sewarna dengan—" kedua netra gadis itu yang semula menatap lurus pun turun menatap sesuatu yang menggantung indah di lehernya. Batu berwarna kuning yang warnanya membuatnya tenang.

"Apa mungkin ... kalung ini?" tanyanya seraya melepas kalungnya dan memandangi bandul batu oval berwarna kuning yang di dalamnya terdapat corak coklat dan oranye. Sungguh indah pikirnya. Ia tidak salah memilih waktu itu. Gadis itu memandangi batu itu lamat-lamat menelisik apakah ada kemungkinan cahaya itu berasal dari sana.

Namun bagaimana caranya ia tahu jika cahaya itu berasal dari batu itu atau tidak? Bahkan ia sendiri pun tidak tahu bagaimana batu itu dibuat, yang ia tahu hanyalah batu itu berasal dari Dryatt.

"Darimanapun asalnya cahaya itu, yang jelas membuatku selamat dari orang yang menyeramkan itu ... " gadis itu menghela napas pendek.

"Jika pintu gudang adalah jalan masuknya .... apa orang itu juga bisa menuju kesini? Bagaimana jika dia bisa? Ah ... aku harus memberitahu ayah—tapi!"

Pikirannya kembali berkecamuk dengan perasaan takut yang ditorehkan ayahnya pagi tadi. Ia menelan ludahnya lantas mencoba menjernihkan pikirannya.

"Aku harus bertanya pada ayah," yakinnya kemudian tak lama setelah itu ia mendengar suara pintu depan terbuka lalu ia pun segera keluar dari kamarnya.

Kyle Sochyero memasuki rumah dengan gontai. Ia meletakkan jubah kelabunya di gantungan dekat pintu lalu melepas sepatu botnya dan meletakkannya dekat dekat tembok. Ia pun berjalan pelan menuju dapur dengan tenang.

"Ayah!" pekik Scarlea yang membuat pria di hadapannya itu terperanjat dan mengelus dadanya karena terkejut.

"Kenapa kau mengagetkan ayah, astaga ..." eluhnya. Senyum Scarlea terkembang begitu saja karena ayahnya berkata dengan lembut seperti biasa berbeda dengan tadi pagi. Ia pun bernapas lega sebelum berceloteh pada ayahnya. Namun ia urungkan karena ayahnya terlihat letih.

"Aku akan buatkan ayah teh hangat," ucapnya lalu menuju dapur dan mengisi air pada cerek dan memanaskannya di atas kompor.

"Terima kasih sayang," ucap Kyle serasa mendudukkan bokongnya di kursi kayu. Pria itu melihat punggung mungil putrinya yang sibuk menyiapkan minuman untuknya. Tatapan pria itu menjadi sendu tatkala melihat tubuh gadis yang ia anggap masih mungil terlepas dari usianya yang delapan belas tahun. Seakan dapat ia lihat jika tubuh gadis itu rapuh dan bisa remuk kapan saja jika disentuh sedikit kasar.

Ah, bagaimanapun gadis itu tetap gadis kecilnya.

Ia sungguh tak ingin jika gadis itu terluka. 

Lalu ia teringat kembali kejadian tadi pagi dimana ia sempat memarahi dan membuat takut anak gadisnya. Sekarang ia merasa bersalah.

Secangkir teh hangat dengan asap mengepul disodorkan di atas meja dan membuat aroma teh menyeruak menenangkan ke dalam penciuman Kyle. Scarlea duduk berhadapan dengan Kyle sambil tersenyum lembut.

"Terima kasih lagi," ucap Kyle tersenyum tipis. Ia memandangi secangkir tehnya di atas lepek—masih dengan senyum tipisnya—dan berujar, "Maafkan ayah untuk pagi tadi ..."

Scarlea menggigit bawah bibirnya gugup lalu tersenyum lagi, "Tak apa. Tidak masalah."

"Minumlah selagi hangat, Ayah," lanjutnya mempersilahkan pria di hadapannya untuk meminum teh buatannya.

Scarlea menunggu saat yang tepat untuk memberitahu ayahnya soal gudang dan hutan yang ia lihat tadi. Namun ia tak ingin menceritakan sosok misterius tadi karena takut jika ayahnya khawatir.

Setelah ayahnya menyeruput setengah tehnya, gadis itu mulai bersuara, "Ayah, aku melihat sesuatu yang aneh di dalam gudang."

Seperti sebuah pertunjukkan yang berhenti di tengah-tengah dan membuat penonton kebingungan, Kyle menghentikan acara minum tehnya dan mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Bingung.

"Aneh bagaimana?" tanya Kyle tidak mengerti dengan bagian aneh pada ucapan putrinya. Gadis itu pun berdiri dan mengisaratkan ayahnya untuk mengikutinya menuju pintu gudang.

"Sungguh! Gudang itu tiba-tiba berubah menjadi hutan. Bukankah itu aneh?!" eluhnya sambil menunjuk-nunjuk pintu gudang. Kyle pun berdiri dan melangkah perlahan dengan langkah berat. Bagaimana mungkin putrinya melihat itu?

"Mana mungkin, Scarlea. Gudang itu hanya berisi barang-barang tidak terpakai dan peralatan berkebun dan berbenah ..." Kyle pun mengulurkan tangan untuk memutar knop pintu gudang lalu mendorongnya. Sementara Scarlea bersembunyi di balik lengan Kyle dengan perasaan was-was.

Gudang itu benar-benar berisi hal yang dikatakan Kyle. Barang tidak terpakai, peralatan kebun dan berbenah.

"Apa kau yakin tidak bermimpi, huh?" tanya Kyle lagi lalu menutup pintu gudang. Ia memerhatikan raut wajah putrinya yang tidak percaya dengan yang ia lihat.

"Sungguh, Ayah!" gadis itu berusaha meyakinkan. Kyle menghela napas pendek dan menggeleng seraya kembali menuju teh hangatnya.

"Buktinya isinya masih sama begitu," ujar Kyle. Scarlea mengerucutkan bibirnya dan bersidekap. Bagaimana mungkin apa yang ia lihat berbeda dengan yang dilihat ayahnya.

"Lihat saja—" Scarlea membuka pintu gudang lagi dengan agak kasar dan apa yang ia lihat berhasil mengecewakannya lagi. Gudang itu tetaplah gudang seperti yang dikatakan ayahnya. Gadis itu mendengus kecewa lalu menghampiri ayahnya.

"Sudah lupakan soal gudang. Apa kau tidak ingin makan malam? Ayah sudah lapar. Bagaimana jika makan sesuatu di luar? Ayam goreng madu mungkin?" tawar Kyle yang berhasil membuat wajah kusut kecewa Scarlea berangsur tergantikan dengan senyuman.

"Setuju!"

.

.

To be continue

Jangan lupa vomment :)

Thanks for reading!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
285K 18.5K 49
negeri xavier dihuni oleh makhluk yang berkekuatan magic yang berkuasa di masing-masing daerah mereka. chattysia amabel yang tanpa sengaja menjadi ba...
10.4K 873 38
Apa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri...
572K 49.8K 32
#11 in Action (13-09-17) Secret agent, atau yang biasa dipanggil SA. sekelompok orang yang selalu muncul di berbagai belahan dunia kriminal. Hampir t...