Sungkem dulu sama saya🙏
Kalo udah tap bintang dipojok kiri bawah.
Kalo udah, Yaudah baca aja.
Happy Reading 🌻
______
Brakkk
Motor yang ditumpangi Edgar melesat jauh dari diri Edgar yang mengenaskan ditengah jalan dengan wajah yang berlumuran darah.
Samar-samar Edgar bisa mendengar riuh-riuh dan melihat orang-orang dengan pandangan kabur. Semuanya terjadi begitu cepat, Dirinya ditabrak truk yang berlawanan arah padanya. Edgar sadar dirinya salah karena tidak menaati peraturan lalu lintas, Jalan yang digunakannya salah.
Ia memejamkan matanya guna menghilangkan rasa pusing dan berat di kepalanya. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang dirinya menggumamkan sesuatu yang hanya bisa didengarnya dan tuhan.
"Sakit bun..." Edgar memegangi dadanya yang terasa sakit, Bukan, Bukan karena kecelakaan ini, Namun karena hatinya yang hancur berkeping-keping.
"Bawa ke rumah sakit terdekat!" suara bariton seseorang membuat orang-orang yang di sana segera mengangkat tubuh Edgar di mobil pemilik suara bariton itu.
•••
"Apakah anda keluarganya?" tanya Dokter yang menangani Edgar.
"Ya, Gue keluarganya," alibi orang itu.
"Baik, Keadaan pasien tidak perlu dikhawatirkan. Saat terjadi kecelakaan pasien dengan sigap melindungi tubuhnya, Jadi, Hal itu membuat pasien tidak mengalami cidera yang serius," jelas Dokter itu.
"Syukurlah.." gumam orang itu.
"Gue titip Edgar ya Dok, Gue masih ada acara lain. Soal biaya udah gue bayar lunas semuanya. Rawat Edgar sebaik mungkin," ujar orang itu terburu-buru sambil melihat jam yang melingkar ditangannya.
"Tentu aja pak."
'Dikira bapak-bapak apa gue? Gaul gini dibilang bapak, Ck'
"Titip Edgar, Jangan sampai dia kenapa-kenapa," pesan orang itu langsung melengos pergi.
•••
"Adhi, Takut, Kok banyak sih orangnya?" gumam Olivia di dada Alan.
"Diem, Mereka gak bakal apa-apain lo."
"Serius ini istri lo Lan? Dia-kan juga anak STB?"
"Hm."
"Gila, Gak nyangka, Kok cakep bett."
"Mau gue gorok leher lo?" sengit Alan.
"Eh, Jangan dong, Sayang kali," kekeh salah satu anak Avigator itu.
Olivia memandang satu persatu orang-orang berpakaian hitam dilengkapi jaket kebanggaan mereka, Jaket Avigator yang berbeda didepannya sembari meneguk ludahnya susah payah.
Tatapannya terhenti pada orang yang menatapnya tajam, Tanpa sadar ia mencengkram baju Alan membuat cowok itu menoleh pada gadisnya.
Olivia mengalihkan pandangannya, Matanya melebar dengan mulut yang sedikit terbuka.
Dia adalah orang yang pernah ia salah tepuk pundaknya waktu Alan sedang memberi makan pada anak-anak menggemaskan itu.
Olivia berbisik pada Alan, "Adhi, Dia yang pernah gue salah tepuk, Dia ada dendam ya sama gue? Gue takut banget, Tatapannya apalagi," bisiknya pelan membuat Alan gemas.
"Mana?" tanya Alan membuat Olivia dengan hati-hati menunjuk cowok itu dengan dagunya.
Semua mata teralihkan pada pasangan itu.
Alan tersenyum tipis, Dia, Nio, Anggota Avigator yang sifatnya sebelas dua belas dengannya. Nio dikenal dengan sifat dinginnya.
"Jangan natap dia gitu, Takut dia," ujar Alan membuat anak-anak Avigator menahan tawa.
"Pftttt."
"Mau gue gorok leher lo?" sengit Alan mengelus lembut surai Olivia.
"Alan, Bucin sekarang anjir," bisik Marga pada Gio.
Gio mengangguk setuju, Memang Alan saat ini terlihat bucin.
"Lo yang waktu itu salah nepuk pundak gue?" tanya Nio sangat datar.
Olivia meneguk ludahnya kasar, "I-iya," jawabnya gugup.
Karena tidak mendapatkan jawaban lagi dari Nio, Olivia berkata, "Lo ada dendam ya sama gue? Tatapan lo tajam banget."
"Gak," jawab Nio cuek.
"Istri lo gemesin LANNNN!!!" pekik Radit tidak tahan.
"Gue dopak lo sampe Singapura mau?!" kata Alan tajam membuat Radit ketakutan sendiri.
"Santai-santai."
"Ayo, Kita pergi sekarang," titah Alan dengan perasaan kesal dan dengkol.
"Edgar gimana?"
"Nanti juga nyusul," sahut Marga.
Mereka menuju garasi Markas yang terdapat banyak sekali motor. Mereka mengambil motor mereka masing-masing.
"Naik," Alan memberi tangannya, Olivia menggapai tangan dan segara naik.
Motor Alan memimpin didepan, Dari spion Olivia dapat melihat banyaknya motor dibelakang mereka.
'Dikawal anggota geng motor terkenal, Terseguaalanya nih, Kayak ratu gue,' batin Olivia.
"You are the queen of Avigator," kata Alan membuat Olivia mengeriykan dahinya, Detik kemudian ia baru saja Alan seperti menjawab perkataannya yang dalam hati itu.
Deg Deg Deg
•••
"Pasien bernama Edgar Satrio Aditiya di UGD," Alan menghentikan langkahnya saat mendengar nama Edgar disebut, Jaraknya tidak jauh dari resepsionis.
Alan menolehkan kepalanya. Ia menghampiri kedua orang yang sangat tidak asing diikuti anak-anak Avigator, "Tante?" orang yang disebut Tante menoleh pada Alan.
"Gimana kabar Edgar Lan?" tanya wanita paruh baya itu, Yakni Adinta- Mama Edgar.
"E-edgar? Edgar kenapa?" tanyanya balik sambil mengerutkan keningnya.
"Loh gimana sih kamu Alan, Edgar kan habis kecelakaan," jawab Adinta semakin kebingungan.
"Ruangan mana?" tanyanya khawatir.
"UGD." Alan berlari sambil menggandeng tangan kecil, Tangan Olivia yang sama kebingungannya, Dan diikuti anak-anak.
"Woilah Edgar kenapa?!" tanya Gio tergesa-gesa.
"Bacot, Diem lo babi," sentak Marga tajam.
Alan mengintip dari balik kaca jendela di sana, Ia bisa melihat Edgar yang tengah berbaring.
"Edgar kenapa?" tanya Olivia pada Alan.
"Kecelakaan," Olivia menutup mulutnya mengunakan kedua tangannya saking kagetnya.
"Kok bisa?"
"Ngapain lo nanya-nanya Edgar?" sinis Alan membuat anak-anak Avigator menahan tawa.
"Pftttt."
"Apa lo?" tatapan tajam pada anggotanya yang sedang menahan tawa.
"Posesip yee," sindir Gio bersiul menggoda.
"Sus, Sus, Gimana keadaan Edgar?" tanya Marga saat Suster itu keluar.
"Keadaan pasien tidak perlu dikhawatirkan. Saat terjadi kecelakaan pasien dengan sigap melindungi tubuhnya, Jadi, Hal itu membuat pasien tidak mengalami cidera serius," jelas Suster itu membuat mereka bernafas lega.
"Syukurlah," gumam mereka.
"Kok bisa kecelakaan kenapa sus?" tanya Dito mewakili semua anak-anak.
"Pasien melewati jalan yang salah, Sehingga supir truk yang kebetulan mabuk menabraknya," mereka manggut-manggut mengerti.
'Sampe segitunya lo Gar, Kalo dia gue ambil,' batin Alan menatap Olivia dalam.
"Boleh masuk Sus?" tanya Olivia membuat suster itu mengangguk, "Boleh, Tapi bergantian ya."
"Saya permisi," pamit Suster itu.
"Gue mau masuk, Siapa lagi?" tanya Alan.
"Gue," sahut Gio dan Marga.
"Ayo," mereka bertiga memasuki ruangan Edgar.
"Kok bisa lo kayak gini Gar? Lo terlalu kecewa sama Alan?" tanya Marga memandang Edgar yang setia menutup mata.
•••
"Itu Edgar kecelakaan," balas Marga menjawab pertanyaan Dhani.
"Loh? Kecelakaan? Kapan?"
"Baru aja," jawab Gio.
"Kok bisa?"
"Banyak pikiran mungkin, Masih belum sadar dia, Sebagai anak Avigator juga masih di sana."
"Ya Allah bang Edgar gitu amat.."
Alan melirik Olivia yang tidur di sandaran sofa luas yang berbeda di sana, Ia menghampiri gadis itu yang terlihat sangat capek.
"Awas lo!" anak-anak yang duduk di sofa berdiri sesuai perintah ketuanya.
"Ayo pulang, Capek hm?" Alan mengelus lembut puncak kepala gadis itu. Tanpa ia sadari anak-anak Avigator memandangnya dengan tatapan tidak percaya.
"Mau ke kantin," cicitnya memandang manik tajam Alan.
"Ayo," setelah berpamitan pada teman-temannya, Alan pergi menuju kantin dengan menggandeng eret tangan gadisnya.
"Mau makan apa?"
"Terserah," jawab Olivia membuat Alan berdecak kesal.
Setelah makan malam di kantin rumah sakit ini, Alan pergi izin menuju toilet. Kini Olivia sendirian di sana. Karena bosan, Olivia pergi dari kantin setelah membayar makanan yang ia dan Alan pesan.
Ia jalan-jalan ke sana kemari menjelajahi isi rumah sakit ini.
"Pasien butuh darah secepatnya, Sedangkan stok disini sudah habis untuk golongan darah AB-, Saya juga sudah mengecek di rumah sakit lain namun, Tidak ada. Golongan dari pasien lumayan susah dicari, Termasuk golongan darah yang langka. Jika dalam satu jam pasien tidak mendapatkan darah secepatnya, Pasien bisa jadi akan kehilangan nyawanya. Kita harus cari secepatnya" jelas Dokter itu pada keluarga pasien.
Olivia yang mendengar itu, Tertegun sejenak. Golongan darahnya AB-, Ia mendekati mereka bertiga. Ia akan menolongnya agar nyawa orang itu selamat.
"S-saya, Darah saya AB-," ujar Olivia datang mengagetkan orang-orang di sana.
"Siapa anda?" tanya seorang laki-laki, Yakni keluarga pasien.
"Saya memang tidak kenal pasien atau anda, Tetapi niat saya hanya ingin menolong orang yang memang seharusnya butuh dari apa yang saya punya. Tadi, Sempat saya dengar pasien membutuhkan donor darah AB- yang kebetulan stoknya habis bukan?"
"Iya nona, Memang stok darah AB- habis di sini, Apakah anda berniat mendonorkan darah anda?" tanya Dokter itu.
"Iya, Saya mau, Kebetulan darah saya AB-."
"Silahkan ikut saya, Saya cek dulu," Olivia mengekori Dokter itu menuju sebuah ruangan dengan pasang mata yang tidak luput dari pertama kali Olivia ingin mendonorkan darahnya, Keluarga pasien.
"Siapa dia?" gumam laki-laki itu.
•••
"Terimakasih, Saya tidak tahu lagi bagaimana nasib dia jika anda tidak mendonorkan darah. Anda mau berapa uang? Saya transfer sekarang," laki-laki itu mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.
"Kayaknya kita masih seumuran, Jangan terlalu formal," kekeh Olivia membuat laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oke, Mana nomer rekening lo?" tanya laki-laki itu.
"Gue gak butuh uang, Gue niat awal emang mau bantu," tolak Olivia halus.
"Tapi gue harus ngasih lo sesuatu, Gue gak mau dia nanti marah sama gue, Kalo lo udah nyelamatin nyawanya tetapi gak ada imabanya sama sekali."
"Gue gak mau, Gue ikhlas, Gue cuma pingin bantu. Kalo lo takut sama teman lo, Yaudah bilang aja orangnya udah pergi sebelum lo kasih apa-apa. Gampang-kan?"
"Yaudah gue pergi," Olivia berlari cepat. Saat
Hendak mengejar Olivia, Pintu ruangan terbuka, "Gue lupa lagi tanya namanya," gumam laki-laki itu menerawang kedepannya. Orang yang menolong keluarganya sudah pergi jauh.
"Ntah kenapa, Gue yakin, Suatu saat kita pasti bakal ketemu lagi. Gue gak tau kenapa tiba-tiba mikir gitu..."
TBC
Holla makasihhh buat yang udah support sampai detik ini❤️
Terhura bentar lagi 1M Reader's 🥺
Follow!!!
16/9/21
21.25