Rintik Hujan

By luxcy-Aqueen

1.5M 155K 11.9K

(SADNESS STORY⚠️) SUDAH TERBIT Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta y... More

Prolog
1_Telat_
2_Kantin_
3_Bercak Darah_
4_Hujan_
5_Tunangan_
6_Ara_
7_Pulang Bareng_
8_Semakin Parah_
9_Kecewa_
10_Pukulan_
11_Hukuman_
12_Amarah Alan_
13_Baikan_
14_Adit_
15_Kepercayaan_
16_Membingungkan_
17_Sel Abnormal_
18_Mau Mati?"
19_Tumor Otak_
20_Kembali_
21_Cium?_
22_Perkara Ujian_
23_Luka_
24_Menginap_
25_Pertengkaran_
26_Mama_
27_Ruang BK_
28_Kebenaran_
29_Panik_
31_Keluarga yang tak lagi utuh_
32_Om Baik_
33_Perasaan yang tak lagi sama_
34_Emosional_
35_Dokter Gibran_
36_Kebencian_
37_Tangis Air mata_
38_Semesta yang tak pernah adil_
39_Short time_
40_Moment_
41_Terungkap 2_
42
43_Masa lalu_
44_Teruslah Bertahan_
45_Ancaman_
EPILOG? Peluk Mereka?
Info TERBIT!
Vote Cover yuk!!!
Tanggal PO
CO NOVEL RINTIK HUJAN

30_Terungkap_

25.8K 3.2K 247
By luxcy-Aqueen

Playlist, Rose Blackpink - If it is you

Jangan lupa vote and spam komennya di setiap paragrafnya vren

Happy Reading



Adit terdiam menatap lurus ke depan, sedangkan istrinya telah jauh berada di depannya.

Jauh di lubuk hatinya ia enggan untuk melanjutkan langkahnya. Entahlah ia sendiri tidak mengerti.

Padahal saat mendengar kabar Ara pingsan karena bertengkar dengan temannya, ia sangat marah. Tapi mengapa sekarang perasaannya tidak enak?

Ia mencoba meyakinkan dirinya dan tetap melanjutkan langkahnya menuju ruang kepala sekolah.

•••🌧️•••

Ana menguap bosan mendengar ceramah dari kepala sekolahnya.

"Kamu tau tindakan kamu itu adalah tindakan kriminalitas Ana? Kamu bisa saja dituntut oleh keluarganya Ara."

Ana berdecak kesal. "Dari tadi bapak cari-cari kesalahan saya terus. Sebenarnya bapak mau ngurusin masalah Ara atau masalah saya yang kemarin-kemarin?"

Ceklek...

Ana mengalihkan perhatiannya. Terlihat seorang wanita paruh baya yang datang dengan derai air mata.

"Apa anak ini yang melukai anak saya?" Wanita itu berjalan mendekati Ana.

Ana dapat melihat kilat amarah yang terpancar dari mata wanita itu.

Wanita mana yang tidak marah saat anaknya tersakiti?

Plak!

Wajah Ana tertoreh ke samping, merasakan panas yang menjalar di pipinya.

"Kenapa kamu melakukan hal itu kepada anak saya?"

"Jadi ini rasanya tamparan dari seorang ibu?"

Ana meneguk salivanya kasar. "Saya tidak akan memulai jika tidak ada yang memulai."

Wanita itu mendengus. "Bu! Mohon tenang! Ini area sekolah, silakan duduk untuk membicarakan masalah ini."

Dengan berat hati wanita itu duduk, hanya Ana yang berdiri.

"Baik saya jelaskan permasalahannya." Ujar kepsek.

"Jadi anak ibu pingsan setelah siswi Ana menghaj-

"Sudah saya bilang pak, bahwa saya tidak menghajarnya, melainkan memberinya pelajaran atas tindakannya!"

Jelas Ana tidak ingin kembali menjadi kambing hitam. Jelas-jelas disini ia yang menjadi korban.

"Anak ibu telah menjebak saya, menyebabkan saya mendapatkan masalah besar baik di sekolah maupun di rumah! Tetapi anak ibu masih tidak mau mengaku walau bukti di depan mata."

Wanita itu tertawa renyah. "Kamu pikir saya percaya? Anak saya mana mungkin melakukan hal itu! Anak saya adalah anak yang baik-baik dan terdidik."

"Yang di bilang oleh Ana benar adanya Bu." Ujar Bu Hany.

Wanita itu mengangguk paham.
"Kamu tau! Anak saya memiliki penyakit kelainan jantung. Dan kamu membuatnya pingsan dengan menyerangnya?" Ujar wanita itu dengan suara yang bergetar.

"Apakah saya salah membela diri saya sendiri?"

"Cara kamu yang salah! Cara kamu membalasnya yang salah!" Teriak wanita itu.

"Saya bisa menuntut kamu atas tindakan kriminalitas dan pembullyan!" Ancamnya.

"Ibu mohon tenang. Masalah ini bisa kita bicarakan baik-baik."

"Tenang gimana?! Jika nyawa anak saya terancam, apa kalian ingin bertanggung jawab?!"

"Hah! Kalian mau tanggung jawab?!"

Wanita itu mendekati Ana. "Apa kamu mau tanggung jawab?"

Ana mengigit pipi dalamnya. "Saya tidak akan bertanggung jawab! Itu adalah ganjaran dia. Karena di pantas mendapatkan nya."

"Apa kamu tidak pernah di didik oleh kedua orang tua mu?" Ana terdiam. Ia mengepalkan tangannya.

Wanita itu tersenyum remeh.
"Bahkan orang tua mu malu untuk mengurus masalah kamu di sekolah!"

Ana menunduk menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Ceklek...

"Maaf saya terlambat."

Deg...

Ana mengenali suara itu. Ia mendongak menatap sosok pria di depannya.

Ana tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria itu karena matanya yang tertutup oleh air mata yang mengenang.

"Bapak dari orang tua?"

"Ara! Arabella."

Saat itu juga air mata Ana menetes, mengembalikan pengelihatannya.

Dadanya begitu sesak saat mendengar pengakuan pria paruh baya di depannya.

"Pah?!" Lirih Ana yang tidak dapat di dengar oleh siapa pun, namun Adit sadar bahwa Ana memanggil nya.

"Sekarang kamu menangis? Apa kamu menyesali perbuatan kamu?! Dasar anak kurang ajar!"

Ana menarik nafas dalam-dalam. Lututnya bergetar saat menyadari bahwa takdir nya sebercanda ini.

Apakah Tuhan sedang bercanda dengannya?

"Dimana kedua orang tua kamu? Saya ingin bicara dengan mereka? Biar mereka tahu bawa mereka telah memiliki anak kurang ajar sepertinya!" Ujar wanita paruh baya itu dengan nada ketus.

Ana mendongak. "Saya memang anak yang kurang aja, karena sejak kecil saya memang tumbuh dengan serba kekurangan." Ana menyeka air matanya kasar.

"Jadi jika ada yang ingin anda katakan, maka katakan langsung kepada saya." Ujar Ana dengan lantang walau air mata mengalir deras.

Terdengar suara tawa dari wanita paruh baya itu.

"Pantas saja kelakuan kaya binatang! Ternyata tidak di didik dengan orang tuanya."

Adit mengeraskan rahangnya saat mendengar penuturan Sarah.

"Saya bukan tidak didik dengan orang tua saya."

Ana merasakan sakit pada rahangnya yang mengencang.

"Saya tidak tahu kasih sayang yang sebenarnya itu seperti apa, saya tidak tahu sopan santun yang sebenarnya itu seperti apa." Ana menjeda ucapannya. Mengatur nafasnya yang memburu.

"...karena saya sendiri diperlakukan layaknya binatang oleh Papa saya." Ujar Ana dengan suara yang bergetar.

Ia meraih beberapa lembar tissue dan menghapus sesuatu yang ada di dahi, tangan serta kaki nya. Bahkan Ana membuka seragam sekolah menyisahkan tanktop putih.

Mata kepala sekolah dan wali kelas Ana terbelalak melihat banyaknya lebam dan bekas luka di sekujur tubuh Ana.

"Jadi jangan mengharapkan sesuatu dari seorang anak yang tumbuh dengan kekerasan dalam hidupnya."

"Bahkan saya bertanya terhadap.diri saya sendiri, kenapa? Kenapa cuma saya yang diperlakukan kaya gini sedangkan kakak saya tidak? Apa yang beda?"

"Saya pikir dengan saya berada di sekolah saya mendapatkan perhatian yang berbeda."

"Ternyata saya salah. Saya selalu salah di mata orang-orang!"

Ana mendekati Adit secara perlahan. "Bahkan saya bertanya? Kenapa dunia selalu tidak mendengarkan ucapan saya?"

Adit mengeraskan rahangnya, ia membenci situasi ini.

"Saya hanya berharap bisa merasakan bahagia di sisa waktu saya walau itu cuma sekali." Ujar Ana dengan Isak tangisnya.

"Saya terluka, gak ada yang tau! Tulang saya patah, gak ada yang tau! Dan Saya koma di rumah sakit pun gak ada yang tau! KARENA MEMANG MEREKA TAUNYA SAYA BAIK-BAIK SAJA!" Ujar Ana dengan suara yang lantang di akhir kalimat.

"Hingga saya tersadar, bahwa sebenarnya saya memang sendiri. Gak ada yang menginginkan kehadiran saya." Ujar Ana datar.

Setelah mengatakan itu, ia melonggos pergi meninggalkan ruang kepala sekolah.

Namun saat membuka pintu, langkahnya terhenti, karena mendapati tiga lelaki yang sedang berdiri di depan ruang kepala sekolah.

Ana ingin melanjutkan langkahnya namun tangannya sudah lebih dulu di cekal oleh Alan.

"Ana."

Mendengar namanya dipanggil membuat hati Ana kembali sakit.

Alan menatap sekujur tubuh adiknya yang penuh lebam dan luka.

"Ana butuh waktu bang." Ujar Ana dengan suara yang serak.

"Maaf." Ana menyeka air matanya. Ia menarik tangannya saat dirasa cengkraman Alan mengendur.

•••🌧️•••

Ana berjalan menuju gerbang sekolah. Ia tidak peduli. Hari ini ia memutuskan untuk membolos secara terang-terangan.

Ia harus mencari Mama nya. Barusan Ana mendapat pesan dari Om Felix yang mengirim alamat rumah Tania.

"Ana kamu mau kemana?" Ana menoleh menatap tangannya yang di tahan oleh Alan.

"Lepas!"

Ana mencoba melepaskan lengan Alan tak peduli dengan rasa sakit pada lengannya.

"Jangan ikutin gue!" Ujar Ana penuh penekanan, dan kembali melanjutkan langkahnya.

Namun sebelum itu Alan sudah kembali menahan lengan adiknya.

"Kamu mau kemana dulu?!"

Ana terus memberontak hebat tapi kali ini Alan terlalu mencengkram lengan dengan kencang.

"GUE MAU SENDIRI! LO NGERTI GAK SIH!" Teriak Ana dengan air mata yang kembali menetes.

Alan menatap adiknya sendu. "Please jangan kaya gini Ana."

"TERUS GUE HARUS GIMANA SAAT GUE TAU KEYATAAN INI?!"

"GUE HARUS GIMANA ALAN?! SAAT TAU ORANG YANG GUE BENCI ADALAH SAUDARA TIRI GUE?! Bahkan orang itu yang bikin hubungan gue sama Arga jadi renggang." Ujar Ana dengan lirih di akhir kalimat.

Ia menyeka kasar air matanya. "Lo tau ini semua kan? Lo bertiga sebenarnya tau kan rahasia ini?!" Tanya Ana yang mencengkram erat pundak Alan.

Namun Alan menunduk, tidak berani menatap mata adiknya yang berderai air mata.

Katakan ia pengecut. Ia akui dirinya sendiri pun pengecut karena telah gagal menjaga adiknya.

Ana tertawa renyah. Ia menyisir rambutnya ke belakang. Menahan rasa sesak di dadanya.

"Gue merasa jadi orang paling bego, lo tau itu?!" Ujar Ana dengan lirih dan langsung masuk ke taksi online yang sempat ia pesan.

Alan menatap kepergian Ana dengan sendu. Ia mengepalkan tangannya erat. "Kita ngelakuin ini semua ada sebabnya Na."

TBC.

Kok kayanya cepet banget ya? Perasaan baru kemaren Cya update 🤣

Kalian tau Cya ngetik part ini sambil nangis maaf ya kalo rada aneh😣

Mau tanya kenapa part kemaren kayanya rame banget?🤣😭 Apa karena ngegantung? Atau karena double up? Atau karena geregetan?🤣

Jangan lupa follow Cya dan mampir ke cerita Cya. HARGANTA dan Kado Terindah.

Mampir juga ke Instagram.
@arga.adpt
@alvian.prsty
@anandira.shta
@luxcyera

Continue Reading

You'll Also Like

30.6K 4.7K 43
Galvaska dalam bahasa Latvia disebut Tengkorak. Lanjutan Mission X. Dapat dibaca terpisah. _____________ Semua tokoh, adegan, kejadian, dan semua h...
5.6M 635K 44
Ini tentang Kinanti dengan penyakit mematikan yang dideritanya dan bagaimana adiknya, Kinara selalu dijadikan kambing hitam jika ia kambuh oleh orang...
6K 822 9
Ini punya Sastra Ardea. Beberapa kata yang dia tuangkan di dalamanya. Semoga yang membaca menjadi terpikat, ikut hanyut dalam kalimatnya. ✒ 16 02 24
5.7M 378K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...