Rintik Hujan

By luxcy-Aqueen

1.5M 155K 11.9K

(SADNESS STORY⚠️) SUDAH TERBIT Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta y... More

Prolog
1_Telat_
2_Kantin_
3_Bercak Darah_
4_Hujan_
5_Tunangan_
6_Ara_
7_Pulang Bareng_
8_Semakin Parah_
9_Kecewa_
10_Pukulan_
11_Hukuman_
12_Amarah Alan_
13_Baikan_
14_Adit_
15_Kepercayaan_
16_Membingungkan_
17_Sel Abnormal_
18_Mau Mati?"
19_Tumor Otak_
20_Kembali_
21_Cium?_
22_Perkara Ujian_
23_Luka_
24_Menginap_
25_Pertengkaran_
26_Mama_
27_Ruang BK_
29_Panik_
30_Terungkap_
31_Keluarga yang tak lagi utuh_
32_Om Baik_
33_Perasaan yang tak lagi sama_
34_Emosional_
35_Dokter Gibran_
36_Kebencian_
37_Tangis Air mata_
38_Semesta yang tak pernah adil_
39_Short time_
40_Moment_
41_Terungkap 2_
42
43_Masa lalu_
44_Teruslah Bertahan_
45_Ancaman_
EPILOG? Peluk Mereka?
Info TERBIT!
Vote Cover yuk!!!
Tanggal PO
CO NOVEL RINTIK HUJAN

28_Kebenaran_

24.1K 2.9K 127
By luxcy-Aqueen

Sebelum membaca, Cya mau tanya.

Kalian Nemu cerita ini dari mana? Kenapa juga bisa nyasar ke sini?

Happy Reading







Ana duduk di atas brankar UKS. Bajunya pun sudah ganti menggunakan seragam Arga. Sekarang cowok itu hanya mengenakan kaos putih berlengan pendek.

"Ini minum." Arga datang menyodorkan segelas teh hangat yang dia buat sendiri.

Ana menerimanya tanpa menjawab. Entah kenapa suasananya menjadi canggung seperti ini. Namun Ana terlihat tidak memperdulikannya.

Arga dapat melihat dengan jelas luka-luka yang berada di sekujur tubuh Ana yang masih basah, jadi selama ini dia menutupi luka-lukanya?

Perlahan tangannya terangkat menyentuh bekas luka pada dahi Ana. Namun sebelum itu, dengan cepat Ana menepis tangan Arga kasar.

"Gak usah pegang-pegang!"

Dengan cepat Ana turun dari brankar untuk kembali ke kelas, namun tangannya sudah lebih dulu ditahan Arga.

"Lepas!" Desis nya. Cengkraman Arga terlalu erat membuat Ana meringis.

"Kita butuh waktu berdua Ana."

Ana tertawa renyah. "Buat apa! Males gue ngeliat muka lo!"

Ana berjalan menuju pintu UKS, namun sebelum mencapai gagang pintu, tangannya sudah lebih dulu di tarik oleh Arga.

"Aku mau minta maaf Na! Aku tau sikap aku yang kemarin keterlaluan."

Ana menyentak kasar tangan Arga dan berjalan menjauhinya.

"Maaf! Maaf! Maaf! Aja terus Ga! Gue tuh MUAK!" Ujar Ana dengan penekanan di akhir kalimat.

"Lo selalu ngulangin kesalahan lo, disaat gue udah maafin lo! Gue capek! Capek liat lo jalan sama cewek lain, capek liat lo lebih peduli sama cewek lain. Gue ini pacar lo bukan sih?!"

Arga merasa tidak terima jika hanya dirinya yang di pojokan.

"Kamu ngomong gitu seolah-olah cuma aku yang jalan sama cewek lain sedang kan kamu? Kamu selalu sama cowok lain."

Ana menatap Arga tak percaya, jadi cowok ini menyalahkannya?

"Jadi lo nyalahin gue?"

"Aku gak nyalahin kamu! Emang kamu aja yang cemburu? Aku juga cemburu liat kamu sama Alvian terus!"

"Dia sahabat aku Arga Panji Adiputra! Nggak lebih!"

"Dalam sebuah pertemanan antara berbeda gender, kamu yakin hubungan itu tanpa melibatkan perasaan?"

Ana menautkan alisnya. "Lo ngomong apa sih!"

Arga tersenyum remeh. "Semua orang aja bisa tau kalo Alvian itu ada rasa sama kamu! Orang bego mana yang gak tau?"

"Kamu ngatain aku bego?"

Arga memijat pelipisnya. "Aku ngg-

"Aku tau aku bego, kamu pasti malu kan punya pacar yang kerjaannya bolak-balik ke ruang BK, kena marah guru karena nilai jelek, sikap jelek, ulangan anjlok!"

"Ana! Aku sama sekali gak pernah malu! Niat aku cuma mau memperbaiki hubungan kita Na!"

"Memperbaiki lo bilang? Lo malah semakin memperburuk Ga! Gue cuma butuh waktu! Gue butuh waktu buat semua ini!"

Ana mendongak untuk mengurangi rasa sesak yang timbul dan hawa panas pada matanya.

"Gue sayang sama lo Ga! Gue takut kehilangan lo! Gue merasa jadi cewek paling bego karena masih aja cinta sama cowok brengsek kaya lo!" Ana menyeka air matanya yang entah kapan sudah mengalir di pipinya.

Arga menatap dalam mata Ana yang menyiratkan banyak kekecewaan pada dirinya.

"Lo!" Ana menjeda ucapannya, menarik nafas dalam-dalam.

"Lo liat ini!" Ana memperlihatkan luka-luka yang ada pada di seluruh tubuhnya.

"Ini sakit Ga! Gue selalu butuh lo, tapi Lo gak pernah ada disaat gue butuh!"

"Gue juga sakit Arga." Lirih Ana, ia memukul dadanya.

"Jangan kan lo! Bahkan Papa gue." Ana meneguk salivanya kasar.

"Papa gue juga nglukain gue! Gue selalu butuh sandaran Ga! Tapi apa? Lo nggak pernah ada! Cuma Alvian. Cuma dia yang selalu ada buat gue." Ujar Ana penuh penekanan saat menyebut nama 'Alvian.'

Arga berjalan mendekati Ana.
"Maaf." Ia membawa Ana kedalam pelukannya.

"Gue tuh capek Ga! Selalu diberi harapan tapi nggak di prioritasin, selalu di pertahanin tapi nggak lo perhatiin!" Ujar Ana dengan suara yang memilukan.

"Maaf." Arga mengecup pelipis Ana lembut. Hanya itu yang mampu Arga ucapkan.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memandang mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

Orang tersebut beranjak dari depan pintu dan meninggalkan UKS.

•••🌧️•••

Usai pertengkarannya dengan Arga kemarin, hubungan mereka mungkin sudah lumayan membaik dengan Arga yang berjanji untuk meluangkan waktunya.

Tapi bukan berarti Ana sudah memaafkan Arga sepenuhnya. Tentu saja tidak! Ia masih sakit hati atas perkataan Arga yang kemarin.

Ana menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya di kursi meja belajar nya.

Entah kenapa hari ini ia merasa benar-benar lelah. Hingga tak menyadari sesuatu yang perlahan mengalir keluar melalui lubang hidungnya.

Dirinya terlalu fokus pada rasa sakit di bawah dada sebelah kanannya.

Ceklek!

"Ana?"

Alan menghampiri Ana yang sedang bersandar di meja belajar.

"Ana. Ini Abang bawain seblak kesukaan kamu. Abang taro di sini ya?"

Alan memperhatikan adiknya yang tengah menelungkup wajahnya di meja. Ia menghela nafas saat tidak mendapat respon.

"Kalo gitu Abang balik ke kamar." Alan berjalan meninggalkan kamar Ana tanpa menunggu respon Ana.

Tanpa Alan ketahui. Adiknya kini sedang merintih kesakitan.

"Ya Allah, sakit banget." Ana meraih tissue yang berada tak jauh dari mejanya dan menyumbat hidungnya.

Banyak bercak darah yang tertinggal di buku Ana. Ia membuka laci-laci meja belajarnya namun tidak menemukan apa yang dia cari.

Seketika ia teringat bahwa dirinya telah membuang semua obat pemberian Dokter Gibran, karena takut ketahuan Bu Nani.

Perlahan Ana berjalan memasuki kamar mandi.

•••🌧️•••

Ana yang tengah asik mengobrol dengan Alvian dan Bella merasa terusik dengan sebuah suara yang memanggilnya.

"Apa sih!"

"Galak amat." Ujar si Rido ketua kelas di kelasnya.

"Lo dipanggil wali kelas."

Ana menatap kedua sahabatnya, seolah-olah bertanya 'emang gue ada salah?'

Kedua sahabatnya menggeleng tak tahu.

Pandangannya beralih menatap Rido. "Ngapain gue dipanggil?"

Rido mengangkat bahunya. "Mana gue tau. Udah cepet ke sana! Lo udah di tungguin."

Ana mengangguk. "Lo mau kita temenin?" Tanya Alvian.

"Gak usah! Kaya apaan aja pake segala di temenin."

Kemudian Ana berjalan meninggalkan kedua sahabatnya.

Tanpa mereka sadari, percakapan mereka telah di dengar oleh seseorang yang kini terlihat gusar.

"Kok firasat gue gak enak ya?" Batin orang tersebut.

•••🌧️•••

Ana menatap heran seseorang yang berada di samping Bu hany.

"Permisi Bu? Ibu manggil saya?" Tanya Ana langsung, karena tak ingin berlama-lama berada di sini.

"Ana?!" Ana tersenyum kaku saat Bu hany menyebut namanya terlalu kencang.

Matanya melirik seseorang di sampingnya. Ia malas menyapa guru itu, karena insiden kertas ulangan.

Bu hany duduk di kursinya disusul pak Alba yang duduk di kursi samping Bu hany.

"Jadi begini Ana. Kenapa kamu saya panggil karena pak Alba ingin meluruskan masalah kertas ulangan kamu yang beliau sobek."

Ana mengerinyit bingung, lalu mendengarkan kembali perkataan Bu hany.

"Jadi begini, sebelum saya minta maaf mengenai insiden tersebut karena sudah salah faham dengan kamu." Jelas pak Alba.

Sepertinya Ana sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Kemarin ada seseorang yang memberikan saya bukti mengenai kertas contekan itu, dan orang itu mengatakan bahwa bukan kamu pelakunya. Karena tulisan kamu dan tulisan di kertas itu sangat berbeda."

Ana tersenyum kecil. "Jelas beda!"

"Dan saya juga sudah berbicara dengan guru mata pelajaran yang kertas ulangan kamu yang saya sobek agar tetap memberikan nilai."

Ana menghela nafas. "Saya sudah bilang ke bapak waktu itu bahwa itu emang bukan punya saya."

"Ya saya akui saya salah karena langsung mengjudge kamu." Rasanya Ana ingin tertawa mendengar permintaan maaf pak Alba yang terlihat tidak tulus.

Kemana sikap angkuh dia? Kemana ego dia yang kemarin tetap kekeuh menuduh Ana?

"Siapa orang yang ngasih bukti pak?"

"Arga."

"Arga?"

"Jadi pelakunya?" Tanya Ana. Ia ingin mengetahui pelaku yang membuatnya kesusahan dan mendapatkan masalah besar.

"Dia teman sekelas kamu."

Oke sepertinya Ana tahu. Ia berusaha mengatur emosinya yang tiba-tiba membeludak di dadanya.

"Ara?" Tanya Ana untuk memastikan.

Pak Alba mengangguk.

Ana berjalan meninggalkan ruang guru tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada mereka. Persetan dengan sopan santun.



TBC.

Ekhmm!!! Ekhmmm!! Udah vote? Komen?

Btw maaf nih kalo menurut kalian pendek.

Baik, Cya minta waktunya sebentar yaa, soalnya Cya mau promosi cerita baru Cya nih SREPEW~


Judulnya : HARGANTA

"SAKURA SANJANI! LO CANTIK, TAPI SAYANG LO TERLALU NAIF!"

"Peduli apa lo sama gue?"

"Nggak! Gue gak peduli." Ganta menghembuskan asap rokok nya ke udara.

***

"Lo mau jadi pacar gue?"

"Nggak!"

"Yaudah, banyak yang mau kali sama gue."

***

"Muka lo kenapa?!"

"Muka gue gak papa! Gak usah sok peduli!"

"Gue gak peduli! Cuma khawatir! Ngomong sama gue siapa yang buat muka lo kaya gini? Biar gue habisin dia!"

***

Harganta Putra Guntur, orang-orang mengenalnya dengan sebutan Ganta. Ia seorang ketua geng motor bernama ALEGRA yang memiliki prinsip 'Damai or Bantai' dan dia sangat hargai oleh teman-temannya, karena kegigihannya.

Sudah lama bagi Sakura hidup dalam kegelapan, membuatnya hilang arah hingga ia menemukan setitik cahaya yang seolah-olah memberi harapan untuknya merasakan kembali kebahagiaan dan gairah dalam hidup yang selama ini telah lenyap.

Instagram : @official.alegra

Jangan lupa mampir ya vren 🤩

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 127K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.9K 822 9
Ini punya Sastra Ardea. Beberapa kata yang dia tuangkan di dalamanya. Semoga yang membaca menjadi terpikat, ikut hanyut dalam kalimatnya. ✒ 16 02 24
876K 31.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
5.6M 635K 44
Ini tentang Kinanti dengan penyakit mematikan yang dideritanya dan bagaimana adiknya, Kinara selalu dijadikan kambing hitam jika ia kambuh oleh orang...