PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

9. Minta maaf

122 68 3
By Megautamii10

KIARA POV

Moza keluar terburu-buru. Membuat kita kebingungan. "Moza kenapa?" Tanya kak Rista sedikit berbisik.

"Kiara gak tau kak." Balasku.

Tak berselang lama, Moza datang dengan raut wajah yang tak bisa ditebak. "Za, kamu kenapa nak?" Tanya Mama Anna.

AUTHOR POV

"Moza balik duluan ya, Natasha masuk rumah sakit. Kiara kamu pulang sendiri aja ya." Mendengar perkataan anaknya Brata langsung naik pitam.

"Moza!!" Brata berteriak dan menarik Moza.

"Kamu..." Tangannya sudah siap untuk menghajar wajah mulus anaknya itu.

Kiara dengan cepat mencegahnya. "Pa, udah-udah, biarin Moza nengok Natasha dulu."

Amarah Brata langsung mereda meski kekecewaan terlihat jelas. Moza benar-benar mempermalukannya dihadapan Kiara dan juga ibunya.

"Tapi kamu gimana nak?" Tanya Anna.

"Udah Mama tenang aja, Kiara bisa pulang sendiri kok," ucap Kiara.

"Biar Mama suruh Pak Juki ya." Kata Anna.

"Iya, Ra, biar kamu aman." Balas Rista.

"Gak usah Ma, ini Kiara udah sama temen Kiara." Balas Kiara.

"Beneran? Kalau gitu kamu pakai mobil kak aja dulu." Tawar Rista.

Kiara menggeleng. "Kalo gitu Kiara pulang ya, temen Kiara udah nunggu." Ia menyambar tasnya dan melangkah pergi.

"Hati-hati ya sayang." Kata Anna.

"Hati-hati Ra, nanti kabarin ya." Kata Rista.

"Iya Ma, Kak Rista." Balas Kiara.

Alisha mengikuti anak perempuannya itu. "Kamu pulang sama Mama aja ya," pinta Alisha.

"Nggak usah Ma, Kiara udah nyuruh Iky jemput kok." Kata Kiara.

"Mama kangen sama kamu, maunya Mama ngajak kamu nginep." Alisha terlihat sedih.

Kiara mendekati sang Mama lalu memeluknya. "Kiara juga kangen sama Mama, kapan-kapan Kiara nginep di sana ya, izin dulu sama Moza. Kalo sekarang Kiara belum bisa besok pagi kita kerja." Jelas Kiara.

"Anak Mama udah jadi istri yang baik sekarang." Alisha menatap sendu putri cantiknya itu.

"Mama ihh,"

Tinn!!...tinn!!

"Kiara?" Panggil Rizky seraya turun dari mobil. Ia mendekati Alisha dan menyalaminya.

"Ma, gimana kabarnya?" Tanya Rizky.

"Mama kabar baik." Balas Alisha.

"Jagain Kiara ya Ki." Pinta Alisha.

"Siap Mamaku!" Rizky mengangkat jempolnya.

Alisha dan Kiara tertawa melihatnya.

"Ya udah, Ma, Kiara pulang dulu ya." Kiara memeluk sang Mama.

*****

Moza berlari di koridor rumah sakit. Akibat penggrebekan yang terjadi di klub malam itu membuat beberapa orang terluka. Salah satunya Natasha.

Langkah Moza terhenti di ruang KEMUNING. "Nat..."

"Moza!!!....hiks...sakit...." Natasha merengek layaknya seorang anak kecil.

Moza mendekatinya dan mengelus pelan rambut Natasha. Terlihat wanita itu semakin manja seraya mengalungkan tangannya pada lengan Moza.

"Masih ada yang sakit?" Tanya Moza.

"Masih, kakiku sakit ayang," ucap Natasha.

"Oh, terus ke klubnya masih rutin ya?" Tanya Moza yang membuat Natasha terkejut.

"Maksud kamu?" Tanya Natasha.

"Kamu masih rutin kan pergi ke klub malam?" Tanya Moza.

Kini Natasha hanya diam saja. "Kalau masih rutin, jangan ngeluh sakit. Ngerti kan?" Ucap Moza.

"Kamu kok ngomongnya gitu sih yang? Ihhh..." Natasha terlihat kesal sekaligus sedih.

"Terus? Salah? Kamu udah berkali-kali ngasi tau kamu, stop pergi ke klub, kamu gak ngerti-ngerti juga ya?" Kata Moza.

"Iya aku minta maaf, lain kali gak lagi deh." Balas Natasha.

"Kamu temenin aku di sini ya." Kata Natasha.

Moza melepaskan tautan tangan mereka. "Besok aku kerja, gak bisa." Kata Moza.

"Aaaaa...biasanya bisa, kamu kan..."

"Kalo aku bilang gak bisa, berarti nggak ya." Moza berbicara setenang mungkin.

"Ntaran Mama sama Papa kamu datang." Imbuh Moza.

"Aku mau kamu yang nemenin." Rengek Natasha.

"Maaf aku gak bisa, aku udah ninggalin Kiara sendirian di rumah. "

Natasha terlihat kesal. "Kenapa sih???! Kamu selalu bahas Kiara! Kiara! Dan Kiara?! Kenapa ha? Kamu suka sama dia ya?!" Natasha menujuk ke arah Moza.

"Dia istri aku Nat."

"Nat? Kamu manggil aku pakai nama aku? Gak biasanya kamu gini. Pasti karena cewek itu kan? Cewek dekil itu?" Kata Natasha menggebu-gebu.

"Natasha! Kamu dewasa lebih sedikit! Berpikirlah rasional berhenti seperti ini!" Kata Moza yang langsung pergi dari ruangan itu.

"Mozaaaaa!!!" Natasha berteriak namun Moza tak menghiraukannya.

*****

KIARA POV

Sudah 20 menit berlalu. Moza tak kunjung datang. Entahlah mungkin ia berencana menginap. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar jangan sampai karena menunggu hal yang tak pasti membuatku pasti dipecat besok.

MOZA POV

Sebelum pulang aku menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah kafe langganan ku.

"Pak Moza?" Sapa pelayan Kafe.

"Seperti biasa ya." Dia mengangguk dan tak berselang lama ia membawakan secangkir Coffee latte.

"Terima kasih." Ucapku.

Aku mengirimkan pesan pada Kiara, namun tak ada jawaban darinya. Aku merasa bersalah sudah meninggalkannya tadi.

*****

Ceklek....

Perlahan aku membuka pintu rumah. Aku yakin Kiara sudah tidur. Satu persatu anak tangga ku naiki perlahan.

Benar saja, ia sudah tertidur pulas di kamarnya. Jika ia tahu aku sudah di kamarnya saat ini dia pasti marah besar.

Wajahnya saat tertidur tampak teduh. "Ra, maafin aku ya." Bisikku.

AUTHOR POV

Pagi-pagi sekali Moza sudah berada di dapur untuk membuat sarapan. Meski terlihat dingin dan menyebalkan nyatanya Moza sangat pandai memasak.

Dia mendengar langkah kaki dari lantai atas. "Kemarin pulang jam berapa?" Tanya Kiara seraya menuangkan air.

"Kamu udah siap? Tumben pagi banget." Balas Moza.

"Aku tanya kok gak dijawab?" Tanya Kiara lagi.

"Aku gak liat jam." Balas Moza.

Kiara mengangguk. Ia terlihat kesal. Bagaimana tidak? Kemarin Moza sudah mempermalukannya di acara makan malam itu. "Sarapan dulu Ra," Moza tersenyum sumringah.

"Nggak usah, aku ada janji sama Rizky." Balas Kiara.

"Janji apa?" Tanya Moza.

"Gak perlu tau kamu." Balas Kiara.

"Kamu mau kerja? Atau mau bolos? Kalau kerja ya kerja jangan pacaran!" Ucap Moza.

"Oh kamu pikir kalo aku pergi sama pacar aku, itu tandanya aku bolos gitu? Jadi kamu anggap Rizky penyebabnya?" Kiara mulai kesal.

"Bu...bukan gi...."

"Terus apa? Kamu nganggap pacar aku itu buruk gitu hah? Kamu nyadar dulu ya, nilai dulu pacar kamu itu! Inget! Kemarin keluarga kami dibuat kesel sama diri kamu yang lebih mentingin cewek itu!" Balas Kiara penuh emosi.

Piring berisi makanan di hadapannya langsung ia banting. Kiara pergi begitu saja dari hadapan Moza.

*****

Tiba di dalam mobil, Kiara langsung menangis. "Kamu kenapa sayang?" Tanya Rizky.

Kiara menggeleng ia juga bingung dirinya mengapa menangis seperti ini. "Ada masalah sama Moza? Cerita sama aku." Rizky mengelus pelan pipi Kiara.

"Nggak ada, gak tau, bingung aku." Rizky mengerutkan dahinya.

Kiara yang melihatnya langsung memukul lengan Rizky. "Jangan liat aku kaya gitu Iky!!!!" Kiara menutup wajahnya.

"Yihhh, kamu kenapa sih yang? Bingung aku." Kata Rizky.

"Udah, ayo jalan." Pinta Kiara. Rizky pun melajukan mobilnya.

"Iky, nanti pulang kantor kita makan di tempat biasa yuk!" Ajak Kiara.

"Oke sayangku." Balas Rizky.

Mobil Rizky akhirnya berhenti di depan sebuah gedung ALDARA'S PROPERTY. "Dahh Iky, lopyu!!" Ucap Kiara.

"Lopyu tu ayang Kiara." Rizky memanyunkan bibirnya. Keduanya tertawa bersama.

Kiara melambaikan tangannya dan mobil Rizky melaju menjauhi dirinya.

"Selamat pagi Bu Kiara." Sapa security di sana.

"Selamat pagi." Balas Kiara.

"Untungnya gak ada berkas yang perlu di bawa ke ruangan si nyebelin." Gumam Kiara.

"Izinkannnn akuuuu!!!!" Kiara sontak terperanjat.

Tukk!!

Botol air mineral berhasil mengenai kepala Novi yang tengah konser. "Aduhh!!! Isss apaan sih lo, Ra?"

"Pecah kuping gue tau! Udah tau di kantor masih aja karaokean." Ucap Kiara.

Dia kembali merapikan berkas-berkas di mejanya. Pandangannya terpusat pada sebuah map berwarna kuning. "Lho? Kok bisa di sini sih?" Gumam Kiara.

"Vi! Novi!" Kiara menghela nafas. Dia mendekati Novi lalu menarik rambutnya.

"Astaghfirullah ya tuhan!!" Novi sedikit berteriak.

Dia menoleh ke arah Kiara yang wajahny sudah merah padam karena menahan amarah. "Kenapa sih, Ra?" Tanya Novi.

"Siapa yang naruh berkas ini di sini?" Tanya Kiara.

"Mana gue tau," ucap Novi.

"Gue serius nanya." Kata Kiara penuh tekanan.

"Iya, gue gak tau Kiara cantik." Novi tersenyum lebar sangat lebar.

"Terus ini siapa yang naruh? Kemarin udah gue taruh di meja Pak Moza." Tanya Kiara.

Saat yang bersamaan seorang karyawan lewat di hadapan Kiara. "Di! Ini siapa yang taruh di sini?" Tanya Kiara.

"Maaf bu, saya tidak tahu. Dari tadi saya gak liat siapapun lewat sini." Ucap lelaki itu.

"Mbak Kiara, Pak Moza nyariin katanya minta berkas yang kemarin." Seorang wanita datang menghampiri Kiara.

"Isss, Vi, bantuin gue. Kasi ini ke Pak Moza ya." Pinta Kiara.

"Yahh Ra, gue lagi sibuk banget. Maaf banget ya, gue takut dimarahin nanti sama Bu Ratna." Kata Novi.

Dengan kesal Kiara melangkab menuju ruangan Moza seraya membawa berkas yang diminta.

*****

Tok...tok...tok....

"Masuk!" Suara bariton itu tak asing lagi di telinga Kiara.

Ceklek....

"Permisi Pak, ini berkas yang bapak minta tadi." Ucap Kiara yang masih berada diambang pintu.

"Kamu bisa masuk kok, Kiara." Kata Moza.

Moza melangkah mendekati Kiara. "Duduk dulu, ada yang mau saya bahas."

Tanpa Kiara sadari Moza berjalan menuju pintu dan menguncinya. "Sini berkasnya." Pinta Moza.

Kiara menyerahkannya tanpa memandang ke arah Moza. Ia masih kesal dengan lelaki itu. Moza mendekati Kiara yang duduk di sofa.

"Ra," panggilnya. Kiara hanya membalas dengan berdehem.

"Aku mau ngomong sesuatu." Moza menggenggam tangan Kiara.

Namun, dengan cepat wanita itu menarik tangannya. "Jangan sentuh aku!" Perintahnya.

"Aku minta maaf ya, Ra." Ucap Moza tulus.

Dia kembali menggenggam tangan Kiara. "Aku tau kamu marah kan? Aku minta maaf soal yang kemarin terutama. Aku udah ninggalin kamu di sana sedirian dan yang tadi juga aku gak bermaksud buat ngejelekin Rizky atau gimana, aku cuma gak mau kamu lupa kerjaan apa lagi kalo sama cowok." Jelas Moza.

"Maafin aku ya, kamu mau maafin aku kan?" Tanya Moza.

Kiara melirik sekilas ke arah Moza. Jujur hatinya merasakan hal aneh saat Moza mengatakan kata 'maaf' padanya.

"Iya, jangan ngeselin lagi kamu ya! Terutama sama Mama sama Papa." Ucap Kiara. Moza tersenyum senang.

"Oh ya, berkas ini kemarin rasanya udah aku kasi ke kamu deh. Kok bisa ada di meja aku lagi ya?" Tanya Kiara.

"Aku yang sengja naruh, buat mancing kamu ke sini." Moza terkekeh.

Wajah Kiara berubah seketika. "Aku juga yang nyuruh semua karyawan untuk jangan bilang kalo ku yang naruh berkas ini."

"Owh....bagus ya, mulai ngeselin lagi." Kiara memaksakan senyuman.

"Emang bener, kalo udah ngeselin dari awal susah untuk berubah. Pantes semuanya diem aku tanyain ternyata siasat, gak suka ya ak..."

Cup!

Moza memberikan ciuman di bibir Kiara. "Emm...manis. Jangan marah-marah lagi."

Kiara yang mendapatkan ciuman itu hanya melongo seperti orang bodoh. Sungguh ia tak menyangka jika Moza menciumnya. Ralat mengambil ciuman pertamanya.

"Ra? Hey!" Kiara langsung tersadar.

"Ha? Iya?" Tanyanya gelagapan sekaligus gugup.

"Ini udah jam istirahat ayo!" Ajak Moza.

"Iya-iya ka...kamu...duluan aja...a...aku mau ke toilet bentar." Kata Kiara.

*****

KIARA POV

Aku mengeluarkan beberapa lembar tisu dan membasahinya. Aku menggosok bibirku berkali-kali menghilangkan bekas kejadian tadi.

Astaga aku tak bisa menggunakan otakku untuk berpikir saat ini. Aku merutuki diriku yang sangat lengah. "Isss kenapa sih, Ra? Kok malu gini?"

Jantungku berdetak lebih cepat saat ini. Berusaha kutepis bayang-bayang kejadian tadi.

"Kiara?!!" Suara Moza mengagetkanku.

"Tunggu bentar." Balasku.

Ceklek...

Dia setia menunggu ku sedari tadi. "Ayo!" Ajaknya. Aku hanya mengangguk.

"Kamu kenapa, Ra?" Tanya Moza.

"Gapapa kok." Balasku.

"Itu kok merah pipinya?"

Deg!

"Apaan sih, blush on mungkin." Jawabku.

"Oh, gitu ya," astaga jawaban yang meresahkan.

Kami duduk di sebuah meja di kantin kantor. "Za, kalo ada yang liat gimana?" Tanyaku.

"Gampang itu. Udah, kamu mau pesan apa?" Tanyanya.

AUTHOR POV

"Samain sama kamu aja." Kata Kiara.

"Pak Moza, pesanannya?"

Tanpa mereka sadari seseorang memperhatikan mereka sedari tadi.

Seseorang menepuk pundak Kiara, membuat gadis itu sedikit terkejut. "Isss kaget gue!" Kiara mendelik ke arah Novi yang kini menyengir.

"Cieee...ngedate nih ya??" Dengan santainya Novi berujar di hadapan bosnya.

"Sssttt! Apaan sih lo, ada Pak Moza." Kata Kiara.

"Kalau begitu saya duluan ya, Ra." Pamit Moza.

"Oh iya, Pak." Balas Kiara.

"Dan kamu Novi, jaga etika di sini ya. Jangan sampai saya pecat kamu karena crascas croscos gak jelas!" Moza menatap tajam ke arah Novi membuat wanita itu ketakutan.

"Iya bu. Eh bapak." Dia memukul jidatnya. Kiara menahan tawanya melihat temannya itu ketakutan

Moza berlalu. "Ra, bahas apaan tadi?" Tanya Novi.

"Bahas masalah berkas kantor. Kenapa? Mau ikut?" Tanya Kiara diakhiri tawa.






















































Votenya manaa?
Komennya mana??🧡

Continue Reading

You'll Also Like

62.7K 3.1K 17
"Gue benci sama lo! Gue menyesal pernah jatuh cinta sama lo!" teriak Shilla membuat Gala diam. #18 bnyk kata kasar
2.3M 83.3K 33
21+ [ Be wise with your reading! ] Mereka dipertemukan kembali, namun dalam status yang berbeda. Dengan rasa benci dan Cinta yang masih bernaung di h...
549K 10.4K 8
725K 14.3K 61
(+21) Seorang gadis cantik berdarah Eropa dengan terpaksa harus menggoda pria kaya dari tanah biru layaknya gadis pelacur demi membantu perusahaan ay...