ALAVIA (TERBIT)

nmaraa_

13.1M 1M 154K

Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Harg... Еще

prolog
1-Pertemuan pertama
2- Pertemuan Kedua
3- Sebuah Jawaban
4- Fitting Baju
5- Persiapan
6- Pernikahan
7- Malam Pertama
8- Perpisahan
8- Pindahan
10- Cium?
11- Cari boneka
12- Terbiasa
13- Uang
14- Malu
15- Ngambek
16- Tebar Pesona
17- Berulah
18- BK
19- Manja
20- Belanja
21- Kepiting saus tiram
22- Dalang
23- Dewa penolong
24- Pembalut
25- Ngidam?
26- Sisi baik sang ketua
27- Sholat jama'ah.
28- The Real Pertaruhan Harga Diri
29- RAZIA
30- Malming Yang Terpisahkan
31- Es Cream
32- Mengancam
33- First Kiss
34- Gugur
35- Pingsan
36- Liptint siapa?
37- Sakit lagi
38- Berdosa Sekali
39- Andai
40- Cemburu
41- Siapa dia?
42- "Sweet Girl"
43- Penyerangan
44- Milik Gue
46- Bukan Hal Sepele
47- Donor Darah
48- Only Me
49- Pergi Selamanya
50- Dia Itu..
51- Praktek
52- Sebuah Rasa Cinta
53- Dia Menjadi Bulol?
54- Demamnya Si Es Batu
55- Apel Ibu Negara
56- Princess
57- Dua Garis?
58- Teror
59- Terungkap
60- Terungkap (2)
61- Hadirnya Kebahagiaan
62- Olivia's Birthday
63- Surprise
64- Selamatkan Dia!
65- Dia Sadar?
66- Dua Kabar
67- Kritis
68- She's Pregnant
69- Alan Hanya Butuh Olivia!
70- Akhir Dari Kisah
ALAVIA UPDATE KABAR
ALAVIA VOTE COVER
ALAVIA OPEN PO

45- Terbongkar Dan Keterkejutannya

190K 15.2K 2.1K
nmaraa_

Tap bintang dipojok kiri bawah duluuu

Pada baca jam berapa nih? Komen dong!

Ah iya, Gue tau yang baca ini pasti cwk kan?

Selamat Membaca 🔥

A

lan menyeret paksa Olivia menuju pintu Markas Avigator.

Markas ini didesain seperti rumah biasa pada umumnya dengan warna gelap, Dan memiliki lima lantai.

Detik selanjutnya kaki Olivia sudah masuk kedalam Markas. Ya, Kali pertama seorang perempuan yang memasuki markas diambil oleh Olivia, Seorang istri Alan yang notabenenya ketua geng motor Avigator.

Sejak memasuki pekarangan Markas, Bulu kuduknya berdiri. Tempat ini berada dijalan yang jarang dilewati orang-orang. Apalagi dengan warna Markas yang serba hitam dengan di halamannya terdapat pepohonan rindang yang membuat aura di Markas semakin menyeramkan.

Ia berusaha memberontak dari cengkraman Adhi, Sekarang ia diseret paksa menuju tangga yang sangat luas dan panjang.

'Kenapa aura ditempat ini  sangat menyeramkan?' batinnya ketakutan.

'Tempat apaan sih ini?'

"S-sakit, Lepas.." cicit Olivia karena cengkraman Adhi yang kuat.

Adhi sama sekali tidak mendengarkan Olivia, Ia berjalan dengan tergesa-gesa sembari menahan amarahnya.

Pikirannya selalu melayang saat Jovian mencium leher mulus Olivia, Rasanya ia panas, Ia tidak terima. Ia rasa kurang setelah hanya menusuk Jovian dengan pisau itu, Ia hanya ingin Jovian mati, Mati, Dan MATI.

Adhi membuka pintu kamarnya yang berada disudut ruangan.

"Kita ngapain disini? Ini tempat apa? Gue takut.."

Adhi menolehkan pandangannya pada Olivia dengan nafas yang memburu membuat Olivia sesak.

"Gue bakal hilangin jejak kotor Jovian itu ditubuh lo, Ralat tubuh milik gue," seringai Alan mendekati Olivia yang perlahan mundur.

"Apa sih? Gak usah aneh-aneh ya," sarkas Olivia tajam.

Tubuh Olivia sudah membentur tembok di kamar Adhi yang berada di Markas.

"Tangan bajingan itu udah lancang nyentuh milik gue," geram Adhi menahan amarahnya.

Adhi berjalan maju dengan langkah lebarnya membuat Olivia kelimpungan, Ia berjalan mundur sampai dirinya terbentur lemari yang tidak memiliki pintu.

Prang

Prang

Prang

Bunyi botol kaca berisi alkohol itu jatuh dilantai akibat lemari itu tersenggol.

"Alkohol?" gumam Olivia menatap cairan itu dengan wajah yang ingin muntah.

Adhi tersenyum simpul, Tanpa aba-aba dirinya memegangi bahu Olivia lalu menjatuhkannya di kasur. Sekarang tubuh Olivia sepenuhnya berada di kungkungannya

Olivia melotot kaget saat Adhi mendekatkan wajahnya di ceruk lehernya yang terbuka.

"Lepas nggak?!" Adhi menggeleng sambil menduselkan wajahnya disana.

Wangi leher Olivia membuat Adhi mabuk kepayang, Rasanya sangat nyaman saat kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit leher Olivia.

Adhi mendongak menatap manik Olivia menatapnya seolah menyuruh berhenti. Adhi tetap pada pendiriannya, Ia akan menghilangkan jejak kotor bajingan itu. Adhi mencium lembut leher Olivia.

Olivia memejamkan matanya dengan jantung yang berdetak kencang, Ciuman lembut Adhi di lehernya membuat ia mematung. Tanpa Adhi sadari hal itu sukses menerbangkan jutaan kupu-kupu diperut Olivia.

Adhi semakin gancar melakukan aksinya saat mulut Olivia terbuka menahan desahannya. Ternyata leher Olivia adalah titik sensitif gadisnya.

Adhi mengigit gemas leher mulus Olivia membuat Olivia tanpa sadar mencengkeram kuat baju Adhi.

"Jangan digigit," desah Olivia lolos disela-sela kegiatan Adhi.

'Berhasil,' sorak Adhi dalam hati mendengar desahannya merdu yang selama ini ia tunggu.

Adhi menjilat, Mencium, Menggigit leher Olivia dengan gemas hal itu membuat leher Olivia memerah.

Adhi menatap puas hasil karyanya, Satu Kissmark tercetak sangat jelas dileher jenjang Olivia.

Adhi menatap tangan Olivia yang setia mencengkeram bajunya, Ia mencium lembut punggung tangan Olivia.

"Jangan ditahan," suara serak Adhi membuat Olivia semakin tidak bisa berkata-kata. Hatinya dag, Dig, Dug, Serrr...

Adhi melanjutkan aksinya, Ia menciumi sensual telinga Olivia, Lama-kelamaan ciuman itu menjadi jilatan membuat Olivia gelisah dibawah Kungkungan cowok itu.

"J-jan g-gituhhh," Olivia berusaha mendorong bahu Adhi, Tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.

Selang beberapa menit, Adhi masih dalam posisinya.

"T-tung--" ucapan Olivia terpotong pernyataan Adhi terlebih dahulu.

"Gue pengen lebih.."

JDARRRR

Jantung Olivia seakan meledak mendengar penuturan Adhi. Jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya, Nafasnya terasa sesak.

'Mamposs, Mati lo,' batin Olivia was-was.

Olivia mendorong kasar bahu Adhi yang sedari tadi menindihnya, Ia berdiri begitu juga Adhi, "Jangan pernah lupa sama janji lo," tegas Olivia menatap nyalang Adhi.

Hati Adhi mencolos mengingat janji yang pernah ia buat. Rasanya ia menyesali itu semua, Ingin sekali menghilangkan hari saat ia mengucapkan janji yang ia sesali saat ini.

Adhi mengusap wajahnya gausar, "Maafin gue, G-gue hampir kelepasan," sesal Adhi frustasi.

Adhi menatap karyanya dileher Olivia, Ia bahkan sudah sampai meraba-raba punggung mulus gadis itu, Hingga menjilat telinga, Dan beruntungnya sampai situ saja, Hal itu membuat Olivia sangat-sangat bersyukur.

Adhi memukul tembok dihadapannya dengan keras membuat Olivia terlonjak kaget, Tubuhnya mundur beberapa langkah.

"Lo bisa pergi," usir Adhi tanpa mau menatap manik Olivia.

Mulut Olivia terbuka sempurna, "Lo ngusir gue? Gue gak tau jal--"

"Gue gak nyuruh lo pulang, Tunggu di ruang tengah," kata Adhi memejamkan matanya menahan amarah.

Blamm

Olivia menutup pintu kamar Adhi saat tubuhnya sudah keluar dari ruangan serba hitam dan abu-abu itu.

"Damn!!!" Adhi memukul samsak tinju yang berada di kamarnya.

"Lagi, Lagi, LAGI!!!!" Adhi mengacak rambutnya frustasi lalu menghela nafas beratnya.

Sedangkan Olivia mengelilingi setiap sudut tempat ini, Ia memikir keras tempat apa tempat serba hitam yang sangat luas ini.

Ia menuruni tangga yang beda dari yang tadi ia lewati bersama Adhi. Ia melangkah maju dan menemukan ruangan menuju dapur yang didepannya terdapat kolam renang.

Jiwa penasaran Olivia semakin meronta-ronta, "Sebenarnya ini tempat apaan sih?"

Ia berjalan menuju dapurnya lalu mengamati  kulkas dengan mulut yang menganga lebar, Ia pernah melihat melalu televisi kulkas didepannya itu harganya bisa mencapai 50 juta.

Ia membukanya, Mulutnya semakin terbuka lebar. Isinya benar-benar penuh tanpa ada satu jengkal-pun tempat yang kosong.

"Anjir, Rumah sape nih? Sultan amat," ujarnya takjub.

Olivia melihat sekeliling yang sangat kosong, "mon maap ni gue lancang buka-buka isi kulkasnya," gumamnya pada pemilik tempat ini yang tidak tau pemiliknya dimana dan siapa. Ia menutup kulkas itu pelan.

Ia berjalan ke kanan ruangan yang sangat luas ini, Bulu kuduknya merinding karena tempat ini benar-benar tidak ada warna cerahnya sedikit saja, Semuanya berwarna serba gelap.

Ia berjalan dengan hati-hati dan tanpa sengaja menemukan lift di sana, "Anjir, Pake lift segala. Emang sampai berapa lantai sih?"

•••

"Shit, Gue lupa Markas luas banget. Bisa-bisa bocah ingusan itu kesesat," gumam Adhi berlari keluar dari kamarnya.

Ia mencari-cari Olivia dilantai satu, Dari dapur, Kolam renang, Hingga gudang disana namun orang yang ia cari tidak ada.

Sedangkan orang yang tengah dicari itu juga kelimpungan sendiri, Ia tidak tau saat ini ia berada dimana.

"Gue kesesat tolong!!! Ini rumah berapa lantai sih, Kok gue sampe kesesat?" teriaknya berharap ada yang menolongnya.

"Lima lantai," jawab seseorang membuat Olivia membalikkan badannya bersama datangnya seorang cowok dari arah dapur, Dia Alan.

"LO!? Ngapain lo kesini?" tanya Olivia pada orang yang menjawab teriaknya tadi. Sedangkan orang itu hanya menatap iris kecoklatan itu dengan tatapan tidak bisa diartikan.

Alan mengawasi interaksi keduanya dari jarak yang cukup jauh namun masih tetap bisa mendengar percakapan keduanya.

"Heii? Budek lo?" tanya Olivia karena diacuhkan.

"Gak juga," jawab orang itu.

"Lancangnya lo ngelanggar perintah gue?!" suara bariton itu membuat Olivia dan orang itu mengalihkan pandangannya.

"Adhi?" Olivia mengangkat sebelah alisnya kebingungan atas perkataan suaminya itu.

"Sengaja aja kesini,  Karena liat CCTV ada cewek yang berani kesini," jawab orang itu santai pada ketuanya lalu menoleh pada Olivia yang kebingungan ditempat.

"Sialan, Bera--"

"Mending keruang tengah , Gue bakal jelasin semuanya dari awal," potong orang itu berjalan menuju ruang tengah.

Alan menarik Olivia menuju ruang tengah yang berada di markas.

"Kenapa sih sebenarnya?" tanya Olivia pada cowok yang menyeret pelan lengannya itu.

Adhi diam membisu, Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun bahkan saat sudah sampai di ruang tengah.

Adhi juga sebenarnya penasaran mengapa orang itu menyuruhnya menuju ruang tengah. Kekhawatiran melanda dirinya saat kepergok hanya berduaan dengan cewek, Olivia.

"Keluar," titah orang itu pada seseorang yang bersembunyi dibalik pintu Markas.

Olivia dan Alan saling pandang dengan dahi yang berkerut.

Cewe dengan pakaian serba hitam tak lupa masker yang menutupi wajahnya membuat Olivia dan Alan semakin mengerutkan keningnya.

"Buka!"

Mata Olivia membola seketika saat mengetahui orang berpakaian serba hitam itu ternyata, "LETTA!?" pekiknya dengan mulutnya terbuka lebar.

Alan juga sangat kaget, Mengapa cewek itu bisa menuju Markas Avigator, Tetapi ia memasang ekspresi sangat datar seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Iya, Oliv, Gue Letta," Letta tersenyum misterius membuat Olivia bergedik ngeri.

"Bentar-bentar, Gue bingung banget. Ada apa sih sebenarnya? Kenapa Letta dan lo bisa kesini?" ujar Olivia membuat keenam mata itu menatap Olivia yang tengah kebingungan.

"Jelasin!" suruh Alan datar menatap Letta dan orang disebelahnya itu.

"Ah iya, Gio, Selamat misi kita berhasil," Letta mengangkat tangannya untuk bertos ria dengan partner-nya itu.

Gio tersenyum lebar, Ia membalas tangan Letta yang mengajaknya bertos, "Berhasil."

"BANGSAT, JELASIN SEKARANG! GAK USAH BASA-BASI BISA?" semua pasang mata teralihkan pada wajah Alan yang memerah menahan amarah.

"Santaiiii aelah," decak Gio kesal.

"Bingung jelasinnya dari mana," Letta mengangguk mendengar penuturan Gio.

"Oke, Oke, Gue aja yang jelasin,"

"Kalian....Udah, Nikahkan?" lanjut Letta ragu-ragu.

Refleks Olivia menutup mulutnya dengan satu tangannya saking kagetnya.

Alan hanya memasang tampang ekspresi sangat datar.

"Gak ah, Apasih lo ngadi-ngadi deh," sangkal Olivia membuat Gio mengotak-atik handphonenya.

Gio melempar handphone-nya pada Alan yang ditangkap dengan mudah oleh sang empunya.

Mata Alan melebar setelah melihat itu, Hal ini sangat luar biasa karena telah menggantikan tatapan dingin Alan menjadi keterkejutan.

Foto itu menunjukkan dirinya saat di pasar malam yang berciuman dengan Olivia. Rasanya dirinya ingin menghilang dari bumi sekarang.

Alan menatap Letta dan Gio bergantian lalu mengusap wajahnya gusar.

"Sini liat dong," Olivia merebut handphone Gio dari tangan besar Alan.

Glek

Olivia menelan ludahnya susah payah, Jantungnya berdegup kencang setelah melihat foto itu, "Gila," gumamnya.

"Gue tuh udah tau semuanya," ucap Letta sangat enteng dan kelewat santai.

Alan menatap marah keduanya, "Jadi selama ini kalian berdua jadi penguntit gue sama dia?" Alan menunjuk Olivia yang berada disampingnya dengan rahang yang mengeras.

"Jadi selama ini lo simpen rapat-rapat rahasia lo ke temen deket lo sendiri?" tanya Gio balik membuat Alan diam seribu bahasa.

"Gue gak bermaks--"

"Alah, Gak usah nyangkal. Dengan lo kayak gini, Berarti udah nunjukin rasa ketidakpercayaan lo sama gue, Edgar, sama Marga. Lo gak anggap kita ada Lan? Apa yang katanya kita sahabat? APA? LO SENDIRI MALAH GAK ANGGAP KITA SAHABAT, DAN LO MALAH NYURUH ANAK-ANAK AVIGATOR ANGGAP KITA SEMUA SAHABAT BAHKAN KELUARGA? ck," Gio menggeleng tidak percaya.

"Gue bisa jel--"

"GAK USAH, GAK PERLU, KITA KAN GAK SAHABAT," bentak Gio sambil menekan kata terakhir.

Bugh

Alan memukul rahang Gio mentah-mentah. Emosinya meluap-luap di tambah Gio juga membentak-bentak dirinya dan memotong perkataannya.

Olivia menarik Alan yang hendak memukul Gio lagi, Begitupun Letta yang menarik Gio.

"Cih," Gio berusaha melepas tangan Letta yang memegangi kedua lengannya.

Nafas Alan memburu mengingat-ingat perkataan Gio yang sangat menusuk hatinya. Mereka keluarga, Hanya saja Alan belum cukup berani berbicara hal besar itu pada teman-temannya, Hanya itu.

"KITA KELUARGA, GUE BUNUH LO KALO SAMPE BERANINYA LAGI BILANG KITA GAK SAHABAT ATAUPUN KELUARGA!!" bentak Alan tajam dan menusuk.

"Kenapa? Dengan sikap lo sendirikan yang gak nganggep kita-kita sahabat? Kenapa malah lo yang marah?"

"Gue anggap kalian lebih dari seorang sahabat, Kita keluarga, Gu--"

"Terus kenapa gak bilang rahasia ini?" potong Gio terlebih dahulu.

"GUE CUMA BELUM SIAP ANJING!!"

"Tai lo," decih Gio menatap malas Alan yang masih berada dipegangan Oliva.

"Jadi, Fakta apa dan mana aja kalian nyimpulin kita udah nikah?" tanya Olivia penasaran.

"Gue dulu," sahut Gio membuat Letta bungkam. Gio melepas tangan Letta yang memegang lengannya pelan, Begitupun Olivia.

"Pertama-tama gue curiga waktu gue nemuin kalian di taman berduaan, Gue waktu itu gak sengaja jalan-jalan ke taman bareng adek sepupu gue yang datang dari Jogja kesini. Terus gue liat kalian, Dari situ gue udah curiga dan gue selalu mantau gerak-gerik kalian yang mencurigakan."

"Ta," suruh Gio agar Letta bercerita.

Flash Back On

"Gue mau pulang."

"Hah?!" Letta membuka matanya lebar-lebar. Ia mendongak melihat jam 01.44.

"Lo pulang sama siapa? Hah?"

"Gue udah dijemput kok"

"Beneran?"

"Iya, Dia udah didepan sekarang"

"Ya udah. Ayo gue anter kedepan," saat Letta hendak bangun Olivia lebih dulu mencegahnya.

"Ehh.... Gak usah gue bisa sendiri" Olivia melarang Letta yang akan mengantarkannya pulang. Ia tak mau Letta mengetahui siapa yang mengantarkannya pulang.

"Yakin?"

"Iya, Ta."

"Yaudah, Gue pulang. See you."

"To."

Flash Back Off

"Gue gak bodoh Olivia, Gue ikutin lo sampai didepan gerbang rumah gue," Olivia menganga mendengar pernyataan itu dari mulut Letta.

Flash Back On

Letta mengendap-endap dari bahkan dirinya seperti maling rumahnya sendiri. Ia mengikuti Olivia sampai didepan gerbang.

"Dor," Olivia menepuk pundak seseorang yang membelakanginya.

Bola mata Letta membulat saat orang itu berbalik badan akibat keterkejutan yang dibuat Olivia.

"Alan?" gumamnya masih dalam posisinya.

Motor Alan sudah melaju dari pandangannya. Letta hapal betul plat orang yang menjemput Olivia sama dengan plat salah satu most wanted STB, Alan.

"Gak mungkinkan.." gumamnya tidak menyangka.

Flash Back Off

"Disitu gue bener-bener tiap hari gak bisa tidur nyenyak, Rasanya gue harus kupas tuntas semuanya," jelas Letta.

"Lo tau Alan?" Alan mendongak menatap mata elang Gio.

Sinar laser dari kedua mata elang itu beradu.

"Waktu kalian berdua beli sate dipinggir jalan, Gue salah satu saksi lo pelukan sama Olivia," jelas Gio.

"And...Gue waktu itu benar-benar juga gak disengaja, Gue cuma lewat terus tau ada lo disana, Gue samperin ternyata lo udah bawa pasangan," kekeh Gio tersenyum jahil.

"Terus?" tanya Alan datar membuat Gio mengerucutkan bibirnya kesal, "Bodo ah," kesalnya.

Letta terkekeh pelan melihat tingkah partner-nya itu.

"Eh terus ada lagi yang buat gue curiga. Waktu si Olivia dihukum gue udah mantau dari pertama kali Alan datang ke lapangan. Terus kalian mau ekhem-ekhem kan untungnya gue baik hati dan gue samperin kalian deh haha," tawa Gio pecah berhasil membuat wajah sepasang suami-istri itu kesal.

"Tolol," umpat Alan dengan muka masamnya.

"HAHA."

Letta tertawa kecil, "Beneran mau ekhem-ekhem?"

"Letta?!" Olivia rasanya ingin ditelan bumi, Wajahnya sangat merah menahan malu.

"HAHAHA," tawa Letta dan Gio membuat pasangan itu semakin ingin mengubur hidup-hidup orang didepannya ini.

"Gue jeblosin kalian berdua di RBT ya!!" gemas Alan membuat Gio dan Letta menghentikan tawanya.

Gio menelan ludahnya susah payah, Akan mati ia jika dijebloskan di RBT.

"RBT apaan?" tanya Letta mengerutkan keningnya bingung.

"Rahasia, Yang tau cuma anak-anak Avigator," bisik Gio membuat Letta bergedik ngeri seraya menghindar agar tubuhnya tidak terlalu dekat dengan Gio.

"Anjir," umpat Letta.

"Back to topik, Gue ikutin kalian berdua karena gak sengaja liat kalian dipertigaan pulang berdua. Gagal, Gue gagal karena gue ditelpon Emak gue. Hari kedua ternyata gue ketemu sama di onoh," Gio menunjuk sombong kearah Letta.

"AWWW," pekik Gio saat pinggangnya dicubit kuat oleh Letta.

"Gak usah bercanda bisa?" tegas Alan membuat kedua orang itu bungkam.

"Oke, Disitu gue sama dia sepakat jadi partner buat nyelidikin hubungan kalian. Gue sama dia berbagi cerita yang janggal tentang kalian dari mulai yang disekolahkan, Waktu main, Dan lain-lain."

"Dan lo inget waktu Olivia pingsan, Lo itu kayak benar-benar nunjukin kalo kalian emang ada hubungan. Lo panik, Lo gendong dia, Itu yang buat gue sama Letta semakin yakin kalian bukan hanya sekedar Sepupu," Gio menekan mata terakhir membuat Olivia tersenyum kaku.

"Terus, Waktu lo sendirian di Cafe deket JKT Mall itu, Gue juga yang telpon Letta buat nganter lo pulang atau apalah yang penting lo pulang selamat karena Alan waktu itu mabok, Cemburu buta," kekehnya membuat Gio menelan ludahnya kasar saat mendapat tatapan tajam bak membunuh Alan.

"Jadi lo yang nganter dia yang pake baju serba hitam itu?" tanya Olivia membuat Gio mengangguk.

"Gak nyangka," gumamnya membuat Letta dan Gio bertos sambil tersenyum bangga.

"Gue sama Gio udah nunggu lama kalo kalian bongkar rahasia ini, Tapi kalian malah gak bongkar-bongkar jadi akhirnya kita sepakat buat kesini deh itu juga mendadak banget," Gio mengangguk menyetujui perkataan Letta.

"Huft..Kalian gak akan ngebocorin inikan?" tanya Olivia menghela nafas berat.

Alan menatap Olivia yang sepertinya sangat gelisah, Mungkin karena sudah ada orang yang mengetahui pernikahan mereka selain keluarga.

"Gue rasa..." ujar Gio menggantung.

"Mungkin," lanjutnya.

"Kok mungkin?" tanya Letta mewakili pasangan muda itu.

"Lo harus kasih tau anak-anak Avigator tentang ini, Gue rasa harus. Dan kalian juga harus ngasih tau si cebol."

"Cebol? Siapa cebol?" tanya Olivia kebingungan.

"Bocah cempreng siapa sih namanya lupa gue, Ah iya Zanna."

"Zanna?" dahi Letta berkerut.

Gio yang mengerti akan kebingungan Letta, "Lo udah tau, Zanna masa gak lo kasih tau. Kasian kalo dia sendiri yang gak dikasih. Gue yakin ntar Zanna bakal mikir gak dianggap kalo kalian gak ngasih tau, Apalagi kalian sahabatan cuma bertiga," Ujarnya menekan kata Anggap sambil melirik Alan yang peka kalau dirinya disindir.

"Ya, Besok-besok gue kasih tau," balas Olivia sedikit lesu.

"Lo udah jebol?" pekik Letta membuat Gio menutup telinganya rapat-rapat.

"Astaghfirullah, Sisterrrr. Bisa dikondisikan?"

"Gak bisa, Ini masalah hidup dan mati," ujarnya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Gio.

"Olivia, Lo beneran udah jebol?" tanya Letta membuat lamunan Olivia buyar.

"Ha?"

"Dodol bangettt astaga, Lo udah jebol ya?" tanyanya polos.

Plakk

Olivia menampar mulus lemes Letta membuat sang empunya meringis.

"Anjing," umpat Letta.

"Gue tuh ngomong apa adanya, Noh liat ada cupang dileher lo. Lo abis nganu kan? Ihh anjirr Olivia uda jeb--"

"Nantangin gue masukkin bantu masuk neraka ya lo?" sarkas Alan tajam membuat Letta menatap takut Alan dengan menelan ludahnya susah payah.

"Emang kenapa kalo udah jebol? Istri gue juga," sombong Alan dengan wajah datar.

"Anjir, Berarti udah jebol. Gila sih," gumamnya membuat Olivia gedek dengan Letta.

"Enak gak sih?" tanyanya polos membuat Olivia frustasi.

"Mo nanges," raut wajah Olivia dibuat se-frustasi mungkin.

Letta mendekati Olivia lalu mengelus bahunya pelan, "Gapapa Olivia kalo lo udah jebol, Gue tetep mau kok temenan sama lo, Gue gak keberatan kok."

"BEGO, SANGAT BEGO!!" Gio berteriak kencang membuat Letta menutup telinganya cepat-cepat takut gendang telinganya jebol karena suara melengking Gio.

"Anjing, Anjing, Suara lo kek toa anjir."

"Jadi karena bocah ini istri gue suka ngomong kasar. Mulai sekarang gue larang lo deket-deket dia lagi, Udah ketularan ngomong kasar jangan sampe ketularan bego."

TBC...

Akhirnya kebongkar siapa sebenarnya orang-orang misterius itukann.
Akhirnya bisa tidur nyenyak tanpa pikiran.

.
.

Komen untuk Next!!!!
.
.
.
GASS FOLLOW SEKARANG!!!

4/9/21
21.51

Продолжить чтение

Вам также понравится

LOVEHOLIC 𝖆𝖈𝖍𝖆★

Любовные романы

5.5M 291K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
Hidden Marriage Safira RM

Любовные романы

1.3M 63.9K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
Who Am I? Irys

Любовные романы

569K 54.6K 30
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
2.3M 108K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞