PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

6. Terciduk

202 74 3
By Megautamii10

AUTHOR POV

Sampainya di hotel Moza telah memesan dua kamar yang letaknya berseberangan. "Kamu 115 saya 116." Moza menyerahkan sebuah kunci pada Kiara.

"Sini kopernya biar saya bantu." Ucap Moza. Sedari awal Kiara agak curiga dengan tingkah baik bosnya ini.

Ceklek...

Pintu kamar itu terbuka. Kamar dengan dominasi warna putih serta kasur ukuran king size menyambut kedatangan Kiara. "Makasi ya Pak."

"Hmm...besok pagi siapkan berkas kita akan meeting setelah itu pergi ke tempat proyek." Jelas Moza panjang lebar.

"Siap Pak." Balas Kiara.

Setelah bosnya itu pergi ia langsung menutup pintu kamar. Tanpa membereskan apapun Kiara langsung merebahkan diri diatas kasur barunya itu. Ia merogoh saku celananya mengambil benda pipih favoritnya.

"Haloo iky sayang."

"Halo sayang. Gimana? Kamu udah sampai?"

"Udah yang baru aja. Kamu gimana? Udah mampir ke rumah?"

"Udah ini baru aja balik. Oh ya makasih hadiahnya ya."

"Hehehehe....kamu suka? Maaf aku gak bisa dateng ke acara wisuda kamu hari ini."

"Iya gapapa, sayang."

Di lain hal, Moza juga tengah dihubungi oleh kekasihnya. Natasha.

"Yang, udah sampai?"

"Udah, baru aja. Gimana Mama di sana?"

"Aku udah pulang, tadi sih baik-baik aja."

"Oh iya, aku mau beres-beres dulu ya."

"Moz..."

Tutt...

Moza langsung memutus telepon tersebut. Dia memindahkan barang-barang dalam kopernya ke dalam lemari.

KIARA POV

Setelah berjam-jam lamanya aku berada di kamar ukuran besar itu. Kini aku memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi halaman hotel. Suhu di malam hari dan pemandangan indah di atas langit menambah suasana nyaman.

Kringg!!

Dering ponselku menganggu waktu tenangku. (PAK BOS NYEBELIN!) Saat melihat kalimat itu di layar ponselku seketika aku ingin melempar ponselku jauh-jauh.

"Apasih pak?"

"Heh! Gak sopan sekali kamu ya!"

"Hmm...iya ada apa pak? Saya lagi di luar ini."

"Iya saya juga tau, udah liat dari sini. Makanya saya nelpon kamu. Mau nitip beli makan ya. Terlalu sering nginep di sini saya bosen sama menu-menunya."

"Emangnya saya..."

"Kamu sekretaris saya. Udah beliin deket juga itu depan kamu ada warung. Pelit banget sih, udah saya kasi lho makanan saya tadi kamu inget?"

"Ihhh perhitungan banget sih, tau gitu saya gak..."

Tutt...

Ingin rasanya aku menampar wajah Pak Moza yang menyebalkan itu. Dengan terpaksa aku menyeberang jalan menuju warung di depan hotel.

"Mas, baksonya 1 ya."

Pedagang itu mengangguk. "Silakan duduk dulu mbak."

Tak berselang lama, pesananku pun jadi. Aku memberikan beberapa lembar uang lalu pergi hendak menyeberang. Jalanan terlihat lumayan sepi dan aku melangkah ditengah bentangan jalan raya.

AUTHOR POV

Tiba-tiba....

Tinnn!!!!

"Aaaaa!!!" Melihat wanita itu hampir tertabrak Moza langsung menolongnya dan menariknya ke sisi jalan.

Moza merasakan betul tubuh wanita itu lemas dan bergetar serta wajahnya terlihat sangat pucat. "Bapak kok bisa di sini?" Tanya wanita itu.

"Itu gak penting, kamu gapapa kan? Gak ada luka kan?" Tanya Moza. Kiara hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi makanan bapak jatuh, saya pesenin lagi ya."

"Gak usah, gak perlu mencari celaka lagi. Ini semua salah saya. Maaf saya udah nyuruh kamu untuk..."

"Gapapa kok Pak. Gak usah formal-formal banget. Toh biasanya juga bapak ngeselin." Balas Kiara seraya tertawa.

"Saya gak bercanda Kiara." Mendengar nada serius Moza, Kiara terdiam.

"Hampir aja, kalau gak cepet bisa lain lagi akibatnya." Ucap Moza.

Kiara menyentuh pundak atasannya itu. "Ini semua gak sepenuhnya salah bapak kok, saya juga yang kurang hati-hati menyeberang."

"Ayo Pak, masuk ke dalam udah dingin ini." Imbuh Kiara.

Keduanya masuk bersamaan ke dalam hotel. Kiara hanya bisa bergidik membayangkan keanehan pada bosnya itu.

*****

MOZA POV

Pagi ini setelah meeting bersama beberapa rekan bisnis di sini. Aku dan Kiara pergi ke tempat proyek pembangunan. Melihat proyek yang sudah hampir selesai membuatku sedikit lega.

"Pak, kita pulang setelah proyek ini selesai?" Tanya Kiara. Aku hanya mengangguk seraya mengelilingi bangunan itu.

AUTHOR POV

Usai membereskan rumah, Alisha berniat pergi ke swalayan untuk berbelanja kebutuhan bulanan. Di sisi lain, Anna dan Brata tengah memilih-milih barang belanjaan.

Brughh!!

"Eh maaf." Alisha memungut kembali barang bawaannya yang jatuh. Di bantu oleh seorang wanita.

"Maaf saya tidak lihat tadi." Kata wanita itu.

"Tidak masalah bu," balas Alisha seraya tersenyum.

"Mari biar saya bantu." Anna membawa salah satu kantong plastik belanjaan Alisha.

"Ibu?"

"Panggil aja Anna, sepertinya kita seumuran." Anna tersenyum.

"Saya Alisha." Balas Alisha.

"Ini suami saya, Brata." Anna memperkenalkan suaminya.

*****

Moza dan Kiara sedang berada di dalam mobil menuju hotel.

Darr!!

"Astaga!!" Kiara terkejut bukan main saat suara ledakan.

"Pak? Baik-baik aja kan?" Tanya Moza yang kelihatannya juga sangat terkejut.

"Sepertinya ban mobilnya bocor pak." Pak sopir berbandan tambun itu turun untuk memastikan kondisi mobil.

Benar saja ternyata ban belakang mobil itu pecah. "Pak bannya pecah."

"Ya udah kamu panggil montir aja suruh beresin di sini." Ucap Moza.

"Baik pak coba saya hubungi dulu." Sopir itu merogoh ponselnya.

"Pak, montirnya sebentar lagi datang. Mungkin untuk memperbaikinya perlu di bawa ke bengkel dulu. Jadi gimana pak?"

"Ra, gimana?" Tanya Moza.

"Lho, ya terserah bapak aja." Balas Kiara.

"Ya udah, kamu fokus dulu sama mobilnya biar saya sama Kiara cari tumpangan lain." Kata Moza.

"Biar saya telpon temen saya ya pak," tawar si Pak sopir.

"Gak usah, saya sewa taksi aja." Balas Moza.

"Maaf saya jadi merepotkan pak."

"Gapapa kok pak, santai aja sama bos saya." Balas Kiara. Moza memberikan tatapan tajam pada Kiara.

Setelahnya keduanya berjalan menuju jalan besar. Karena tempat proyek terbilang jauh dari jalan raya.

"Kamu kuat jalan kan?" Tanya Moza.

"Yaelah Pak, gak usah di tanya. Ngadepin bapak yang ngeselin ini aja saya kuat apalagi cuma masalah jalan gini doang." Balas Kiara.

Tuk!

Moza menoyor kepala Kiara. "Aduh pak, sakit tau!" Moza tertawa melihatnya.

"Katanya kuat." Sindir Moza.

"Kan beda klo di sengaja ya saya mana kuat." Balas Kiara.

"Hey!!"

"Ayo sini!!"

"Cepet masuk, masuk!"

Keributan terdengar di sebuah bangunan. Banyak orang berlari tunggang langgang. "Ada apa tu pak?" Tanya Kiara.

"Menurut kamu?" Moza menghentikan langkahnya.

"Mana saya tau."

"Sama. Saya juga." Balas Moza.

"Mbak! Mas cepet lari!!" Seseorang menggiring mereka masuk ke sebuah kost-kostan.

"Eh! Apa-apaan ni mbak?" Tanya Kiara yang bingung.

"Ada apa sih ini?" Tanya Moza.

Wanita itu membawa keduanya ke dalam sebuah kamar. "Ada razia dari pak Kades. Kita harus sembunyi. Terutama pasangan yang belum muhrim."

Moza yang mendengar itu sontak terbelalak. "Heh mbak!".

"KELUAR SEMUA!!" Suara bariton dari seseorang di luar kamar tersengar.

Buru-buru wanita itu pergi dari sana. Moza dan Kiara pun jadi ikut panik karena hal itu. Padahal keduanya tak tau apa-apa.

"Pak gimana ni? Saya jadi takut." Tanya Kiara.

"Kamu tenang dulu, nanti saya..."

Brakkk!!!

Pintu kamar keduanya terdobrak. Terlihat seorang polisi bersama satu polwan dan seorang bapak-bapak gendut memandangi mereka dengan tatapan tak teridentifikasi.

"Geledah mereka!" Perintah si bapak polisi kepada anak buahnya.

"Tunggu pak! Tunggu dulu! Saya gak tau apa-apa lho ini anda jangan main geledah-geledah aja ya!" Kata Moza.

"Gak tau apa-apa gimana? Alasan aja. Udah basi itu buat apa kamu ke sini kalau gak ada perlu gitu kan?" Tanya bapak berbadan gendut dengan peci hitam yang diyakini kepala desa itu.

"Geledah!" Perintah polisi itu yang membuat Kiara terkejut sekaligus takut.

"Pak, saya gak tau apa-apa." Suara Kiara mulai bergetar.

Usai menggeledah semuanya, tak di dapatkan bukti-bukti yang mencurigakan. "Kartu pengenal?" Polisi itu meminta keduanya memberikan kartu pengenalnya.

"Kalian sudah menikah?" Tanya si polwan.

"Nggak!" Jawab Moza dan Kiara bersamaan.

"Maksudnya kami buakn suami istri." Jelas Moza.

"Bagus mau mengaku, susah mendapatkan orang yang kooperatif."

"Jadi ini pacar kamu?" Tanya si Polisi.

"Nggak pak, saya gak ada hubungannya sama bapak ini! Saya bukan istrinya apalagi pacarnya. Dia adalah atasan saya." Jelas Kiara.

"Dia sekretaris saya pak." Balas Moza.

"Alasan aja, terus buat apa kalian ke sini? Selain untuk berbuat mesum?"

"Kalian yang sudah meresahkan kampung di sini." Kata Pak Kades.

"Pak!! Tolong jaga perkataan anda!" Moza sudah kehilangan kesabarannya.

"Bawa dia! Ke kantor!" Perintah polisi itu.

Ceklek!

Ceklek!

Moza dan Kiara sama-sama di borgol. Kini Kiara tak bisa membendung lagi air matanya.

"Ra, jangan nangis ya. Saya akan cari cara agar kita bisa keluar dari masalah ini." Moza berusaha menenangkan sekretarisnya itu.

Sekitar 15 menit perjalanan mereka oun sampai di kantor polisi. Si kepala desa menjelaskan apa yang terjadi dan hal itu tentu sangat menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi.

"Mereka sudah meresahkan kampung saya." Ucap Pak Kades.

"Gak bener itu pak, kami di jebak." Ucap Moza.

"Buktinya sudah ada mereka berdua dalam satu kamar dan tak ad bukti mereka adlah pasangan sumi istri." Ucap Kepala desa. Memang benar bagaimanapun perkataan kades itu benar namun Moza dalam hal ini tak bersalah sama sekali.

"Saya kan sudah bilang dari awal kalau saya tidak tahu apapun pak. Saya hanya..."

Kiara hanya terdiam seraya menangis. Dia membiarkan Moza saja yang menjelaskannya. "Lalu bagaimana kelanjutannya? Apa yang ingin bapak lakukan?"

"Mereka harus di nikahkan!" Ucap Pak Kades.

"Bapak gak bis seenaknya gitu ya! Saya sudah sabar menghadapi bapak yang terus menerus memberikan tuduhan kepada saya." Kata Moza menggebu-gebu.

"Anda kira saya salah tuduh begitu? Bukannya sudah jelas buktinya? Kampung saya tercoreng karena ulah kalian. Saya juga sudah sangat bersabar!" Kata Pak Kades.

"Bapak salah orang! Itu bukan kami! Saya sedang bisnis di sini bersama sekretaris saya. Dan..."

"Sudah, intinya saya ingin kalian memilih menikah atau di penjara kan?" Tanya pak kepala desa.

"Berikan saya waktu." Ucap Moza.

"Pak?" Kiara terlihat bergetar dan ketakutan.

"Saya gak mau nikah! Saya gak terima ini semua pak!" Ucap Kiara penuh kekesalan.

"Iya, iya saya ngerti. Kamu tenang dulu saya hubungi orang tua saya dulu." Moza mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Halo ma?"

"......."

"Papa ada ma?"

"......."

"Moza minta tolong, bisa gak papa sama mama datang ke Bandung sekarang?"

"......."

Moza menjelaskan semuanya yang terjadi pada kedua orang tuanya. Dan untungnya mereka mau datang.

"Ra, kamu bisa hubungi mama kamu?" Tanya Moza selembut mungkin. Ia menyadari kondisi Kiara.

Kiara hanya mengangguk. Ia merogoh ponselnya. Berusaha menenangkan dirinya. Menarik nafas dalam-dalam.

"Halo mama?"

"......."

"Mama di mana?"

"......."

"Kiara lagi di tempat kerja nih ma, mama bisa gak dateng kesini sebentar aja."

"......."

"Ma Kiara...."

Kiara terlihat tak mampu mengatakan masalah yangs sedang di alaminya.

"Biar saya yang bicara." Moza mengambil alih ponsel Kiara.

"Halo bu, saya Moza atasan Kiara."

"......."

"Ibu bisa datang ke sini hari ini? Saya akan biayai keberangkatan ibu kemari."

"......."

"Saya tidak bisa menjelaskan semuanya di telepon. Tapi intinya kami, saya dan Kiara sedang ada masalah yang menyangkut kekeluargaan."

"......."

"Iya bu, terima kasih."

Moza mengembalikan ponsel Kiara dia mengelus pundak Kiara agar bisa lebih tenang. "Kita akan selesaikan ini secara kekeluargaan saya tidak bisa memutuskannya sendiri. Jadi kamu sabar ya."




























Jangan lupa vote dan koment ya gaes🧡

Continue Reading

You'll Also Like

1M 7.7K 33
Warning 21+ not for🔞 Satu malam yang merubah hidupku 180 drajat.Kecelakaan tak terduga membuatku harus bertemu dengannya I Made Harjuna lelaki tampa...
1.4M 67.6K 52
Garnetta Gabriel Henry, 17 tahun seorang gadis cantik semata wayang yang menjadi pewaris tunggal keluarga Henry, memiliki kehidupan malam sebagai pel...
1.1M 53.1K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.6M 28K 11
🔞 WARNING 🔞 #Marriage Series 1 Menikah dengan cara dijodohkan, dan ada perjanjian pernikahan yang harus disetujui. Apakah perjanjian pernikahan it...