PARALYSED [END]

By Miss_Ristyaningsih

9K 1.9K 4.1K

Kecelakaan yang terjadi karena rasa benci yang tertanam dalam hati dan pikiran membuat nyawa seorang gadis be... More

A T T E N T I O N
C A S T
P R O L O G
B A B 1
B A B 2
B A B 3
B A B 4
B A B 5
B A B 6
B A B 7
B A B 8
B A B 9
B A B 10
B A B 11
B A B 12
B A B 13
B A B 15
B A B 16
B A B 17
B A B 18
B A B 19
B A B 20
B A B 21
B A B 22
B A B 23
B A B 24 (END)

B A B 14

156 36 86
By Miss_Ristyaningsih

"Ikhsan yang telah membuat kamu sampai seperti ini. Dialah yang menyuruh sopir truk yang menabrak kamu waktu itu. Dia berniat untuk membunuh kamu, Ainsley. Dan kakak minta sama kamu, jangan dengan cepat memaafkan laki-laki berengsek itu. Dia harus merasakan apa itu penyesalan. Dan dia sedang di penjara sekarang, dengan akan di penjarakan selama lima tahun," jawab Vadim dengan nada dingin.

Setelah beberapa menit terdiam, Vadim akhirnya membuka suaranya untuk menjawab pertanyaan Ainsley.

Ainsley menatap kosong ke depan. "Ini salah Ainsley. Seharusnya Ainsley tidak masuk ke kehidupan keluarga ini. Pasti kakak tidak akan melakukan hal ini, dan dia tidak akan masuk penjara. Justru dengan hal ini, Ainsley sedikit merasakan bahwa kebenciannya kepada Ainsley akan semakin besar, dan semakin susah untuk dihilangkan," ujar Ainsley dengan masih menatap kosong ke arah depan.

Tiba-tiba Aqila bersujud di kaki Ainsley. "Kakak mewakili kakak kamu meminta maaf sebesar-besarnya, sayang. Tetapi, kakak mohon sama kamu buat dia merasakan penyesalan yang teramat dalam. Dan dia dapat merenungi apa yang dia telah lakukan. Soal ucapan kamu tadi, kakak juga sedikit berpikir seperti itu, namun apapun yang terjadi, kesalahan ini sangatlah besar, sayang. Kamu di antara hidup dan mati saat itu, dan berjuang keras untuk sadar kembali, lalu kamu akan memaafkannya begitu saja, dan melupakan semuanya seolah-olah tidak ada yang terjadi?" lirih Aqila.

"Bangun kakak! Jangan melakukan ini. Kakak tidak boleh seperti ini. Ayo bangun kakak Aqila!" perintah Ainsley dengan berusaha menggoyangkan kakinya yang dipegang oleh Aqila, namun tidak bisa. Ia hanya membuang-buang tenaganya saja.

Aqila dengan pelan berdiri tegak. Air matanya mengalir di pipinya. Tidak seharusnya Ainsley mengalami hal ini, dan itu disebabkan oleh suaminya sendiri.

"Jangan pernah kamu ucapkan kembali kalimat tadi! Kamu adalah adiknya kakak, anak keluarga ini, bagian dari keluarga ini. Kamu bukan orang asing!" geram Vadim atas ucapan Ainsley yang menurutnya adalah salah, karena Ainsley adalah adiknya dan juga keluarganya, bukan orang asing.

Ainsley menundukkan kepalanya dengan dalam. "Aku mau ke kamar," lirih Ainsley.

Aqila langsung mendorong dengan pelan kursi rodanya, menuju ke lift.

Keadaan masih hening setelah kepergian Ainsley ke kamarnya.

"Kembalilah bekerja," pinta Fida dengan tersenyum kepada para asisten rumah tangga, sopir, satpam, dan bodyguard yang berada di ruang keluarga tersebut.

Mereka semua menganggukkan kepalanya, lalu kembali menuju ke tempat masing-masing, dan kembali bekerja.

Mereka tidak punya hak untuk ikut campur urusan keluarga Jagravi ini.

Jam terus berjalan, sampai malam pun tiba. Bintang-bintang dengan indah menghiasi gelapnya langit malam.

Ainsley menatapnya. Ada satu bintang yang terlihat paling bersinar di atas sana.

"Kalian semua sangat cantik. Bersinar, menerangi gelapnya langit malam. Kalian mau tahu sesuatu? Aku sangat menyukainya. Menyukai cahaya bintang yang begitu indah dilihat oleh mata. Jika bisa, aku ingin melihat kalian lebih dekat lagi," batin Ainsley dengan tersenyum manis.

Sumber kebahagiaannya dan senyumannya, hanyalah sederhana. Yaitu, melihat bintang-bintang yang ada di langit malam, dengan bulan yang menemaninya.

Senyumannya memudar setelah mengingat sesuatu.

"Darshan. Apa kabar kamu? Kamu enggak rindu sama aku ya? Kamu bilang aku itu bintang, dan kamu adalah gelapnya langit malam. Kamu juga bilang kalau bintang memang tidak selalu terlihat. Tapi, dia selalu ada. Dan, Bintang datang untuk membuat langit malam menjadi lebih terang. Yang berarti aku datang untuk membuat hidupmu lebih cerah, apa itu maksud dari perkataan kamu waktu itu Darshan?" batin Ainsley dengan menatap sebuah foto yang ada di album.

Foto itu diambil pada Jakarta, 14 Juni 2012.

Saat itu, Ainsley dan Darshan berumur 7. Hari itu mereka bermain dengan bahagia tanpa ada beban apapun di sebuah sungai. Dengan di foto oleh Fida.

"Ainsley," panggil Fida dengan berjalan mendekatinya, membuat Ainsley terkejut dan menoleh ke arah Fida.

"Kenapa di sini sayang? Sudah malam. Nanti kamu kedinginan," tanya Fida dengan duduk di bangku taman yang ada tepat di samping Ainsley.

"Enggak kenapa-kenapa mama. Ainsley hanya ingin melihat bintang-bintang yang ada di langit malam ini. Apa mama juga merasa bahwa mereka sangat cantik?" jawab Ainsley.

"Iya sayang. Tetapi secantik apapun bintang di langit, kamu adalah bintang yang paling cantik yang mama miliki," sahut Fida, lalu mencium sebentar pipi Ainsley.

"Mama juga cantik. Terima kasih karena sudah menjadi Mama terbaik bagi Ainsley. Ainsley minta maaf jika Ainsley berbuat salah," kata Ainsley.

"Enggak sayang. Kamu tidak pernah berbuat kesalahan apapun sama Mama selama ini. Kamu anak yang baik, cantik, dan penurut. Jadi, kamu tidak memiliki kesalahan apapun sama Mama. Sungguh, jika kamu menikah nanti, Mama sedikit tidak rela karena putri kecil Mama akan meninggalkan Mama sendiri di sini, setelah kedua kakak kamu yang menikah, dengan tinggal di rumah mereka masing-masing," sanggah Fida dengan mengelus rambut panjang Ainsley.

"Mama tidak boleh berbicara seperti itu. Ainsley tidak akan meninggalkan Mama. Apapun yang terjadi, Ainsley akan tetap selalu bersama dengan Mama. Walaupun Ainsley sudah menikah, nantinya. Lagi pula, untuk menikah, Ainsley tidak ingin buru-buru, karena Ainsley ingin mencapai cita-cita Ainsley terlebih dahulu, membahagiakan Mama dan semua kakak-kakak. Karena, Ainsley tidak ingin kehilangan masa muda Ainsley hanya karena menikah di usia muda. Dan juga karena, pernikahan yang dilakukan tanpa persiapan mental, fisik, hingga materi yang baik, dapat berakhir tragis, termasuk kekerasan dalam rumah tangga maupun perceraian, Mama. Maka dari itu biarkan Ainsley sendiri dulu ya. Insya Allah, Ainsley akan menikah jika sudah tepat waktunya," sahut Ainsley.

"Lihatlah, Ainsleynya Mama sudah semakin dewasa sekarang. Iya, nak. Mama juga tidak mau itu terjadi sama kamu. Kejarlah impian kamu dan cita-cita kamu, puaskan dirimu akan masa muda kamu, sayang. Karena ketika kamu menikah nanti, kamu akan mengurus urusan rumah tangga, dan juga suami dan anak-anak kamu," ujar Fida.

"Ainsley. Ada yang ingin Mama bicarakan dengan kamu sayang. Ini tentang sekolah kamu," sambungnya.

"Iya Mama, bicarakan saja," sahut Ainsley.

"Kamu tidak usah bersekolah di SMA Aerglo ya nak? Kamu lebih baik homeschooling saja. Bedanya, homeschooling adalah sekolah di rumah, dan ada di bawah pengawasan orang tua, sedangkan sekolah pada umumnya adalah hanya guru yang mengawasi kamu, itupun tidak bisa mereka untuk terus mengawasi para muridnya, walaupun guru adalah orang tua di sekolah. Dan juga homeschooling, gurunya lebih pribadi mengajarnya, dia hanya akan fokus ke kamu sayang," kata Fida.

"Sebelumnya Ainsley meminta maaf Mama. Apapun permintaan Mama akan Ainsley setujui dan kabulkan, tetapi tidak dengan yang ini. Ainsley hiks tidak mau hanya karena lumpuh, membuat hiks Ainsley tidak bisa bersekolah seperti anak hiks seusia Ainsley. Ainsley ingin merasakan masa putih abu-abu hiks, dan tidak ingin melewatkannya, yang di mana ini tidak bisa diulang lagi. Sekali lagi Ainsley minta maaf Mama, hiks hiks," tolak Ainsley dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Tidak sayang. Kamu tidak salah. Kamu berhak atas pilihan kamu sendiri. Dan Mama tidak bisa berbuat apa-apa, jika kamu tidak menyetujuinya. Namun, ada syarat yang harus kamu lakukan untuk bisa bersekolah di sana, sayang. Yaitu, kamu harus dijaga oleh tiga orang bodyguard, dan juga bibi Ainur. Mereka akan menjaga kamu di sana. Kenapa harus ada bibi Ainur? Itu karena jika kamu ingin pergi ke toilet, ada seseorang yang dapat membantu kamu, sayang. Jangan menangis sayang. Mama juga akan ikut menangis jika kamu bersedih seperti ini," tutur Fida dengan mengusap pipi Ainsley yang mengalir air matanya.

Butuh beberapa menit Ainsley berpikir untuk setuju atau tidak setuju akan syarat yang diberikan Fida. Setelah Ainsley sudah mendapatkan keputusannya, ia menganggukkan kepalanya. "Iya Mama. Ainsley setuju. Asalkan Ainsley bisa sekolah seperti biasa," sahut Ainsley dengan kembali tersenyum.

"Baiklah. Jika terjadi sesuatu sama kamu, telepon Mama ya sayang." Ainsley menganggukkan kepalanya sekali lagi, dengan tersenyum manis.

Ainsley memeluk Fida dengan erat. Dengan masih tersenyum. Fida juga membalas pelukan itu tidak kalah erat.

"Mama sudah mempersiapkan semuanya. Jadi, kamu tinggal masuk sekolah sayang. Mama juga sudah memberitahukan kepada kepala sekolah tentang alasan kamu yang baru masuk, padahal pendaftaran untuk murid baru sudah dari beberapa bulan yang lalu. Karena, Mama tahu kamu akan menolak untuk homeschooling," kata Fida.

"Terima kasih banyak Mama," ujar Ainsley.

"Iya sayang, sama-sama. Masuk ke dalam rumah ya. Angin sudah mulai berhembus, membuat cuacanya semakin dingin, dan nanti kamu akan sakit jika terus di sini. Semua orang menunggu kamu. Tiara dan Arley juga akan berpamitan kepada kita semua, sayang. Mereka akan segera pulang," ajak Fida.

"Apakah kakak Geffie, kakak Vadim, dan kakak Aqila, serta Ardan juga akan pulang?" tanya Ainsley dengan pandangan mata ke depan, karena mereka sudah berjalan menuju ke ruang keluarga.

"Geffie, Vadim, dan Ardan akan pulang sayang. Kecuali, Aqila. Dia berkata bahwa dia akan menginap di sini satu malam, dan akan tidur bersama kamu. Lalu, akan pulang keesokan paginya," jawab Fida dengan terus mendorong pelan kursi roda Ainsley.

"Mama. Besok hari Senin. Ainsley mau sekolah besok saja. Karena, jika ditunda-tunda, Ainsley akan tertinggal banyak pelajaran yang ada," kata Ainsley.

"Baiklah sayang. Mama tidak bisa menolak kamu," jawab Fida dengan mengusap rambut Ainsley.

Sesampainya mereka di ruang tamu, terlihat para orang tua hanya duduk sambil melihat Ardan dan Tiara yang berlarian ke sana kemari, sudah ditegur, namun kedua anak itu hanya menurut sebentar saja, lalu kembali berlarian. Itu karena, Ardan yang melepaskan ikatan rambut Tiara, membuat rambutnya tergerai. Hal itu tentu saja membuat Tiara kesal dan marah, setelahnya mereka langsung berlarian, dengan Tiara yang mengejar Ardan.

"Ardan, Tiara. Ke sini yuk sayang. Kakak punya cokelat, kalau enggak ke sini nanti kakak makan cokelatnya," panggil Ainsley dengan lembut, sambil menggoyangkan cokelat yang ia pegang di tangannya.

Ardan dan Tiara yang mendengarnya, langsung berlari ke arah Ainsley. Karena Ardan adalah laki-laki, otomatis larinya lebih cepat dari Tiara. Mata Tiara mulai berkaca-kaca karena melihat cokelat di tangan Ainsley, telah berpindah ke Ardan, dengan Ardan yang menjulurkan lidah ke arahnya, untuk mengejek Tiara.

"Ardan. Tidak boleh seperti itu ya. Tiara, sini sayang. Cokelatnya masih ada kok," tegur Ainsley dengan menggeleng kepalanya kepada Ardan.

Tiara yang mendengarnya, mendekati Ainsley. Dan mengarahkan tangannya ke Ainsley, yang artinya ia ingin Ainsley meletakkan cokelat tersebut di tangannya.

"Kalau mau dikasih cokelat, Tiara harus bilang kalau Tiara mau cokelat," ujar Ainsley dengan tersenyum.

"Au coelat," pinta Tiara dengan menggosok kakinya yang terasa sedikit dingin di karpet, Ainsley tersenyum melihatnya.

"Iya sayang. Ini ya cokelatnya. Duduk diam-diam kalau makan ya," kata Ainsley.

Tiara mendekati Ardan yang memandangi dirinya sejak tadi. Gadis kecil itu tidak peduli, dan malah duduk di samping Ardan, dan sibuk memakan cokelat yang ia pegang. Ardan kembali menatap dan memakan cokelatnya. Kedua anak kecil itu sibuk makan cokelat tanpa peduli tentang cokelat tersebut sudah mengotori baju dan sekitar mulut mereka.

"Papa enggak bawa baju ganti, nak," pungkas Arley dengan membersihkan sekitar mulut Tiara dengan tisu, hal yang sama juga ia lakukan kepada Ardan.

"Tidak apa-apa kakak. Bajunya akan diganti dengan milik Ainsley yang ada di lemari. Ainsley masih menyimpan baju milik Ainsley yang berumur 7 tahun, karena itu sudah lama, jadi sudah menjadi kecil ukurannya, dan pas di tubuh Tiara," sanggah Ainsley.

"Tiara. Setelah ini kita akan langsung pulang ya. Karena takutnya malam semakin larut," ujar Arley dengan mengusap rambut Tiara. Tiara hanya menganggukkan kepalanya saja dengan menatap polos Arley dan Ainsley bergantian.

Satu jam kemudian. Vadim, Geffie, dan Ardan bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka. Sedangkan Arley sudah pulang, sejak setengah jam yang lalu.

"Mama, Aqila, dan Ainsley, kami semua pamit pulang dulu ya," ucap Geffie.

"Iya nak. Hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa telepon Mama ya," sahut Fida.

"Iya Mama, Assalamu'alaikum," ujar Vadim dengan mencium punggung tangan Fida yang di ikuti Geffie, lalu Ardan, setelahnya Ardan mencium punggung tangan Aqila lalu terakhir Ainsley.

Ainsley mencium pipi dan pelipis Ardan. Membuatnya tertawa geli.

"Wa'alaikumssalam," jawab Fida, Aqila, dan Ainsley.

Ardan mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil yang terbuka. Anak laki-laki itu duduk di depan, dengan dipangku oleh Geffie. "Sampai jumpa, Oma, Tante Ila, Kakak Ainsley," ujar Ardan dengan melambaikan tangannya.

Fida, Aqila, dan Ainsley melambaikan tangan mereka untuk membalasnya dengan tersenyum manis.

"Ayo kita masuk ke dalam. Kalian langsung tidur ya. Tidak usah berbincang-bincang lagi, dan membuat kalian tidur larut malam. Tidak baik tidur larut seperti itu, dan juga karena Ainsley akan sekolah besok. Baju kamu sudah disetrika oleh bibi Rani ya, nak. Buku kamu juga sudah diatur sesuai dengan jadwal mata pelajaran di hari Senin," kata Fida.

"Iya Mama. Terima kasih," jawab Ainsley.

"Iya Mama. Kami tidak akan tidur larut malam. Mungkin hanya hari ini, tetapi Aqila tidak janji untuk nanti," sambung Aqila dengan menampilkan senyumannya.

Fida hanya menggelengkan kepalanya saja. Mereka bertiga naik ke lantai 2 dengan lift. Lalu berpisah, karena Fida akan menuju ke kamarnya untuk beristirahat, begitupun dengan Aqila dan Ainsley yang akan tidur di kamar Ainsley.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 70.1K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
10.9K 416 14
Baca dan vote!! Jangan sider!! Follow juga akun aku .. ---- || Selesai || Kisah hidup sang bungsu ditengah Keabaian keluarganya.. Antara diinginkan...
475K 33.9K 37
Prince Nathaniel Xavier. Semua orang mengenal Prince. Sosok laki-laki yang diidam-idamkan kaum hawa karena parasnya yang tampan bak Dewa Yunani. Namu...
279 50 7
Adira Marchella Zianda... Dira bisa dibilang perempuan yang beruntung karena bisa merasakan dicintai oleh cinta pertamanya dengan sepenuhnya, tapi it...