Semestrial

By owadinehere

4.2K 2.7K 4.5K

Ella: kata Juna, jangan datang lagi, kalo lo mau ngulangin kesalahan yang sama lagi! Juna: kata Tiara, wanita... More

Prolog
1. Pesta Ulang Tahun
2. Sang Mantan
3. Siapa Juna?
4. yang Paling Mencolok
5. Why Not?
6. Pemilik Senyum Tanpa Makna
7. Tempat Ternyaman
8. Kesalahan yang Sama
9. Sisi Gelap
10. Singa yang Tertidur
11. Janji Nico
12. Kebetulan?
13. Bukan Cinta
14. Pacar Juna
15. Rasa Rindu
16. Titipan Papa
17. Lagi?
18. Si Tampan Juna
19. Akhir Cerita?
21. Ella's Turn

20. Sejarah Cintanya

30 15 8
By owadinehere

"Oh, ini Nic, maksud lo? Barusan masuk nih, chatnya. Gapapa kok gue." Kata Sam. Tiara yang sedang duduk di samping tempat tidur Sam pun mencoba memahami apa yang terjadi.

"Engga kok, tenang aja. Ya udah, lo pulang sana. Jangan lupa makan biar ga sakit kaya gue. Bye." Kata Sam lagi sebelum menutup sambungan teleponnya yang Tiara duga dari Nico.

Pria itu langsung bersandar pasrah pada bantalnya. Kedua telapak tangannya ia letakkan di bawah kepalanya sebagai tambahan bantal. Ia lalu menatap pada gadis yang tadinya tengah menyuapkannya makanan.

Tiara melihat dengan jelas perubahan raut wajah Sam sebelum dan sesudah ia angkat telepon dari Nico. Ia dengan sangat jelas berusaha menutupi raut sedihnya. Raut kecewanya yang dalam. Apapun yang Nico katakan, tentu itu penyebabnya.

"Kenapa? Si Nico nelpon?" Tanyanya setelah menimbang-nimbang haruskah ia bertanya.

"Oh, engga, nanya kondisi gue doang." Jawab Sam berusaha meyakinkan meski tak menatap sang penanya.

"M-maksudnya?"

"Hahaha, engga... Cuma gara-gara tadi Ella ngechat gue minta putus," jelasnya kemudian membuat Tiara mengerutkan keningnya heran.

"M-maksud lo? Putus?" Sam tersenyum kecil sambil mengangguk.

"Kok bisa? Terus? Lo bilang apa ke Ella?"

"Ya... Gue biarin aja sih, lagian kasian dia, ya kali, Ra, gue harus maksa dia biar tetap di samping gue, trus gue tinggal mati?" Katanya sambil terkekeh seolah candaannya lucu.

Tiara sedikit terpancing emosi karenanya, "kamu ngomong apa sih?!" Katanya marah.

"Mungkin emang salah gue kali ya, ga cerita semuanya ke dia dari awal." Kata Sam lagi membuat Tiara mengingat kembali masa itu.

★★★

Flashback-

"Taruh mana nih bos?" Tanya pria berambut ikal itu. Pria itu tengah mengangkat box berisi serbuk-serbuk dalam plastik kecil.

"Simpen sini aja," perintah orang yang di sebut 'bos' tersebut. Pria ikal itu mengangguk lalu mengikuti arahan bosnya.

Pria itu kemudian pergi meninggalkan bos itu sendirian. Lalu tiba-tiba,

Drrrtt...drrttt...

Telepon dari seseorang.

"Halo?" Tanya pria di seberang.

"Hm?" Balasnya,

"Sam?" Tanya pria itu lagi.

Si bos menjawab. "Apaan anjrit?"

"Lo dimana?" Tanyanya lagi. Sam berdecak kesal. Pasti orang tuanya yang bertanya pada orang itu dimana keberadaan Sam. Dimatikannya sambungan telepon itu.

Lalu, dibongkarnya box itu. Dibuka plastik berisikan narkotika tersebut. Dihirupnya benda itu. Cukup banyak, hingga ia kehilangan kesadaran. Sam jelas sedang frustasi.

Ia tau ia salah. Tapi ya, sudah terlanjur. Ia ambruk. Raganya serasa melayang. Pikirannya yang tak keruan itu hilang sesaat. Tak lama kemudian ia terjatuh. Hingga terdengar deru mesin motor Nico.

Nico hampiri pria yang tadi ia telepon. Betapa terkejutnya ia ketika melihat si bos terbaring lemah di samping kotak berisi benda-benda haram itu. Di teleponnya Erik.

Tak lama setelah itu erik datang dari klub bersama gerombolan teman se tongkrongan mereka.

"Tiara mana?" Tanya pria yang terbaring lemah itu. Tiara menyahut. Yang tadinya ia berada di belakang bersama Vina, ia maju ke paling depan, ke samping Nico.

Pria itu menarik Tiara ke dalam dekapannya.

"Sayaaangggg" racaunya,

Tiara langsung berusaha melepaskan pelukan pria itu.

"Sayang sini, aku juga pengen 'main' sama kamu" racaunya lagi. Tiara terus mundur hingga menabrak beberapa orang di belakangnya. Ia menangis ketakutan.

Nico maju. Di tamparnya pipi Sam.

"Bodoh," hujatnya,

"Lo sakit tolol!" Sambungnya, "nanti kalo muncul kenapa-kenapa gimana?!" Teriak Nico frustasi.

"Kenapa ga miras aja, bangsat! Kenapa harus narkoba?! Mau bilang apa gue ke bonyok lo anjing Sam!" Sambungnya penuh emosi.

Sam terkekeh,

"Lo bisa bilang, tan, om, anakmu mabuk ngehirup sabu, hahah," jawab Sam santai.

"Gara-gara cintanya main gila," sambungnya sambil oleng, ditatapnya Tiara sinis.

Nico ambil box itu.

"Gue kasih ini ke om tante!" Ancamnya.

Sam berusaha berdiri. Tiara terus menangis sesenggukan. Yang lain hanya bengong kebingungan. Nico berikan box itu pada salah satu temannya untuk diamankan.

"Jangan dek! Hahahah, percuma, udah terlanjurrr" racaunya.

"Jangan panggil gue pake sebutan itu! Gue malu! Gabakal gue akuin lo abang gue lagi!" Jawab Nico marah sambil menarik tangan Sam.

"Masuk!" Bentaknya pada Sam setelah ia buka pintu mobil milik salah satu temannya.
Sam hanya menurut.

"Yaudah, ambil aja yang itu. Gue tajir. Bisa beli lagi, hehe."

"Gue banyak koneksi," katanya sambil tersenyum licik.

Flashback off-

★★★

Ya, bukan salah Sam. Semua ini salahnya. Dari awal, semua salahnya. Samuel-nya Ella sama sekali tak bersalah.

"Buk-"

"Ra, lo tau kan gue dulu perokok aktif?" Potong Sam saat ia berusaha bicara membuatnya mengangguk bingung akan betapa simpang siur arah pembicaraan Sam.

"Kayaknya itu deh, yang memperparah kondisi gue, dan bikin gue kaya gini." Katanya kemudian. Ia lalu berusaha menggapai tangan Tiara. Tiara hanya bisa terdiam, berusaha menahan tangisnya.

Biar bagaimanapun, Sam selalu menjadi cinta pertama dan terbaiknya. Dan biar bagaimanapun, kalau bukan karena kesalahannya, nasib Sam tidak mungkin akan seburuk ini.

Setiap detik ia lewati dengan penyesalan bertubi. Tak pernah menyangka, hanya karena terbakar cemburu buta, jalan takdir orang baik tak bersalah turut hancur bersamanya. Parahnya, takdir itu milik satu-satunya pria yang pernah dengan sangat tulus mencintainya.

Sam meletakkan tangan Tiara di dadanya. Menatapnya penuh dan langsung menguncinya. Supaya Tiara tak dapat beralih menatap ke arah lain. Supaya Sam akan dengan sangat mudah membaca ekspresinya.

"Cepet banget ya, detak jantung gue." Kata Sam pelan, lalu tersenyum kecil pada Tiara. Gadis itu mengangguk pelan.

"Lo masih ada perasaan ke gue?" Tanya Sam lagi. Membuat Tiara tak sanggup lagi menahan tangisnya. Air matanya jatuh. Membuatnya terpejam tak lagi berani menatap prianya.

"Jangan nangis, gue ga pernah suka liat Ella, ibu, atau bahkan lo, mantan gue, nangis." Katanya sambil mengelus tangan Tiara yang masih berada tepat di atas jantungnya.

Tiara dapat merasakan Sam menarik napasnya panjang.

"Ra?" Panggilnya. Tiara mau tak mau membuka lagi matanya dan berusaha untuk tersenyum.

"Lo kenapa nangis?" Tanya Sam lagi. Dan lagi, air matanya tak bisa ia bendung. Terkadang, pertanyaan yang dilontarkan pada orang yang menahan tangis justru membuat tangis itu pecah.

"Boleh gue rasain detak jantung lo?" Tiara mengangguk masih sambil menangis. Ia pindahkan tangannya dari dada Sam, dan membawa tangan kekar Sam ke dadanya.

"Lo deg-degan?" Tanya Sam. Tiara mengangguk. Sama sekali tak memedulikan rasa malunya.

Sam mengambil satu lagi tangannya dari kepala dan meletakkannya pada dadanya sendiri.

"Beda ya Ra, bahkan sama orang yang lagi deg-degan banget juga masih jauh lebih cepet detak jantung gue." Katanya sambil tersenyum.

Sontak air mata Tiara yang sedari tadi jatuh perlahan berganti menjadi deras. Sangat deras. Ia sungguh tak mampu menahan tangisnya.

"Lo tau, Ra, cape tau, punya jantung ga normal gini. Ini yang bikin gue dikit-dikit cape, sesak napas, nyeri dada, dan nyusahin elo." Katanya santai sambil masih tersenyum.

Tak sanggup lagi, makanan yang tadinya ia pegang tak sengaja terjatuh. Satu lagi tangannya yang masih berada di atas tangan Sam ia angkat dan ia gunakan keduanya untuk menutup setengah wajahnya dengan air mata yang terus bercucuran.

Melihat Sam hancur sungguh membuatnya yang lemah merasa lebih hancur.

Sam berdiri. Ia peluk mantan kekasihnya tersebut. Sambil memeluk, ia elus kepala Tiara, berusaha menenangkannya.

"Udah, Ra..."

"Jangan nangis lagi..."

"Makasih ya, Ra. Udah hadir lagi di hidup gue, dan langsung jadi sahabat gue. Cuma lo, yang nemenin gue terus, jagain gue terus... Kalo gaada lo, gue gatau harus gimana."

"Maafin Ella ya, dia memang masih lebih muda daripada kita. Maafin dia, belum bisa ngerti kondisi gue... Kondisi elo... Kondisi kita semua."

"Maafin gue juga, Ra. Gara-gara gue hidup lo berantakan. Gue terlalu emosi waktu itu, sampe ga bisa berpikir jernih. Harusnya gue aja yang nikahin lo waktu itu, dan ga nyerahin lo gitu aja ke cowo brengsek kaya Juna."

"Udah Ra, jangan nangis lagi..."

Pelan-pelan, Tiara balas pelukannya, hingga tangis pun reda.

★★★

"Mana Vina?" Tanya Nico heboh saat tiba di kamar Erik. Erik cukup terkejut melihat kehadiran Nico. Sekaligus bingung tentunya, untuk apa Nico bertanya posisi kekasihnya.

"Kenapa nyari Vina?"

"Pertama, gue mau mastiin posisi Ella, kedua, gue mau minta nomer Tiara." Kata Bu Nico sambil melipat kedua tangannya.

Erik tambah terkejut, untuk apa Nico mencari nomor Tiara? Alhasil, bukannya menjawab, ia hanya mengerutkan keningnya sambil termenung mencari jawaban.

"Heh! Mana?! Malah ngelamun lo!"

"B-buat apa nomer Tiara?"

"Gue mau mastiin Sam ga kenapa-kenapa. Ella barusan mutusin dia sepihak, sekarang bocahnya lagi jalan sama Juna. Gue takut Sam kenapa-kenapa lah intinya." Kata Nico mondar-mandir.

"Yaudah, ayo kita cari. Ini nomer Tiara, gatau tapi masih aktif apa engga, ga pernah ngobrol." Ajak Erik yang di sambut anggukan cepat oleh Nico.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

417K 20.2K 47
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.6M 290K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 218K 66
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
6.1M 10.4K 1
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...