Hallo!!
Apa kabar kalian semua?
Semoga dalam keadaan sehat ya
Aku datang lagi dengan cerita baru, yuhuu!!
Semoga kalian suka
Jangan lupa dukung ya, vote dan koment
Selamat membacaa
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
AUTHOR POV
Tuk...
Tuk...
Tuk...
Suara langkah kaki jenjang dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam memenuhi kafe itu. Padangan seluruh orang di sana tertuju pada seorang wanita cantik yang mengenakan jas hitam.
Di tempat yang sama seorang lelaki berpakaian rapi tengah duduk disudut kafe seraya menatap arloji yang melingkar di tangannya.
"Pelayan!!" Panggil wanita itu. Tak berselang lama seorang pelayan di kafe itu mendekat ke arahnya.
"Saya mau..." Perkataannya terhenti saat si pelayan malah melewatinya.
Dia melihat pelayan itu berbicara pada seorang lelaki yang duduk dipojokan. "Hey mbak!" Dengan kesal dia menghampiri pelayan itu.
"Saya yang duluan yang manggil mbak tadi, kok malah ke sini dulu sih?!" Perlahan pria itu membuka kaca mata hitamnya seraya berdehem.
"Maaf mbak, tapi tuan ini..."
"Emang siapa dia ha? Asal kamu tau ya, saya bisa laporin tindakan kamu ini ke atasan kamu!" Kata si wanita dengan menggebu-gebu.
"Sudah, lebih baik kamu urus dulu wanita stres ini." Pinta lelaki itu.
"Heh! Tuan dengan paham egoisme! Tolong jaga mulut anda ya, enak aja bilang saya stres, yang ada itu anda yang stres!" Dilanda rasa lapar yang tak tertahan di tambah lagi mendapatkan percikan hinaan siapa yang tak emosi jika seperti itu? Begitu pun dengan wanita ini.
"Iya. Apa saja yang wanita ini pesan biar saya yang bayar." Ucap pria itu pada si pelayan.
"Gak usah! Emang anda anggap saya miskin? Saya tidak perlu belas kasihan dari orang seperti anda! Cukup sekali saya datang ke kafe ini. Pelayanan sangat buruk!!" Dengan perasaan penuh amarah wanita itu pergi.
Braaghh!!
Dengan kasar ia membanting pintu mobilnya. "Awas aja ya kalo sampai ketemu lagi, gue bejek lo!" Gerutunya.
Mobil putihnya terhenti didepan sebuah gedung besar nan mewah. Aldara's Property. Ia mempercepat langkahnya memasuki gedung itu saat melihat jam sudah menujukkan pukul 8.
"Kiaraa!!!" Suara teriakan itu menghentikan langkahnya ia memutar bola matanya dengan malas.
"Apaan lo?!" Jawabnya sedikit membentak.
"Iiihh mbak, jangan marah-marah napa kaget saya," Ucap wanita yang meneriakinya.
"Kenapa sih mbak Kiara ini? Kok pagi-pagi galak amat." Tanya wanita itu.
Wanita yang diketahui bernama Kiara menghela nafasnya. "Kesel gue, mana udah laper banget bukannya dapet makan, eh malah dapet hinaan."
"Awas aja ya kalo ketemu sama tu orang ihhhh!!! Gue injek...injek...injek...!!" Kiara mengentak-entakkan kakinya.
"Sampai benyek!" Imbuhnya.
"Serem banget sih lo." Ucap teman wanitanya.
"Iya udah, lupakan orang itu nanti gue traktir makan deh lo, ya?" Mendengar kata 'traktir' senyum sumringah langsung terukir di wajah Kiara.
"Nah, gitu dong senyum. Ngomong-ngomong lo udah di tungguin dari tadi sama si bos tuh." Kiara yang mengingat hal itu langsung menepuk jidatnya.
"Gue lupa, ini gara-gara lo sih." Tanpa mendengar balasan dari temannya itu Kiara langsung melangkah menuju ruangan atasannya.
KIARA POV
Aku melihat Pak Brata tengah sibuk membaca lembar demi lembar kertas di mejanya. Dia adalah atasanku, bos yang paling baik yang pernah kutemui. "Selamat pagi Pak, maaf saya datang terlambat hari ini."
"Selamat pagi Kiara, tidak masalah. Silakan duduk," Aku duduk tepat dihadapan Pak Brata.
"Bapak mencari saya dari tadi ya?" Tanyaku sedikit ragu.
Dia mendongak lalu tersenyum kepadaku. "Iya, saya ingin menyampaikan sesuatu ke kamu."
"Apa itu pak?" Perasaanku mulai tidak enak, aku mulai mengingat kembali kesalahan yang pernah kuperbuat.
"Saya akan memberikan posisi saya pada anak bungsu saya."
AUTHOR POV
"Saya merasa sudah tidak pantas lagi diposisi sekarang. Ditambah umur yang semakin menua, terkadang saat sangat di perlukan saya tidak bisa datang." Jelas Pak Brata.
"Saya sangat percaya padamu Kiara, dan saya harap kamu juga begitu. Anak yang akan menggantikan saya namanya Moza. Dia anak bungsu saya yang baru saja lulus dari universitas di Inggris."
"Pasti sangat pintar," batin Kiara.
"Mungkin bagi kamu tidak Kiara." Seakan menjawab batin Kiara, Brata terkekeh melihatnya.
"Kesan pertama mungkin kamu tidak akan nyaman bersama anak saya yang satu ini. Dia sangat cuek dan cara bicaranya suka blak-blakan." Brata kembali terkekeh mengingat kelakukan putranya itu.
"Tapi lama-kelamaan kamu akan terbiasa. Oh ya, nanti siang dia bilang akan kemari. Nanti akan saya kenalkan padamu."
"Baik Pak," balas Kiara lalu pergi dari ruangan itu.
*****
Seperti janjinya tadi pagi, Kiara kini sudah berada di kantin perusahaan bersama teman wanitanya bernama Novi. "Nov, Pak Brata mau berhenti dari jabatannya jadi atasan." Kiara menyeruput minuman dihadapannya.
"Beneran??" Novi terlihat sangat terkejut. Kiara hanya mengangguk sebagai jawaban.
Saat sedang asik menikmati makanan pesanannya, tiba-tiba pandangan Kiara terhenti pada seseorang.
Brakk!!
"Weee!! Kaget gue!" Gerutu Novi saat Kiara memukul meja tempat mereka makan.
"Itu dia dasar cowok brengsek!" Kiara melangkah pergi seraya membawa minumannya.
Kiara menghampiri lelaki dengan kemeja putih itu. Dia adalah pria yang ditemuinya tadi pagi di kafe itu. Tuhan menjawab semua doa Kiara, kini dia benar-benar bertemu kembali.
Brassshh...
Dengan tenang, Kiara menyiramkan minuman berwarna merah itu pada lelaki itu.
"Hey!! Kau?!!" Lelaki itu menujuk ke arah Kiara dengan rahang yang mengeras dan tatapan tajam ingin sekali rasanya ia menampar wanita dihadapannya ini.
Kiara tersenyum sinis, "Apa ha? Itu memang pantas untukmu tuan paham egoisme!"
Baru hendak menariknya, dengan cepat Kiara pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Kiara tertawa lepas, seakan dendamnya terbalaskan. "Lo jahat banget Ra." Kata Novi.
"Ck, lo gak tau betapa pedesnya mulut tu cowok ngehina gue depan banyak orang!" Ucap Kiara diakhiri tawa.
"Mbak Kiara," seorang pegawai lelaki menghampiri Kiara.
"Pak Brata minta mbak datang ke ruangannya." Kiara hanya mengangguk santai.
Langkahnya terhenti di sebuah lift yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 3 ruangan atasannya itu.
Tok...tok...tok...
"Silakan masuk," suara Pak Brata terdengar dari dalam ruangan.
Ceklek...
Saat pintu ruangan dengan dominasi warna putih itu terbuka, terlihat sebuah sosok yang tak asing bagi Kiara. Sosok itu perlahan menoleh dan bagai petir di siang bolong, Kiara sangat terkejut.
"Kau??!!"
Gimana nih gaes??
Udah mulai tertarik? Hehehe..
Jangan lupa teken bintang di bawah ya🧡