Tap Bintang dipojok kiri bawah duluu
Maciiiww
Happy Reading ✨
"Pasien kurang menjaga pola makannya, Sebab itu tubuh pasien menjadi lemas dan berakhir pingsan. Karena badan pasien benar-benar lemas, Pasien juga mengalaminya demam tinggi. Jadi kami sarankan pasien tetap dirawat inap."
Adhi menghela nafas beratnya, Ia lalai menjaga kesehatan Olivia. Kemarin Olivia sendiri yang memaksa-maksanya agar makan, Ternyata dia yang tidak bisa memaksa dirinya sendiri makan. Sungguh gadis itu benar-benar...
"Ini resep obatnya Adhi, Kamu bisa tebus di Apotek," Ujar Dokter Andrew- Selaku dokter khusus dan kepercayaan keluarga Atmajaya.
Dokter muda itu sudah tampan, Mapan, dan Pastinya Tajir. Tetapi perbincangannya Dokter muda itu belum mempunyai kekasih.
"Hm."
"Itu cewe lo?" Kali ini Dokter Andrew tidak lagi menggunakan bahasa formal.
"Hm," Jawab Adhi cuek dengan wajah datarnya.
"Cantik juga," Goda Dokter Andrew terkekeh geli.
Adhi menatap sinis Dokter Andrew yang masih terkekeh. "Gue babat habis juga lo lama-lama," Sinis Adhi.
"HAHAHA, SA AE LO," Dokter Andrew menepuk-nepuk kuat bahu Adhi karena berhasil mengerjai cowo itu.
Mereka sudah sangat akrab, Maka dari itu Adhi menganggap Dokter Andrew seperti temannya sendiri. Umur mereka juga tidak terpaut jauh, Mungkin hanya empat tahunan.
"Pawangnya galak, Mundur aja lah gue," Canda Andrew tertawa lepas melihat wajah kusut Adhi.
"BYE BROO!!!" Andrew berlari dengan senyum mengejek kearah Adhi yang mengepalkan tangannya.
"Dia Cuma MILIK GUE," Kata Adhi penuh penekanan.
...
Samar-samar Olivia mulai membuka matanya perlahan. Hidungnya langsung mencium bau obat-obatan yang sangat menyengat. Ia juga merasakan tangannya dipegang seseorang.
Matanya terbuka menampakkan Adhi yang tidur menjadikan tangannya sebagai bantalan. Olivia tersenyum melihat itu.
Olivia melihat jam didinding ternyata sudah jam tujuh malam. Jika Adhi yang membawanya kesini, Adakah siswa-siswi yang akan curiga nanti?. Semoga tidak, Batin Olivia.
Adhi merasakan ada penggeraknya membuatnya membuka matanya. Adhi mengangkat kepalanya yang masih tertidur untuk melihat apakah Olivia sudah bangun. Ternyata sudah.
"Udah bangun?"
"Basa-basi banget," Cibir Olivia menjawab pertanyaan Adhi.
"Ck."
"Siapa yang bawa gue ke sini?"
"Gue lah."
"Ngapain dibawa kesini sih, UKS juga bisa kali. Gue gak suka dirumah sakit. Gue mau pulang."
"Demam lo tinggi."
"Pokoknya gue mau pulang."
"Gak usah ngeyel."
"Yaudah gue pul--."
"Udah boleh pulang kok, Tinggal pemilihan," Ucapan Olivia terpotong kala suara Dokter Andrew.
"Tadi kata lo harus rawat inap? Dia juga masih demam."
"Demamnya udah gak setinggi tadi, Sans bro."
"Yaudah, Lo boleh pulang sekarang."
...
Adhi menuntun Olivia membuka pintu mobilnya. Olivia hanya mendengus melihat Adhi yang sangat posesif terhadapnya.
Diperjalanan hanya kebeningan yang menemani mereka.
"Nanti berhenti bentar disupermarket."
"Ngapain?"
"Beli snack."
"Gak usah, Snack gak sehat."
"Gak mau, Pokoknya harus beli. Yang sehat-sehat kok yang nanti gue beli."
"Gak ada."
"Adhiiiii, Please. Ya? Kali ini aja ya?" Pinta Olivia memasang puppy eyes-nya.
Adhi menoleh Olivia yang memohon-mohon padanya dengan puppy eyes membuat ia gemas. Rasanya tangannya gatel untuk tidak mencubit pipi Olivia. Tangan kirinya ia gunakan untuk mencubit pipi Olivia.
"Aw...Sakitttt."
Adhi tidak memperdulikan ringisan Olivia, Ia tetap melajukan mobilnya menuju supermarket terdekat.
Olivia yang melihat Adhi menghentikan mobilnya membuatnya senang tidak main. Olivia berniat ingin membuka pintu namun suara Adhi lebih dulu mencegahnya.
"Gue yang beli, Lo masih sakit."
"Padahal pengen milih sendiri," Ujar Olivia memasang wajah sedih.
"Yaudah, Pilih sekarang."
Setelah menyebutkan belanjaan Olivia, Adhi meninggalkan Olivia sendirian dimobil yang terlihat pasrah dan sedih. Mata Olivia teralihkan ke bawah.
'Apa itu?' Batin Olivia menatap benda kecil dibawah kursi pengemudi.
Olivia sedikit membungkuk mengambil barang itu. Matanya memanas menahan amarah sembari mencengkeram kuat barang itu, Barang itu...Liptint. Tapi masalahnya liptint siapa itu?
'Adhi pernah bawa cewe dimobil ini selain gue? Kalo bukan terus liptint siapa? Gue gak pernah naro liptint gue dimobil ini.'
"Pasti bener, Dia bawa cewe lain dimobil ini selain gue," Ia merasa diselingkuhi walau ia belum mendengar penjelasan Adhi. Tetapi bukti iku cukup kuat baginya.
Olivia dari mobil melihat Adhi yang berjalan kearahnya sambil membawa dua kantung plastik berukuran sedang. Ia menyembunyikan liptint itu disaku roknya.
"Nih," Adhi menyerahkan satu kantung plastik pada Olivia.
Olivia menarik kasar kantung plastik itu dengan wajah menghadap jendela.
Adhi hanya mengangkat sebelah alisnya, Lalu kembali melajukan mobilnya menuju mansion Atmajaya. Mungkin mereka akan disana lagi.
~~~
"Kenapa hari ini kamu tidak jadi bekerja?" Tanya Devan tegas menatap putranya dingin.
"Olivia masuk rumah sakit."
"APA?!!! Menantuku kenapa?!" Tanya Desi panik mendekati Olivia.
"Olivia gak apa-apa kok bun."
"Pingsan waktu dihukum."
"Kenapa kamu biarin menantuku dihukum?!"
"Ngeyel dia."
"Olivia, Kamu jangan ngeyel lagi ya kalo misalnya suami kamu nyuruh, Patuhi, Taati." Tutur Devan membuat Olivia mengangguk lalu menundukkan kepalanya.
"Tapi masa nurutin yang salah Pi?" Lirih Olivia masih menundukkan kepalanya.
"Bagaimanapun, Benar atau salah prioritaskan suamimu. Jangan pernah bantah suamimu. Bukannya Papi mau membela Adhi, Tapi ini juga kewajiban seorang istri. Bukan begitu sayang?" Desi mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu juga sama Adhi. Ini bukan untuk istri tetapi juga untuk suami."
"Hm"
"Jadi, Gimana badan kamu udah enakan?"
"Sedikit Mi."
"Kamu udah makan?"
"Udah, Tadi dikantin rumah sakit waktu mau pulang bareng Adhi."
"Kamu jangan sampai lupa makan lagi ya sayang, Nanti kamu sakit gimana?"
"Iya Mi."
"Yaudah Mi, Pi, Olivia mau bersih-bersih dulu."
"Iya."
Olivia melangkah memasuki tangga tanpa pamit pada Adhi. Adhi sendiri hanya acuh.
...
Sejak pulang sekolah tadi, Olivia seperti sedang mendiaminya. Dinner tadi juga begitu, Olivia hanya diam. Saat Adhi mengajak Olivia bicarapun hanya dibalas dengan singkat.
Adhi segera menyusul Olivia yang sudah berada dikamar. Ia ingin tau kenapa gadis itu mendiaminya sejak tadi.
Ceklek
Olivia hanya diam tanpa menoleh karena ia sudah tau siapa pelakunya. Ia sama sekali tidak melihat bahkan melirik.
"Kenapa lo cuekin gue?" Tanya Adhi duduk dikasur yang sama dengan Olivia.
".."
"..."
Olivia tetap diam, Seolah menutup telinganya. Tangannya masih lincah berbalas pesan dengan teman-temannya.
Adhi berdecak kesal saat pemikirannya memang benar adanya, Ia dicueki gadis itu. Adhi merebut ponsel yang dimainkan Olivia membuat cewe itu kaget.
Dengan cepat Olivia bisa merubah raut wajahnya menjadi biasa. Dengan santainya ia malah menarik selimutnya dan segera membaringkan tubuhnya, Olivia membiarkan ponselnya disita Adhi.
Kening Adhi semakin berkerut saat Olivia dengan entengnya malah tidur tanpa mengambil ponselnya pada dirinya.
'Perasaan gue gak buat salah.'
'Emang laki salah mulu.'
"Olivia," Panggil Adhi mengusap lengan Olivia yang tertutupi piyama lengan panjang milik Olivia. Olivia memang menggunakan piyama lengan panjang Walaupun kadang ia juga kepanasan meski AC-nya sudah suhu paling tinggi.
Olivia hanya diam saat Adhi mengusap lembut lengannya, Ia belum tertidur, Ia hanya menutup matanya untuk sementara. Yayalah lo kira mati?
"Olivia," Panggil Adhi lagi.
"Olivia,"
"Sayang...,"
Detak jantung Olivia kini kembali tidak normal, Jantungnya berdegup kencang.
"Sayang pala lo," Gumam Olivia tidak sadar.
Adhi mengukir senyuman tipisnya. "Bangun dulu," Pinta Adhi tidak ada sahutan.
Adhi mengangkat tubuh Olivia duduk disampingnya dan untungnya Olivia tidak memberontak.
"Kenapa hm?" Tanya Adhi pada Olivia yang menatap dirinya malas.
"Gak," Jawab Olivia singkat.
"Lo kalo mau marah, Marah aja. Asal jangan diemin gue, Gue gak suka, Gue gak mau," Jelas Adhi dengan wajah memelas.
"Gak," Jawab Olivia lagi.
"Gue tanya sekali lagi, Kenapa lo diemin gue?"
"Saling introspeksi diri aja sama-sama," Ketus Olivia ingin membaringkan tubuhnya lagi namun ditahan Adhi.
"Apa sih!?"
"Kalo lo diemin gue, Gimana cara gue tau kenapa lo kaya gini. Ngomong dong!"
".."
"Olivia, Ngomong!"
"Dengan entengnya lo malah tanya ke gue? Hah!? Lo liat aja sendiri disaku rok sekolah gue," Jawab Olivia sangat ketus dengan menunjuk-nunjuk dirinya sendiri lalu benar-benar membaringkan tubuhnya tanpa Adhi yang mencegahnya.
Adhi merogoh rok yang dimaksud Olivia. Ada satu barang yang mungkin itu yang dimaksud Olivia. Adhi mengangkat barang itu sampai keluar dari saku rok Olivia. Liptint, Barang yang berada disaku rok Olivia.
"Kenapa kalo lipstik?, Ngode dibeliin lagi? Tapi ini kan masih banyak, Gimana sih?" Gumam Adhi.
"Kenapa lipstik ini?" Tanya Adhi saat sudah disamping Olivia yang tidur membelakanginya.
Olivia masih diam tidak menjawab.
Adhi kembali mengangkat tubuh Olivia menjadi bangun. Ia sangat geram dengan gadis ini.
"Apa lagi!??"
"Kenapa sama lipstik ini?"
"Liptint," Koreksi Olivia.
"Sama aja."
"Kenapa sama barang ini hm?"
"Gue nemu barang ini dimobil lo."
"Terus?" Adhi mengangkat sebelah alisnya menunggu cewe itu membuka suara lagi.
"LO INTROSPEKSI DIRI LAH!! LO GAK NYADAR GITU SAMA KESALAHAN LO? LIPTINT INI BUKAN MILIK GUE, YANG BERARTI LO PERNAH BAWA CEWE LAIN DIMOBIL ITU SELAIN GUE. DAN MUNGKIN AJA LIPTINT CEWE YANG LO BAWA JATUH DIMOBIL ITU," teriak Olivia karena sudah diujung amarahnya. Untungnya kamar ini kedap suara jadi tidak akan ada orang yang mendengar teriakan Olivia.
"Itu kan mobil papi."
"Kali aja lo istirahat bawa cewe lain keluar sekolah buat ngapain kek, Gitukan? Gak usah bohong lo!"
"Astaga baru inget."
"Dodol benget."
"Dodol matamu."
Plakk
Bibir seksi Olivia ditabok lembut Adhi membuat sang empu meringis.
"Jadi ceritanya lo cemburu gue bawa cewe dimobil selain lo?"
"Gak," Elak Olivia.
"Iya emang, Gue bawa cewe tadi waktu istirahat buat jalan bareng gue," jawab Adhi santai.
Olivia merasakan dadanya sesak mendengar penuturan pahit dari mulut Adhi.
"O yaudah." Olivia kembali tidur membelakangi Adhi dengan dada yang sesak. Matanya sudah bersiap ingin menurunkan buih bening. Perkataannya sangat berbalik dengan hatinya yang seakan retak.
Adhi tersenyum tipis melihat sikap Olivia yang menunjukan rasa cemburunya.
Cup
Adhi mengecup lembut bahu Olivia yang sepertinya sedang terisak pelan.
Olivia menjauhkan wajah Adhi yang masih menempel dibahunya tanpa menoleh pada Adhi.
"Jangan nangis, Gue gak serius," Ucap Adhi pelan.
Olivia masih tidak menghiraukan perkataan labil Adhi. Olivia sesekali mengusap air matanya yang bercucuran. Ia benar-benar diselingkuhi.
"Lipstik ini milik lo asal lo tau," Ucap Adhi lembut dan pelan.
Olivia masih diam.
"Hadap sini dulu, Gue bakal jelasin," Pinta Adhi yang tidak didengarkan Olivia.
Adhi membalikkan posisi Olivia menjadi menghadapnya. Dan ternyata benar dugaannya Olivia memang menangis.
Adhi mengusap pelan air mata Olivia yang masih bercucuran dipipi gadis itu. Kemudian ia mendudukkan Olivia di pangkuannya.
Olivia hanya diam tidak berkutik, Ia masih menunggu perkataan Adhi selanjutnya.
"Waktu itu Razia, Dan yang ngecek tas lo itu gue."
Olivia masih terisak-isak pelan sambil mendengarkan perkataan Adhi.
"Ternyata gue nemu lipstik ini. Gu--"
"Liptint."
"Ya pokoknya itu."
"Gue gak mau lo kena razia, Karena disitu juga udah sombong sama gue. Lo bilang 'Gak bakal ada apa-apanya', Eh taunya ada liptint ini. Karena gue baik gu---"
"Cih"
"Jangan dipotong, Dengerin dulu. Karena gue baik, Gue gak mau lo malu sama perkataan lo haha. Gue taruh liptint itu disaku celana gue, Terus balik ke kelas gue taruh ditas gue. Mungkin tadi pagi saking gugupnya akhirnya liptint itu jatuh dimobil itu. Gitu," Jelas Adhi disertai kekehannya.
"Terus kenapa lo bilang kalo emang lo selingkuh?"
"Ngerjain lo doang. Eh ternyata lo beneran cemburu nihh," Goda Adhi menekan-nekan pipi tembem Olivia.
Wajah Olivia memerah menahan amarah yang kian memuncak, Nafasnya memburu. "ANJING LO!!"
Bughh
Olivia memukul Adhi mengunakan bantal yang berada disampingnya.
Tanpa sadar dibawah sana sudah sangat menegang akibat Olivia gerak terus-menerus membuat bawah Adhi bergesekan dengan tubuh Olivia. Adhi bahkan tidak sadar bahwa Olivia mengumpati dirinya saking paniknya dengan sesuatu yang mengeras dibawah sana.
Bugh
Bugh
"Shh.."
Olivia terdiam beberapa detik saat Adhi meringis. 'Gila, Kenapa nih?'
"Kenapa lo?" Olivia kembali bergerak untuk melihat wajah Adhi sepenuhnya.
"Shh...Ja-angan gera," Desah Adhi dengan suara seraknya menahan hasratnya.
"Kenapa sih?"
"Gue turn on,"
'Ha? Turn on apaan?' Batin Olivia dengan pikiran lemot yang kumat.
"Oliviaaahh."
Detik itu juga Olivia baru sadar, Ia telah membangunkan sesuatu dibawah sana. Perlahan ia menjauhkan tubuhnya dari pangkuan Adhi. Ia berjari sekencang mungkin setalah lepas dari pangkuan Adhi.
"LO HARUSSHH TANGGUNG JAWABB OLIVIAHHHH!!!!"
To Be Continue...
.
.
.
Mau cerita dikit.
Jujur aku kurang srek sama beberapa hal yang menyangkut cerita ini. Misalnya nama-nama disini, Baik nama tokoh atau nama geng motornya gitu dan lain-lainnya. Disini gue pingin banget revisi gitu dari awal, menurut kalian enakan revisi diawal atau pas udah END aja? Jujur bingung banget. Kalaupun direvisi hanya nama-nama ya yang diganti, Alur-alur ceritanya tetap sama kok.
Tapi misalkan kalian udah srek sama nama-nama yang menyangkut disini komen aja guys, Nanti bakal aku pertimbangkan banyak yang srek sama nama-nama tokoh dan nama lain-lainnya yang ini atau emang kurang srek. Biar aku tau yang mana yang jadi selera kalian, Agar kalian menikmati cerita ini begitupun aku.
Dan kalian juga bisa kasih saran disini apa aja yang harus aku ubah atau perbarui agar cerita ini bisa lebih bagus dan bisa berkembang.
Misalkan nama Alan diganti jadi ****. Maksudnya gitu ya guys..
Kasih saran kalian gimana enaknya!!
Segitu dulu..
Temukan semuanya di akun wattpad ini dan Instagram: alavia_story
Komen untuk next!!!
1.435 komen bisa?
4/8/21
22.28