HAPPY READING

Tak tahan, itulah yang Arga rasakan saat ini. Ia memutuskan mencari Ana sendiri di tengah derasnya hujan.
Arga sempat menghubungi Bella, namun wanita itu juga tidak mengetahui Ana dimana.
Arga terus mengedarkan pandangannya ke sisi jalan memperhatikannya dengan seksama hingga matanya tak sengaja menangkap sosok yang sendari tadi ia cari-cari.
Arga terus menatap Ana yang tertawa bersama seorang laki-laki. Bisa-bisanya mereka duduk bersama di derasnya hujan sambil tertawa.
Arga memutuskan berjalan mendekati Ana. "Ana!"
Ana menatap Arga heran dan menghampiri Arga yang berdiri tak jauh didepannya.
"Kenapa kamu bisa disini?"
"Seharusnya aku yang tanya, kenapa kamu bisa disini hujan hujanan sama dia?"
Ana yang merasakan nada bisara Arga yang berbeda dari biasanya, "Kayanya dia marah."
"Nggak, Nggak papa kok, ayo pulang Ga!" ucap Ana berjalan duluan meninggalkan Arga.
Alvian terus menatap Arga yang tengah menatap dirinya tajam.
"Saya peringatkan! Jangan dekati Ana lagi!" Setelah mengatakan hal itu segera Arga berjalan menyusul Ana.
"Kalo gue gak mau gimana?" Tantang Alvian yang membuat langkah Arga berhenti sejenak.
Alvian tersenyum kecil menatap kepergian mereka.
***
Arga menghentikan motornya di depan rumah Ana.
"makasih." Ucap Ana tulus.
Arga mengangguk. "Kamu masih punya hutang penjelasan sama aku." Ana mengangguk ragu.
"Ya udah sekarang masuk sana!"
"Kamu gak mau ganti baju dulu?" Ana bisa meminjamkan baju Alan untuk Arga.
Arga menggeleng. "Lain kali jangan hujan hujanan kaya gitu." ucap Arga dengan lembut.
"Nggak janji." Ucap Ana dengan senyuman di bibirnya.
"Kenapa nggak janji?"
"Kamu gak tau ya kalo hujan itu dapat menimbulkan kebahagiaanhujan." Ucap Ana menatap langit yang masih menjatuhkan tangisannya.
Langit mendung itu perlahan namun pasti kembali menjadi langit senja.
Arga tersenyum kecil, lalu menepuk puncak kepala Ana. "Tapi hujan juga dapat membuat kita sakit." Ucap Arga membuat Ana terdiam.
Arga mengerinyit. "Kenapa malah bengong? Cepat masuk, dan langsung mandi! Awas sampe sakit!" Arga menjawil hidung mungil Ana membuatnya tersenyum.
"Siap Komandan!" Ucap Ana dengan semangat lalu hormat kepada Arga seolah-olah Arga benar-benar komandan.
"Aku pulang ya."
Brum!
"Hm, hati-hati!" Arga mengangguk dan pergi meninggalkan perkarangan rumah Ana.
Sesampainya Arga di rumah, ia memarkirkan motornya.
Saat ingin memasuki rumah Arga menatap heran mobil yang terparkir di depan rumah, Arga tau ini bukan mobil Papa nya, Gibran? Mana mungkin Anak itu berani kembali menginjakkan kakinya di rumah ini lagi.
"Assalamualaikum!"
Terdengar derap langkah yang semakin dekat. Awalnya dia mengira itu adalah langkah kaki Ira namun sebuah pelukan serta suara yang familiar terdengar di telinganya membuat pikiran Arga seketika kosong.
"Arga!"
Bruk!
Deg..
Arga terdiam saat merasakan dirinya dipeluk oleh sosok wanita yang sangat dia kenal.
Arga sama sekali tidak membalas namun juga tidak menolak pelukan dari wanita tersebut.
"Arga aku kangen kamu." Ujar wanita tersebut yang masih memeluk dirinya yang basah kuyup.
Arga segera melepaskan pelukan wanita tersebut, "Baju aku basah Ara, baju kamu ikutan basah." Ujar Arga dan melangkah masuk.
Ara tersenyum bahagia.
Arga terus melangkah menuju kamarnya tidak memperdulikan banyak pasang mata yang menatap setiap langkahnya.
Arga melempar tasnya dan segera menuju kamar mandi.
Arga memejamkan matanya menikmati guyuran air shower.
"Arga aku kangen kamu."
"Arga aku kangen kamu."
"Arga aku kangen kamu."
Kata-kata itu terus saja menghantui dirinya, ini benar-benar membuat nya frustasi.
Ceklek!
Langkah Arga terhenti menatap Ara yang tengah duduk dipinggir ranjangnya sambil menatap keluar jendela.
"Ara! Kenapa disini?" tanya Arga dan berjalan menuju ke lemari mengambil pakaian.
Sedangkan Ara, wajahnya sudah bagai kepiting rebus yang memerah memandang pemandangan di depannya, dimana Arga hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi bagian bawahnya.
"Ak-aku disuruh Mama untuk nyusul kamu." Ujar Ara segera memalingkan wajahnya.
Arga tersenyum kecil saat tak sengaja melihat wajah wanita itu memerah karena ulahnya.
Setelah itu ia kembali menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya, tidak mungkin bukan jika ia memakai baju di depan Ara.
***
Kini keluarga Arga dan Ara tengah berkumpul bersama di ruang tamu, untuk membicarakan mengenai pertunangan Arga dan Ara.
Arga hanya diam saja tidak mendengarkan maupun memperhatikan. Ia hanya memandang lurus ke depan pikirannya benar-benar kosong.
"Bagaimana pertunangan mereka kita majukan menjadi 2 Minggu lagi?" Tanya Sarah.
"Itu terdengar bagus." Ujar Adi.
Ira memandang putranya yang sendari tadi melamun. "Bagaimana jika hal itu ditanyakan terlebih dahulu kepada mereka maunya seperti apa Sar." Ujar Ira yang terus memperhatikan Arga.
"Bagaimana menurut kamu sayang?" Tanya Sarah menatap putrinya lembut.
"Ara ikut apa yang Arga mau aja Mah." Ucap Ara pelan karena malu, ia tidak menyangka bahwa dirinya akan bertunangan dengan Arga.
"Arga?" Dia tak menjawab panggilan Adi.
"Arga kenapa melamun?" Arga tersentak saat merasakan sentuhan di lengannya.
"Hn? Apa Mah?" Tanya Arga bingung.
Ira menggeleng. "Kamu mau tunangan kamu di percepat 2 Minggu lagi?"
"2 Minggu? Arga gak setuju! Mungkin Arga mau nerima pertunangan ini tapi tidak untuk di percepat!"
Setelah mengatakan perkataan itu, Arga segera meninggalkan ruang tamu.
"ARGA! MAU KEMANA KAMU?" Teriak Adi emosi.
"Sabar Pah, biarin Arga tenangin diri dulu." Ujar Ira mengelus bahu Adi yang bergetar karena emosi.
"Maaf." lirih Ara menundukkan kepalanya.
"Ini bukan salah kamu Ara, mungkin memang Arga nya yang hanya butuh waktu." Ujar Ira diangguki oleh Sarah yang mengusap kepala anaknya sayang.
"Mungkin masalah tanggal bisa kita bicarakan lagi lain kali." Ujar Adit--Papa Ara.
***
Ana mendudukkan dirinya dengan kasar. "ANA! ANA!"
BRAK!
"Akhirnya lo masuk." Teriak Bella mengebrak meja membuat seluruh mata menatapnya tajam.
"Lo tau, kemarin ada yang nyari lo dan lo tau siapa dia?" Ucap Bella sangat antusias.
"Nggak tau dan gak mau tau." Bella yang mendengar jawaban Ana mendengus.
"Lo ish!"
"Ana!"
"Arga?" Ana menatap Arga yang berjalan mendekatinya, dan langsung bergelayut manja padanya.
"Idih, dateng-dateng begitu." cibir Bella menatap Arga yang menyembunyikan wajahnya di cekuk leher dan tangannya yang memeluk pinggang Ana.
Hal ini sukses membuat banyak siswa yang menyaksikan memandangnya iri. "Ih Arga apaan sih! Tuh liat pada ngeliatin kita." Ujar Ana yang ingin melepaskan pelukan Arga.
"Sebentar aja." Ujar Arga dengan suara berat sambil mengeratkan pelukannya.
Ana membalas pelukan Arga dan membelai rambut lebat milik kekasihnya.

TBC.
Ada yang bisa nebak karakter si Ara?
*//bisik-bisik "jangan lupa votementnya yaa biar cepet lanjut"
Jangan lupa follow Instagram
@arga.adpt
@anandira.shta
@luxcyera
Untuk mengetahui info part selanjutnya!✨