Can U See Me?

Par beastW

53.6K 5.6K 767

⚠️almost full of angst Seokjin yang merindukan mama nya Sosok ayah yang selalu menjadi penopang untuknya Hubu... Plus

hiji
dua euy
katilu
kaopat
kalima ceunah
genep
katujuh euy
dalapan
salapan
sepuluh aja
sabelas
dualas
tilulas
fathless dibaca patlas
malas (15)
genep belas
tujulas
dalapanlas
salapan belas
duapuluh
duapuluh hiji hahay
duadua
duatilu
duaopat
dualima dualima
duagenep
duatujuh
*ONESHOOT*
duasalapan
tilupuluh
tiluhiji
tiludua
tiluopat
tilulima
tilugenep
tilutujuh
tiludalapan
tilusalapan
- end -
new book (Heaven)
Painful
CERITA BARU!!! LAGI???
Perjuangan Seorang Kakak

tilutilu

1K 119 15
Par beastW

"Dok kok rasanya beda ya?."

Dokyeom hanya diam. Ia fokus memerhatikan cairan yang masuk ke tubuh Jin. Memamg Jin tidak mengetahui bahwa dia sebenarnya menjalani kemoterapi, yang ia tau hanya terapi yang biasa. Kemo memiliki efek yang lebih signifikan dibanding sebelumnya. Tidak hanya tubuhnya yang melemah tapi juga penampilan fisiknya yang turut menurun.

"Rasanya gaenak."

Jin mengeluh. Dia memandangi Yoongi yang menepati janjinya untuk menemani jin terapi. Sekarang Yoongi disamping Jin. Duduk sambil menepuk tangan Jin yang erbebas dari infus.

"Baru juga mulai. Sabar ya nanti setengah jam lagi."

Jin hanya mengangguk. Ia pun mencoba menutup mata untuk tertidur dan berharap rasa tidak nyaman itu akan segera hilang.

Sayangnya Jin salah. Saat ia membuka matanya kembali, seluruh ruangan itu terasa berputar. Jin menutup mulutnya menahan muntah.

Reflek Dokter Dokyeom langsung mengambil wadah untuk Jin.

Muntahan itu hanya terdapat cairan kuning kental.

Bibir Jin terasa asam. Ia haus.

"Minum.."

Ucap Jin lemah. Yoong langsung menyodorkan air mineral.

"Kak ini terapi apa?."

Harusnya Yoongi memberitahu Jin sejak awal karena adiknya adalah anak yang pintar. Dia akan sadar bahwa ini bukan terapi yang biasa.

"Kemo. Kata Dokter biar cepet sembuh. Soalnya terapi kemarin udah kadaluarsa."

Bohong Yoongi. Mana ada terapi kadaluarsa. Jin yang masih lemah itu hanya mengangguk. Padahal ia masih ingin banyak bertanya. Apalagi soal kemo. Pasti Jin akan mendapat efek samping yang mengerikan.

Jin tertidur.

Yoongi mengusap keringat Jin dengan tissue. Memang saat menjalani Kemo, Jin akan kehilangan cairan tubuhnya. Karena banyak keringat yang keluar.

"Kalau infusnya habis panggil perawat untuk diganti ya," kata Dokyeom. Seraya melangkah keluar meninggalkan mereka berdua disana.

Jin melarang Soohan untuk ikut. Ia ingin Soohan pulang dan membuatkan makanan untuknya selagi ia terapi. Karena Jin sangat ridu masakan rumah.

Tiba-tiba Jin terbangun dan muntah. Muntahan Jin langsung mengenai selimutnya karena tidak sempat mengambil baskom.

Yoongi langsung mengambil tissue dan membersihkan dagu Jin yang kini basah.

"Jijik kak."

Yoongi menggeleng. Tentu ia tidak merasa jijik. Hanya cairan muntah yang keluar dari mulut Jin bukan apa-apa baginya.

Sesungguhnya Jin ingin membersihkan sendiri namun tangannya terlalu lemas untuk digerakkan.

"Kakak ambil baju dulu."

Jin mengangguk. Yoongi pun keluar dan pergi. Sementara Jin kembali berbaring. Air matanya keluar, tubuhnya bergetar. Ia merasakan sensasi panas dari dalam tubuhnya namun ini bukan gerah. Sendi-sendinya terasa ngilu.

"Sakit banget.."













...











Setelah sejam lamanya Jin melakukan terapi. Akhirnya ia kembali keruangan tempatnya dirawat. Sesekali ia muntah disana karena mual yang tidak hilang. Soohan selalu menyuruh Jin untuk makan sedikit supaya ia tidak lemas namun Jin hanya makan beberapa suapan kecil karena tubuhnya menolak.

Saat ini Jin tengah berbaring dan menutup matanya. Ia tidak tidur, hanya mengistirahatkan tubuhnya sejenak dari rasa sakit yang sedari tadi menghujaninya.

"Permisi?."

Seseorang masuk kedalam kamar rawat Jin. Soohan dan Yoongi berdiri. Mereka merasa asing dengan sosok yang baru saja tiba.

"Lo siapa?," tanya Yoongi.

Ia berkata demikian karena melihat penampilan lelaku dihadapannya yang terlihat masih remaja walau badannya besar dan tinggi.

"Oh Bang, gue Namjoon temen sekelasnya Jin."

Jin membuka mata kala mendengar suara yang tidak asing itu. Ia mendudukkan dirinya.

"Namjoon?."

"Eh Jin tiduran aja. Sorry gue ganggu."

Yoongi nampak mengangguk. Baru kali ini ia bertemu dengan teman Jin. Selama mereka hidup, Jin tidak pernah mengenalkan siapapun temannya.

"Namjoon.. ayo masuk duduk sini, jangan dipintu terus." ucap Soohan seraya menyuruhnya duduk di sofa.

Jin tersenyum. Ia senang Namjoon datang kesini dan ingat akan dirinya.

"Kok kamu bisa tau aku disini?."

Namjoon meletakkan bingkisan di nakas dan duduk dikursi samping Jin.

Mata Namjoon meniliki setiap inci tubuh temannya itu. Nampak lebih kurus dan lemah sejak terakhir mereka bertemu saat Ujian Nasional. Wajahnya pucat, belum lagi rambutnya yang lepek.

"Eh apa tadi lo nanya apa?."

Penampilan Jin bahkan membuatnya salah fokus dan tidak memperhatikan pertanyaannya.

"Kamu tau darimana aku disini?."

"Oohh iya tadi gue minta alamat lo ke sekolah terus kata Bibi, lo dirawat. Jadi deh gue kesini."

Jin mengangguk.

"Maaf aku ga sempat ngabarin kamu."

Jin agak tidak enak karena ia selama disini tidak pernah memyentuh ponselnya. Bahkan ia tidak tau mengenai kabar penerimaan siswa baru yang seharusnya ia tau hari ini.

"Oiya kita satu SMA di Hybe."

"Eh? Serius kamu juga masuk kesana?."

Namjoon mengangguk.

"Lu berdua jadi adek kelas gua. Awas lu macem-macem disekolah."

Mereka menoleh kearah Yoongi yang kini sedang memainkan game diponselnya. Mereka tersenyum.

"Kamu kaya ga pernah macem-macem aja disekolah," ucap Soohan bergabung dalam obrolan mereka.

"Ih Ma! Jangan buka kartu."

Mereka terkekeh saat Soohan menjahili Yoongi.

"Eh kita keluar yuk jalan-jalan. Boleh kan Kak?," pinta Jin.

"Emang udah bisa jalan kaki?."

Tantu saja tidak. Saat Jin ingin kekamar mandi saja Yoongi yang menggendongnya.

"Yaudah ayok gue gendong."

Wajah Jin tampak kaget. Kenapa Namjoon frontal sekali? Tentu saja Jin menggeleng.

"Nih pake kursi roda aja. Dikira ga berat bawa tu anak."

Jin menyengir kuda. Padahal ia tau tubuhnya tidak seberat itu. Tapi Yoongi malah berkata demikian.

Namjoon dan Yoongi membantu Jin untuk duduk dikursi roda.

Sebenarnya Jin merasa malu dan sedikit hina. Untuk duduk saja ia perlu dibantu. Rasanya semakin hari keadaannya tidak membaik dan hanya merepotkan orang disekitar Jin.

Namjoon mendorong kursi itu dan tidak lupa meletakkan selimut dipaha Jin agar temannya tidak kedinginan. Suasana sore menjelang malam bukanlah udara yang begitu baik.












...












Kini Jin dan Namjoon berada ditaman rumah sakit. Namjoon duduk dikursi taman dengan tubuh yang bersender penuh pada kursi.

"Rumah lo deket tuh sama gue. Kalo nanti masuk SMA bisa berangkat bareng. Eh tapi kan abang lo juga disana. Lo pasti bareng dia."

"Hmm... iya."

Namjoon heran. Padahal tadi Jin nampak ceria, tapi sekarang nada suaranya berbeda. Bahkan Jin menunduk sedari tadi.

"Lo oke?."

Jin mendongak dan tersenyum kala wajah mereka bertemu. Ia mengangguk. Walau senyumannya terlihat palsu.

"Kalo lo lagi kepikiran sesuatu, lo bisa ko cerita sama gue."

Jin bingung. Begitu banyak pikiran buruk yang menghantui dirinya. Jujur.. ia tidak pernah menceritakan semua pada Yoongi maupun Soohan. Karena mereka adalah sumber daya hidupnya. Tidak akan ia membuat mereka sedih maupun merasa gagal karena Jin.

"Aku capek Joon."

Mendengar suara yang lembut itu tidak membuat Namjoon nyaman. Ia tau maksud temannya apa. Semenjak Jin mengatakan bahwa ia sakit, Namjoon selalu memikirkan bagaimana jika ia ditinggalkan.

Namjoon nampak tersenyum simpul.

"Gue tau kok, tapi lo hebat. Lo masih bisa bertahan disini. Kalo gue jadi lo mungkin ga sekuat itu."

Memang benar apa yang dikatakan Namjoon. Tidak pernah terbayangkan jika ia berada dalam posisi Jin. Apalagi saat ia tau bahwa Papanya meninggal belum lama ini. Mungkin ia sudah melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri.

"Kalo aku gak kuat, yang nguatin Mama sama Kakak siapa? Aku tau mereka sekarang takut aku pergi, tapi aku gatau sampai kapan aku bisa bertahan."

"Hei? Lo pasti sembuh!! Lo tuh baik, pinter, masih dibutuhin didunia ini. Tuhan ga bakal ambil lo. Banyak yang doain semoga lo sembuh. Lo harus percaya sama apa yang gue bilang."

Jin menatap Namjoon dengan mata yang berkaca-kaca.

Semua orang selalu berharap demikian namun belum tentu tuhan mengabulkannya kan?

Alasan mengapa Jin lebih banya bercerita dengan Namjoon. Karena ia bisa membuatnya merasa lebih baik. Dengan kalimat-kalimat ajaib yang bisa membuat Jin keluar dari segala pikiran buruk yang melanda.

"Lo boleh kok ngeluh capek, tapi gue mohon.. lo ga boleh nyerah."

















TBC





Ini kenapa jadi bromance gini astaga




Karena kemarin banyak yg vote di opsi nomor 4. Jadi mungkin secepatnya aku buat book baru. Hihhihi

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

20.5K 3.1K 49
hubungan yang tidak baik karena ego yang tinggi.
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
120K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
170K 21.3K 29
END Bagaimana jika mantan mu yang sewaktu bersama mu kau anggap dekil, kurus, tidak modis, culun, dan kekanak-kanakan berubah drastis saat kau putus...