[iii] Connect | VERIVERY

By EkaFebi_Malfoy27

5.9K 1.7K 480

[COMPLETED] Buku Ketiga dari seri PHOTO «Scare that swallowed everything, I reach you and connect. We're alre... More

Cast
Prolog
¤01¤
¤02¤
¤03¤
¤04¤
¤05¤
¤06¤
¤07¤
¤08¤
¤09¤
¤10¤
¤11¤
¤12¤
¤13¤
¤14¤
¤15¤
¤16¤
¤17¤
¤18¤
¤19¤
¤20¤
¤21¤
¤22¤
¤23¤
¤25¤
¤26¤
¤27¤
¤28¤
¤29¤
¤30¤
¤31¤
¤32¤
¤33¤
¤34¤
¤35¤
Epilog

¤24¤

100 36 2
By EkaFebi_Malfoy27

Keluarga kecil itu makan dengan tenang. Sesekali Yongseung bertanya perihal sekolah Kangmin dan Kangmin akan menjawabnya dengan ceria. Terkadang Kangmin juga menceritakan sesuatu yang Yongseung dan Soora anggap lucu. Usia Kangmin saat ini memang membuat anak lebih banyak merasa ingin tahu dan menuntut jawaban.

Hampir tiga puluh menit lamanya mereka di meja makan sampai piring mereka tandas. Ketika Soora akan mencuci piring-piring kotor itu, Yongseung segera menarik tangannya menjauh dari wastafel. Ia membawa Soora ke ruang tengah, di sana sudah ada Kangmin yang duduk di karpet, menghadap meja, dan menggambar sesuatu di buku gambarnya.

"Nanti aja cuci piringnya, aku bantuin."

"Kenapa?"

"Lupa? Aku mau cerita banyak hal ke kalian."

Soora sontak menepuk keningnya. Ia lupa. Di meja makan tadi mereka kebanyakan bercerita tentang sesuatu yang lucu dan menanggapi cerita Kangmin, tidak sedikitpun Yongseung menyinggung soal cerita yang akan ia bicarakan ini.

"Maaf." sesal Soora seraya mendudukkan diri di sofa.

Yongseung hanya menggeleng tak masalah. Ia lalu menggendong Kangmin paksa dan mendudukkan anak itu di tengah-tengah mereka.

Kangmin awalnya memberontak karena ia masih fokus menggambar tetapi Yongseung segera berkata. "Giliran Papa yang cerita. Oke?"

Kangmin membentuk huruf O dengan bibirnya lalu mengangguk lucu.

Setelah Yongseung menyamankan posisinya, ia berkata. "Keputusanku sudah bulat."

Soora memiringkan kepalanya. "Tentang?"

"Melaporkan orang tua sahabatku. Aku tidak akan melaporkan mereka. Biar mereka sendiri yang menentukan pilihan mereka."

Soora tersenyum senang. Sepertinya Yongseung telah memahami cerita yang ia kirim seminggu yang lalu. Namun Soora tetap memutuskan untuk bertanya. "Mengapa bisa begitu?"

"Ingat karya Edgar Allan Poe yang kamu suruh buat aku pahami? Awalnya aku bingung dengan semua kata, kalimat, dan paragraf ambigu di dalam cerita. Tetapi di suatu malam Kangmin pernah cerita padaku kalau ia bertemu kakek Jo. Ucapan kakek Jo itulah yang membuatku sadar dan membulatkan keputusanku."

Meski Kangmin tidak tahu hal apa yang dibicarakan oleh orang tuanya, ia hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya seolah ia paham.

"Memangnya apa yang diucapkan kakek Jo pada Kangmin?"

Yongseung tersenyum pada Kangmin sebentar lalu kembali menatap mata Soora yang memancarkan sorot penasaran. "Tentang kengerian dari sebuah sunyi."

Soora melebarkan matanya tidak percaya yang justru membuat Yongseung terkekeh.

"Aku awalnya juga terkejut, kok bisa timingnya pas gini? Tapi kalau dipikir-pikir benar juga. Selama ini kakek Jo dan Ju telah dihukum oleh waktu."

Yongseung menghela nafasnya sejenak sebelum kembali melanjutkan. "Setiap hari, jam, detik, mereka menyesali perbuatan mereka terhadap anak mereka yang tidak bersalah. Waktu seolah mencekik mereka dengan rasa bersalah yang tidak bisa diobati dengan obat jenis apapun di dunia ini. Kesunyian perlahan datang, awalnya memberi kedamaian, tetapi lambat laun berubah menjadi kengerian. Sunyi, waktu, dan kengerian, mereka bekerja sama untuk menghancurkan kakek Jo dan Ju luar dalam. Mereka sudah dihukum di dunia ini. Jadi aku memutuskan agar mereka memilih sendiri pilihan mereka. Toh, saat mereka tiada, mereka justru akan mendapat hukuman yang jauh lebih berat kan?"

Setelah Yongseung menceritakan semua ini, hatinya merasa jauh lebih lega. Beban yang selama ini menghantuinya perlahan memudar. Memang benar kata Soora, tidak semua hal harus dipikul sendiri. Manusia adalah mahkluk sosial yang mana terkadang ia harus butuh bantuan orang lain untuk mencari solusi atau sekedar menenangkan diri.

"Apa ada alasan lain yang membuat kak Yongseung akhirnya membulatkan keputusan kakak?"

"Ada," jawab Yongseung senang karena Soora seolah tahu isi hatinya. "Seperti yang pernah aku bilang di awal perjalanan kita mengungkap masa lalu para sahabatku, bahwa mereka tidak pernah menyuruhku melakukan hal ini. Terlebih tourku dengan kakek Hong juga menambah sudut pandangku dalam mengambil keputusan. Jadi, inilah yang terbaik."

Tanpa Yongseung duga, Soora langsung memeluknya. Kangmin yang berada di tengah mereka mau tidak mau jadi terjepit. Kangmin segera merentangkan tangannya untuk memisahkan kedua orang tuanya. Ia melakukan hal itu agar nyawanya tetap selamat.

Soora dan Yongseung menatap Kangmin bingung sedangkan Kangmin cemberut menatap mereka.

"Aku kegencet!" serunya seraya bangkit dari sofa dan memilih duduk di karpet, melanjutkan gambarannya yang sempat tertunda.

Yongseung dan Soora tertawa kecil melihat tingkah laku Kangmin yang masih saja menggemaskan.

"Aku senang kalau kak Yongseung kembali percaya diri."

Yongseung balas tersenyum, kali ini matanya sampai menyipit.





***





Gyehyeon memasuki rumah dengan lesu. Tatapannya kosong, kakinya melangkah gontai, dan tangannya memegang tas ranselnya secara asal-asalan. Hal itu membuat adik Gyehyeon segera menghampiri sang kakak khawatir.

Merasa tak ditanggapi, sang adik menoleh pada Mama yang saat ini menatap Gyehyeon sedih. "Ma..."

Sang Mama segera menarik adik Gyehyeon. "Biarin dulu kakakmu ya, mungkin dia butuh waktu buat sendiri."

Gyehyeon sebenarnya mendengar dengan jelas semua ucapan itu. Akan tetapi tubuhnya tidak bisa berhenti dan mulutnya terasa kaku untuk mengatakan sesuatu. Maka dari itu Gyehyeon memutuskan untuk terus menaiki tangga, menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar bukannya mengganti pakaian, ia justru merebahkan dirinya di atas kasur. Gyehyeon juga tidak menyalakan lampu kamarnya, sehingga kamarnya benar-benar gelap.

Cahaya dari lampu jalan, bintang, dan bulan sedikit menerangi kamar Gyehyeon melalui ventilasi di kamarnya. Cahaya temaram itu membuat Gyehyeon mampu menatap langit-langit kamarnya. Sebenarnya tidak ada apa-apa di langit-langit kamarnya itu tetapi akhir-akhir ini ia suka menatapnya karena dapat menjernihkan pikirannya sejenak. Apalagi Gyehyeon selalu merasa bahwa kontrol tubuhnya tak lagi sepenuhnya ia pegang. Seperti ada sesuatu yang hendak mengambil alih tubuhnya dan itu benar-benar membuatnya frustasi.

Gyehyeon hampir terpejam ketika sebuah suara cakaran terdengar nyaring ditelinganya. Posisinya yang sekarang membuat Gyehyeon otomatis menatap langit-langit kamarnya begitu membuka mata. Hal yang barusan Gyehyeon lihat membuatnya segera bangkit dengan jantung berdebar kencang.

Suara cakaran itu berasal dari langit-langit kamarnya yang saat ini meninggalkan bekas cakaran yang dalam. Bahkan Gyehyeon bisa melihat genteng kamarnya dari bekas cakaran itu.

Buru-buru Gyehyeon menuju saklar lampu dan menghidupkannya.

Terang benderang.

Dan hening beberapa saat sampai suara cakaran itu datang lagi dari arah kasurnya.

Demi apapun! Gyehyeon tidak berkedip sama sekali tetapi tiba-tiba kasurnya bolong, meninggalkan tiga bekas cakaran yang besar nan dalam.

Memberanikan diri, Gyehyeon menghampiri kasurnya. Bentuk cakaran yang lebar dan besar itu menandakan bahwa sosok yang meninggalkan bekas itu bukanlah sosok yang dapat dilawan dengan mudah. Siapapun yang mencakar, pasti sosoknya tinggi dan besar, seperti raksasa.

Karena terlalu fokus Gyehyeon tidak menyadari bahwa ia diserang mendadak. Tengkuknya dicekal erat dan ia dipaksa untuk terus menunduk sampai wajahnya tenggelam di kasur. Gyehyeon kesulitan bernafas. Tangannya bergerak-gerak berusaha meraih tangan siapapun yang saat ini menekan tengkuknya.

Akan tetapi yang Gyehyeon rasakan adalah tangannya yang menari-nari di udara kosong.

Tidak ada jemari yang menekan tengkuknya. Tetapi Gyehyeon dapat merasakan tengkuknya masih ditekan bahkan kian kuat. Kali ini bukan hanya tengkuknya tetapi juga kepalanya.

Gyehyeon berusaha berteriak sekuat tenaga sampai otot-otot lehernya terlihat. Meski suaranya banyak teredam di kasur, tetap saja Gyehyeon tidak mau pasrah dengan keadaan.

Tetapi sepertinya percuma. Mama dan adiknya tidak akan mendengar teriakannya yang kecil dari lantai atas.

Ketika Gyehyeon merasa bahwa hidupnya akan selesai. Tiba-tiba suara adiknya membuat Gyehyeon terperangah.

"Kak Gyehyeon ngapain?" tanya sang adik bingung melihat posisi tidur kakaknya yang aneh. Mana ada orang tidur dengan membenamkan wajahnya kuat-kuat pada kasur?

Gyehyeon sontak berbalik ketika tekanan tersebut hilang bersamaan dengan suara adiknya. Ia mengambil nafas dengan rakus seolah sebentar lagi ia akan mati jika tidak segera menghirup banyak oksigen.

Adiknya masih setia menunggu jawaban Gyehyeon. Namun kala Gyehyeon bersiap menjawab, sosok tinggi besar, dengan tubuh hitam, serta mata dan mulut yang merah menyala muncul di belakang tubuh sang adik.

Gyehyeon tidak tahu harus bereaksi apa ketika sosok tersebut menyeringai ganas kearahnya. Tubuh Gyehyeon mati rasa, dan ia tidak bisa berpikir jernih detik itu.

"AKHHHHH! PERGI! PERGI! MAHKLUK JAHAT! SIAPAPUN ITU JANGAN GANGGU GUE! PERGI!!!"

"Kak Gyehyeon!"

"PERGI!!! PERGI!!!"

"Kak ini aku--"

BRUKK!!!

Tanpa sengaja Gyehyeon memukul adiknya dengan tongkat kasti miliknya. Sungguh Gyehyeon tidak bermaksud, ia hanya ingin sosok itu pergi dari rumahnya!

"JO GYEHYEON!" teriak sang Ayah yang datang bersama Mama.

Gyehyeon berhenti. Sorot matanya memancarkan ketakutan yang mendalam.

"Cukup, ayo ikut Ayah, kamu butuh psikiater."





***






Sejak duduk di kursi depan psikiater itu, Gyehyeon tidak berhenti melirik kesana-kemari. Ia takut tiba-tiba sosok itu datang. Entah mengapa Gyehyeon percaya bahwa sosok itu bisa datang dari mana saja.

Ayah, Mama, dan Psikiater yang melihat kelakuan Gyehyeon hanya bisa menatapnya dengan tatapan beragam. Ayah yang tampak tak suka, Mama yang terlihat sangat khawatir, dan Psikiater yang berusaha mempelajarinya.

"Dok, bagaimana?" tanya sang Ayah tidak sabaran. Gyehyeon yang saat ini ada disampingnya seperti bukan Gyehyeon yang selama ini dikenalnya.

Mengapa mendadak anaknya berubah menjadi seperti orang gila?

Memang hampir satu bulan Gyehyeon lebih pendiam dan murung daripada biasanya. Tetapi dalam kurun waktu yang menurutnya singkat itu apa mungkin membuat anaknya berubah jadi seperti orang gila?

Mengapa mental Gyehyeon lemah sekali?!

"Menurut pemeriksaan fisik dan otak, tidak ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit mental. Anak Anda sangat sehat menurut pemeriksaan. Tetapi melihat tingkah lakunya yang seperti ini membuat saya harus mempelajarinya lebih lama lagi. Mungkin ada beberapa hal yang terlewat."

"Berapa pun biayanya saya tidak masalah, yang penting sembuhkan anakku."






***






"Ayah! Tadi kak Gyehyeon seperti melihat sesuatu."

Sang Ayah tidak menjawab, ia masih menarik Gyehyeon menaiki tangga menuju kamarnya.

"Langit-langit kamar dan kasur kak Gyehyeon juga seperti dicakar oleh sesuatu. Aku yakin kak Gyehyeon tidak butuh bantuan medis tetapi butuh seseorang yang tahu mengenai hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang."

PLAKK!!!

Tanpa pikir panjang Ayah menampar pipi sang adik.

"Berhenti bicara omong kosong! Selama ini Ayah mendidik kalin untuk menjadi ilmuwan bukan menjadi seseorang yang percaya pada takhayul!"

Sang Mama segera membantu adik Gyehyeon. Dalam posisi ini Mamanya tidak bisa berbuat banyak. Kalau melawan, seluruh keluarga ini mungkin bisa berakhir dengan babak belur.

"Tidak semua hal bisa dijelaskan oleh sains, Ayah!" kata adiknya sekali lagi, berusaha menyadarkan sang Ayah.

PLAK!!!

"Jiwa, darah," lirih Gyehyeon ketakutan. Ia segera berjongkok di kaki Ayahnya, menatap sang Ayah memohon sambil menangis. "Mereka ingin aku, Ayah. Darahku, jiwaku, semuanya! Aku akan mati, sebentar lagi."

"Jo Gyehyeon! Sadar!"

"AKHHH!!!"

Gyehyeon kembali berteriak. Kali ini ia beringsut di pojok tangga, memeluk lututnya, seraya menutup kedua telinganya.

Adegan yang sangat menyedihkan, hingga Yongseung secara tak sadar menggenggam erat jubah kakek Hong.



































Tbc
120721

Mulai chapter depan dan beberapa chapter selanjutnya berisi full adegan flashback yang diperlihatkan kakek Hong pada Yongseung.

Continue Reading

You'll Also Like

91.4K 8.5K 25
SINCE - APRIL 2016 Apa jadinya kalau kamu, gak sengaja gabung ke grup chatting bernama 'pentagon' dan bertemu dengan orang-orang gila nan tampan yang...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
26.7K 4.7K 26
"Jadi ayah... apakah kalian debut bersama pada akhirnya?" Dia tersenyum, "Hampir." -',✎ Translate of @bellacxllens @bellacxllens2 story ✧∘* ೃ ⋆。˚. Fa...
113K 8.6K 9
jangan ngeyel!! udh di ksh tau ini yaa!!Siapin tisu sebelum baca :v "Lu ngapain ngegrepe? Tepos gitu!" celetuk renjun (21-11-2018) - (3-1-2019)✔ masi...