SAMUDERA

By NisaRahmahdanii

3M 311K 94.2K

[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] - Kembalinya pertemuan menyebabkan luka - Ini t... More

P R O L O G
BAB 1 - SHAQUILLE SAMUDERA MANGGALA
BAB 2 - CARAMEL AQIELLA JASMIN
BAB 3 - SISI LAIN SAMUDERA
BAB 4 - ENEMY OR FRIEND?
BAB 5 - KESALAHAN?
BAB 6 - A NIGHT WITH SAMUDERA
BAB 7 - DARK SIDE MANGGALA
BAB 8 - SIAPA PEREMPUAN ITU?
BAB 9 - SECRET
BAB 10 - AWAL KEDATANGAN
BAB 11 - ANTAR KETUA DAN RATUNYA
BAB 12 - ALASAN TERDIAMNYA SAMUDERA
BAB 13 - DIA TIDAK AKAN BISA MARAH
BAB 14 - USAPAN DI KEPALA
BAB 15 - RASA KECEWA
BAB 16 - GEJOLAK AMARAH
BAB 17 - RASA SAKIT
BAB 18 - SESAK DAN KEJADIAN
BAB 19 - LAPANGAN GELORA
BAB 20 - TOKOH YANG HILANG
BAB 21 - WAKTU YANG BERLALU KIAN KEMBALI (LAGI)?
BAB 22 - PAKSAAN NATHANIEL WILLIAM
BAB 23 - IBARAT BUNGA MAWAR
BAB 24 - INCARAN MUSUH
BAB 25 - MEMINTA PERGI
BAB 26 - TERBONGKARNYA RAHASIA FLORA
BAB 27 - KALAH TELAK
BAB 28 - AQUARIUM DAN SENYUMANNYA
BAB 29 - CINTA MASA LALU
BAB 30 - BALIK ARAH
BAB 31 - MERINDUKAN SESEORANG
BAB 32 - TERNYATA DIA MASIH PEDULI
BAB 33 - UCAPAN SAYANG
BAB 34 - PERMAINAN HATI
BAB 35 - RUNTUHNYA SEBUAH HATI
BAB 36 - D'HANDZELS ANGKATAN II
BAB 37 - 1 AGUSTUS HARI BESAR D'HANDZELS
BAB 38 - MENERKA RASA
BAB 39 - MENGERTI RASA SAKIT
BAB 40 - MENDENGAR SATU FAKTA
BAB 41 - USAHA PERTAMA
BAB 42 - BASKET DAN DINDING PEMBATASNYA
BAB 43 - CERITA YANG LALU BELUM SELESAI
BAB 44 - DIA ADA NAMUN BERBEDA
BAB 45 - SAMPAI KAPANPUN IA TETAP PEDULI
BAB 46 - KEGANASAN DAN LARANGAN
BAB 47 - TERUNGKAPNYA SEBUAH RAHASIA
BAB 48 - SANG KETUA YANG TERLIHAT LEMAH
BAB 49 - DUA KUBU YANG SALING MENDEKATI
BAB 50 - MENJAGA BUKAN MENYAKITI
BAB 51 - TERASA BERBEDA
BAB 52 - SAMA SAMA TERSAKITI
BAB 53 - KALAH SEBELUM MEMULAI?
BAB 54 - MASIH DI ANGAN MASA LALU
BAB 56 - SIAPA YANG BERHAK DI SISINYA?
BAB 57 - MENGENAL ARTI KEBAHAGIAAN
BAB 58 - MEMORI MASA KECIL
BAB 59 - UNGKAPAN DARI SANG ANTAGONIS
BAB 60 - MENGHAPUS JEJAK
BAB 61 - SELAMAT BERGABUNG IBU KETUA
BAB 62 - RASA SAYANG KETUA KEPADA GADIS DONAT
BAB 63 - DUA PAHLAWAN PENJAGA
BAB 64 - PERBINCANGAN YANG MENYAKITKAN
BAB 65 - TIDAK MAU KEHILANGAN (NYA)
BAB 66 - SELALU ADA DI SAMPINGNYA
BAB 67 - MENYAYANGI DENGAN CARA BERKORBAN
BAB 68 - MENCERITAKAN YANG SEBENARNYA TERJADI
BAB 69 - SAYANG MENURUT VERSI MASING-MASING
BAB 70 - TENTANG RASA YANG PERNAH ADA
BAB 71 - BINTANG DAN RASA LUKA
BAB 72 - BUBARNYA D'HANDZELS DARI RAJAWALI
BAB 73 - SAMUDERA ATAU NATHAN?
BAB 74 - SATU MALAM YANG MERUBAH SEMUANYA
BAB 75 - ROTASI PERASAAN
BAB 76 - SUDUT PESTA BAZAR
BAB 77 - BOLEH ISTIRAHAT?
BAB 78 - JASMIN DAN SEMESTA
BAB 79 - INGIN MENJADI BINTANG
BAB 80 - BERMAIN DENGAN KEADAAN
BAB 81 - BINTANG YANG PALING TERANG
BAB 82 - MEMORI INDAH SEMENTARA
BAB 83 - KEHILANGAN TANPA PAMIT
BAB 84 - SEBUAH SURAT COKELAT
BAB 85 - KETUA DAN RATUNYA SELESAI
BAB 86 - BINTANGNYA JATUH
BAB 87 - KAMU MENGHILANG
BAB 88 - TUHAN JANGAN AMBIL DIA
BAB 89 - JASMIN & INTI D'HANDZELS
BAB 90 โ€ AKHIR DARI SEBUAH CERITA
VOTE COVER & GIVEAWAY
INFO PRE-ORDER SAMUDERA
PRE-ORDER SAMUDERA TELAH DIBUKA!!
SAMUDERA PRE-ORDER KE 2

BAB 55 - I MISS YOU

27.8K 2.8K 815
By NisaRahmahdanii

Haloo peps!♡ hayuu vote dulu sebelum baca yaaa🤑ramein komentar juga di setiap paragraf💫

TAG jika ada typo atau penulisan kata aku gercep revisi🧚‍♀️

Semoga suka sama part ini💜

– Happy Reading –

Kalau awalnya gak bisa ngejaga, seenggaknya gak usah nyakitin.

55. I Miss You.

"Gue cinta sama Jeje. Tapi, gue gak bisa bohongin hati gue kalau gue belum bisa lupain masa lalu gue sama, Zee."

Setelah Samudera mengucapkan itu Sagara, Bimo, dan Sadewa terdiam. Bimo mengepalkan kedua tangannya mendengar penuturan dari Samudera. Sadewa yang tau situasi pun menepuk bahu temannya itu. Bimo sekali lagi menatap tajam Samudera setelah itu pergi dari hadapan Samudera diikuti oleh Sadewa.

Sagara masih berada di samping Samudera. Keduanya saling diam beberapa menit sebelum Sagara mengeluarkan sebuah card dari dalam saku celananya.

"Lo bisa liat sendiri disini. Setelah lo tau semuanya, gue harap lo bisa bertindak lebih tegas lagi sama hati lo." Setelah itu Sagara berlalu juga meninggalkannya.

Dalam kesendiriannya, Samudera membaca card yang barusan di berikan Sagara. Disitu tertera alamat dan nomor handphone. Samudera bingung dengan sikap Sagara yang memberikannya kartu nama ini.

Address : Club 88
OPEN : 20:00 PM – 02:30 AM.

Samudera tersadar. Ini adalah club malam yang sering di kunjungi oleh teman-temannya. Terakhir kali ia masuk ke dalam club itu adalah saat dirinya selesai balapan dengan Yutha. Sebelumnya jarang sekali kakinya menginjakkan tempat seperti itu. Bukan dia tak mau, tetapi Bundanya sering berbicara padanya agar tidak boleh sering-sering datang kesana.

Kamu boleh nakal, Bunda gak larang itu. Tapi, ada dua permintaan Bunda sama Abang. Pertama, Bunda minta tolong sama kamu jangan sering-sering kamu minum minuman keras, sayangi tubuh kamu, yaa? Kedua, Bunda minta sama kamu jangan sakitin hati perempuan bisa kamu turutin apa yang Bunda mau?

Dirinya pernah sewaktu SMP mabok parah, dengan bermodalkan keberanian dirinya menginjakkan kakinya ke dalam club malam. Saat itu pikirannya kacau dan ia terpengaruh oleh omongan temannya, terjadilah ia mabok berat, bahkan sampe overdosis. Sejak saat itu Bundanya mewanti-wanti Samudera.

"Jeje gak mungkin berani masuk ke dalam sini. Kalau bukan Jeje, berarti lo, Zee?"

Samudera sekarang mengerti apa maksud dari tindakan Sagara yang memberikannya sebuah kartu nama ini.

****

Jarum panjang berada di angka enam, dan jarum pendek berada di angka sepuluh. Itu berarti sekarang jam sepuluh lewat tiga puluh menit malam. Suara ketikan yang berasal dari macbook Jasmin terdengar memdominasi suara di dalam kamarnya. Hampir tengah malam Jasmin masih setia di depan macbook nya. Jam makan malam sudah terlewat tetapi Jasmin belum makan juga, dari tadi bahkan Mommy-nya memanggil dirinya untuk segera turun tetapi ia hiraukan. Kebetulan Abangnya sekarang tidak ada di rumah, ada urusan yang harus di selesaikan. Abangnya itu sekarang sangat protektive padanya, tak jarang ketika ia telat makan Lion memarahinya. 

Jasmin sedari tadi fokus membuat proposal tentang kegiatan lomba yang Gerald berikan padanya. Waktu seminggu adalah waktu yang sangat cepat baginya, mengingat proposal yang ia kerjakan tidak bisa di selesaikan dalam waktu semalam saja.

Mommy-nya sangat perhatian sekali. Saat dirinya sedang sibuk seperti ini beliau mengantarkan makanan malam untuknya. Tetapi, sudah hampir tengah malam makanan itu belum ia makan juga, di dalam hati Jasmin selalu mengesampingkannya dan mulai fokus mengerjakan proposal.

Tangannya memijat pelipisnya pelan. Kepalanya terasa penuh sekarang, gadis itu tidak mau jabatan pertamanya sia-sia karena membuat proposal saja ia tidak bisa, sebisa mungkin ia usahakan agar hasilnya maksimal.

Tangannya pun menutup macbook, ujung matanya melihat ke arah balkon dan sekarang pandangannya sepenuhnya melihat ke arah balkon. Di ujung sana terlihat balkon kamar Samudera. Lampunya masih menyala, itu berarti Samudera belum tidur. Jasmin berpikir apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Samudera? 

Jasmin mengabaikan pikiran-pikiran negative tentang respon Samudera padanya. Gadis itu mengulum senyum sambil membuka handphone-nya.  Whatsapp Samudera sedang online. Dengan semangat Jasmin mengetikkan sesuatu disana. 

Caramel Aqiella Jasmin : Sam? Gue mau ngomong bentar sama lo, boleh?

Sekarang terlihat tidak online seperti tadi. Apa Samudera sengaja menghindarinya? Jasmin pun menimang-nimang sebentar setelah dirasa sudah yakin, Jasmin menghubungi Samudera. Terdengar bunyi tersambung, Jasmin menggigit pipi dalamnya, gugup. 

"Sam? Mmm, gue ganggu lo, ya?" ucap Jamin setelah panggilannya tersambung.

Tidak ada sahutan sama sekali dari seberang sana. 

"Sam? Gue ganggu, ya? okey, kalau gitu sorry, gue tutup sambungannya,"

"Tidur."

Jasmin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pasalnya ucapan Samudera begitu singkat, cowok itu biasanya berbicara panjang lebar kepadanya, terasa aneh telinganya mendengar kalimat singkat itu. 

"Lo mau tidur? okeyy. Mmm, dasi yang lo pinjemin gue kasih sama lo besok, yaa?" 

Terdengar helaan napas dari sana. Samudera yang sedang tiduran pun menegakkan tubuhnya, punggungnya ia senderkan di kepala ranjang. Samudera tau, sedari tadi cowok itu memantau kamar yang ada di seberangnya. Dari gorden putih pintu balkon terlihat Jasmin yang sedang duduk mengerjakan sesuatu di macbook-nya.

"Lo yang tidur."

Jasmin menahan senyumannya. Samudera tetap lah Samudera yang Jasmin kenal sedari dulu. Cowok itu tetap memperhatikannya, itu yang menjadi terlihat spesial di mata Jasmin.

"Gue liatin. Gue hitung sampai 5, lampu lo belum mati, gue yang otw ke rumah lo." ucap Samudera lagi.

Jasmin berjalan ke arah ranjangnya. Gadis itu diam-diam melupakan makan malamnya yang sudah tersedia di samping meja belajar. Tangannya meraih selimut untuk di selimutkan di kakinya.

"Iya, iya, ini gue mau tidur kok. Lampu lo juga belum mati! Gimana kalau barengan? Gak impas dong lo nyuruh gue tidur, tapi lo gak tidur," Jasmin mencoba membuat Samudera berbicara kembali padanya. Jasmin kangen suasana seperti ini, ia ingin melambatkan sedikit waktunya untuk lebih lama lagi berbicara dengan Samudera.

"Je." Nada suaranya berubah, lebih dalam dan berat, Jasmin yakin Samudera tidak bermain-main dengan kata-katanya.

Jasmin mencebikkan bibirnya kesal. Tangan kirinya refleks memilin-milin selimutnya. "Gue kangen tau dipanggil Jeje sama lo," ucap Jasmin pelan. Gengsi yang besar di dalam dirinya Jasmin abaikan.

Samudera yang diseberang sana pun terdiam. Rasa kangen yang membuncah di dirinya juga tidak bisa di hiraukan. Ia rindu mendengar suara kesal Jasmin, ia rindu melihat raut wajah Jasmin yang ingin memarahi dirinya kala ia selalu menjahilinya.

"Jeje, Jeje, Jeje, Jeje, Jeje—,"

Jasmin menelungkupkan kepalanya diantara kedua kakinya yang tertekuk. Gadis itu menahan air mata yang ingin keluar mendengar Samudera yang memanggilnya beberapa kali.

"Udah 'kan? Sekarang lo tidur."

Jasmin mengangguk walaupun Samudera tidak melihatnya. "Udah. Selamat tidur, Samudera," ucap Jasmin dengan suara parau.

"Jangan nangis, lo jelek kalau nangis."

Jasmin menutup panggilannya. Satu detik sebelum Jasmin menutup sambungannya gadis itu mendengar Samudera berucap. "Good night too, Je."

****

Samudera melihat Bundanya berjalan tergopoh-gopoh dari lantai atas menuruni lantai bawah. Bundanya terlihat sibuk sekali, dan sepertinya Bundanya ingin cepat-cepat pergi. Sekarang masih pagi, dirinya juga ingin bersiap berangkat ke sekolah.

"Bun? Bunda kenapa? Keliatan panik banget?" tanya Samudera.

Bunda yang terlihat sangat cantik itu menoleh ke Anaknya. Bunda menghampiri Samudera dengan beberapa paper bag di tangannya.

"Bunda, mau kerumah sakit dulu, Bang. Kamu hati-hati, ya dijalan jangan ngebut-ngebut," ucap Bunda.

Samudera yang sedang mengikat tali sepatunya terhenti. Dahinya mengkerut bingung menatap Bundanya.

"Bunda sakit? Biar Abang aja yang nganterin Bunda ke rumah sakit," ucap Samudera. Cowok itu selalu panik dan khawatir ketika Bundanya jatuh sakit.

Bunda tersenyum, tangannya mengelus rambut Samudera yang terlihat tebal. "Bunda gak apa-apa, sayang. Bunda mau jengukin Jasmin yang sekarang lagi di rumah sakit," jelas Bunda.

Samudera menegakkan tubuhnya. Napasnya seakan berhenti beberapa detik ketika Bundanya berbicara bahwa Jasmin yang berada di rumah sakit.

"Jeje? Jeje, kenapa Bun?" tanya Samudera khawatir.

Bunda menghela napasnya. "Bunda gak tau pasti. Tapi, tadi pagi Mommy Jasmin hubungin Bunda minta tolong anterin Jasmin ke rumah sakit," jelas Bunda. Bunda melihat anaknya yang terdiam sehabis mendengarkannya.

"Kamu baik-baik, ya, sama Jasmin. Kasian loh, Daddy-nya lagi sibuk nggak bisa pulang, Lion juga tadi malam nggak ada di rumah," ucap Bunda kepada Samudera.

Samudera mengangguk pelan. Matanya terlihat masih memikirkan bagaimana kondisi Jasmin sekarang? Apa gadis itu drop kembali? Tadi malam ia berbicara dengan Jasmin masih baik-baik saja.

Samudera meletakkan tas hitamnya yang sedari tadi di sampirkan di bahu kirinya. "Biar aku aja, Bun yang bawa mobilnya," ucap Samudera.

Bunda menggeleng. "Kamu hari ini sekolah, Bang. Bunda bisa di anterin supir, kamu gak usah khawatir,"

"Tapi, aku juga mau liat gimana kondisi Jeje sekarang," Samudera tidak bohong, rasa khawatir di dalam dirinya semakin besar, ada berbagai memori negative di dalam otaknya.

Bundanya mengusap lengan anaknya, sambil tersenyum. "Kamu bisa liat Jasmin nanti pulang sekolah. Bunda gak mau kamu bolos sekolah sekarang," ucap Bunda.

Samudera mau tak mau menuruti permintaan Bundanya, walaupun hatinya resah memikirkan bagaimana kondisi Jasmin sekarang.

Bundanya pun berpamitan kepada Samudera. Cowok itu mengusap kasar wajahnya serta tangannya tanpa sadar terkepal. Samudera merasa dirinya tidak berguna saat ini.

"Je? Lo gak apa-apa 'kan? Maaf, maaf, untuk yang kesekian kalinya gue gagal jagain lo."

****

"Oh, shit!"

Bimo mengumpat kesal ketika bola basket yang di lemparinya tidak masuk ke dalam ring yang ada di depannya. Hari ini adalah pelajaran olahraga, kelas 11 MIPA 2 atau kelasnya Samudera yang sekarang sedang bermain bola basket di lapangan Rajawali. Mayoritas yang ikut turun ke lapangan adalah lelaki, sedangkan perempuan ada di trimbun bola basket, menonton sambil berbincang dengan temannya.

"Ini kenapa pada diem-dieman sih?!" Bisma berseru kesal melihat teman-temannya yang biasanya selalu melemparkan ucapan sekarang berdiam diri masing-masing.

"Apaansih pada sok cool semua anying," ucap Bisma lagi.

Tidak ada jawaban sama sekali.

Samudera hanya melihatnya dari pinggir lapangan sembari menyenderkan punggungnya ke salah satu pilar yang ada di sana. Sadewa sedang mendribble kasar bola basket yang ada di tangannya. Sedangkan, Sagara hanya duduk berdiam diri di pinggir lapangan.

"WOII!! SIALAN GUE DIKACANGIN!" Bisma berseru lantang kepada teman-temannya karena salah satu dari mereka tidak ada yang membuka mulutnya.

Kemarin setelah Samudera berucap tidak bisa melupakan Zee, Bimo tidak berbicara lagi kepada Samudera. Bisma sendiri tidak tau karena cowok itu sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Samudera memberikan nasi bungkus kepada Jasmin.

Bisma pun melempar bola basket yang di pegangnya ke arah Sadewa, sang empu pun menghentikan kegiatan dribble-nya dan menoleh ke arah Bisma. Bisma pun mengangkat alisnya seolah bertanya 'ada apa'. Sadewa pun menghela napas dan mendekatkan diri kepada Bimo, mengambil bola basketnya.

"Apaansih, Wa?" kesal Bimo.

"Udah lah man, lo gak usah terlalu neken Sam sampe kayak gitu, cepet baikan lo berdua!" ucap Sadewa memaksa.

Samudera dari kejauhan melihat interaksi Sadewa dan Bimo. Samudera tidak bodoh, cowok itu tau Bimo tidak mau berbicara, terbukti saat semalam, Bimo tidak datang ke markas D'Handzels.

Samudera menghampiri Bimo dan Sadewa, sedangkan Bisma, dan Sagara masih memperhatikan. Bimo berdecak saat melihat Samudera. Cowok itu mengambil kasar bola basket di tangan Sadewa untuk memainkannya lagi.

Saat bola basket jatuh tepat di kaki Samudera, cowok itu mengambilnya. "Duel, lo sama gue. One by one, kalau lo menang seterah lo mau mukulin gue sampai bonyok sekalipun yang penting emosi lo kebayar. Gue tau gue brengsek, itu 'kan yang ada di pikiran lo?" ucap Samudera menantang Bimo.

"Kalau gue menang, lo yang gue pukulin disini," lanjut Samudera.

Bimo diam. Teman-temannya pun tau Samudera itu sangat pintar bermain basket, tetapi cowok itu tak tertarik mengikuti club basket di Rajawali. Bisma melotot, kakinya melangkah cepat mendekati Samudera dan kembarannya.

"Oke, gue terima tantangan lo." jawab Bimo.

"Bim!" ucap Bisma kesal kepada kembarannya.

Bimo tidak menghiraukannya. Permainan pun dimulai, Bimo memimpin di depan dengan tangan yang masih mematulkan bolanya. Ada yang aneh disini, Samudera seperti enggan merebut bola darinya.

CTAS!!

Bola basket yang ada di tangan Bimo masuk ke dalam ring. Tangan Bimo terangkat ke udara sembari terkepal seperti senang memenangkan pertandingan ini. Samudera melihatnya dan tersenyum tipis.

Lapangan Rajawali sekarang sudah lumayan sepi, siswa maupun siswi 11 MIPA 2 ada yang sudah pergi dari lapangan, entah mereka kembali ke kelasnya atau sekedar ke kantin.

Dengan cepat Bimo menghampiri Samudera. Tangannya terkepal, tangan kirinya mencengkram kerah Samudera kuat.

BUGH! BUGH!!

Beberapa kali Bimo memukul Samudera. Di hati Bimo kembali merasa panas ketika mengingat ucapan brengsek Samudera. Samudera tak melawan, cowok itu membiarkan Bimo memukul sepuasnya.

Bimo dan Sadewa panik. Sagara yang berada di pinggir lapangan segera melangkah ke tengah lapangan. Bimo kali ini gelap mata, tidak melihat di depannya ini adalah temannya sendiri.

"BIM! LO MAU BUNUH SAM HAH?!" Bisma menarik kembarannya kasar. Bimo terhenti napasnya tersenggal-senggal, saat matanya mengedip, saat itu juga ia kembali tersadar.

Sagara membantu Samudera untuk berdiri. Pelipis, sudut bibir, serta pipi Samudera lebam. Cowok itu terkekeh pelan.

"Jago juga lo mukul gue, gue kira tenaga lo gak bakal sekuat ini," kekeh Samudera. Bimo memandangnya tidak percaya.

"Lo kenapa gak lawan gue bangsat!" Bimo maju kembali mencengkram Samudera.

"Gue udah bilang tadi 'kan? Gue brengsek, dan gue pantes dapetin semua itu."

Setelah itu Samudera berjalan menjauhi lapangan meninggalkan teman-temannya yang masih berdiri menatap punggungnya.

****

Samudera memacu motor besarnya di atas rata-rata. Motor besar itu sesekali menyalip mobil dengan sangat cepat, bahkan ketika lampu merah Samudera tetap melajukan motornya tanpa menghentikan motornya. Di dalam hatinya sesak sekali, banyak rahasia yang ia simpan dalam-dalam. Sendirian. Samudera memikul segala macam permasalahan tanpa harus bercerita kepada teman terdekatnya.

Yang saat ini Samudera pikirkan adalah kondisi Jasmin. Membayangkan gadis itu terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit membuat dirinya merasa gagal, gagal menjaga Jasmin, untuk kesekian kalinya, lagi.

Motor besar Samudera memasuki rumah sakit yang Bundanya kirimkan kepadanya tadi pagi. Saat Samudera berjalan ke koridor rumah sakit banyak orang yang memperhatikannya, tetapi ia tidak peduli. Ia sadar lebamnya yang ada di wajahnya membuat orang-orang di sekitarnya memperhatikannya.

Bundanya bilang, Jasmin sedang sendiri di kamar inapnya. Mommy Jasmin dipaksa pulang oleh anaknya untuk sekedar mengistirahatkan Mommy-nya.

Samudera tersenyum tipis, tangannya menenteng sebuah keranjang buah. Dan, plastik putih besar, isinya susu kotak strawberi dan dua kotak besar donat langganan gadis itu.

Samudera mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang rawat inap Jasmin. Dimana gadis itu? Perhatiannya kembali tertuju kala pintu kamar mandi yang terbuka menampilkan Jasmin yang keluar sembari mendorong tiang infus.

Samudera dengan cepat menaruh barangnya dan mendekati Jasmin, membantunya. Jasmin pun terkejut ketika tau bahwa bukan dirinya saja yang berada di ruangan ini.

"Sam? Lo sejak kapan ada disini?" tanya Jasmin.

Samudera membantu Jasmin untuk meletakkan beberapa bantal yang ia taruh di punggung Jasmin.

"Baru aja." jawab Samudera.

Jasmin mengangguk. Entah kenapa ada desakan air mata yang ingin keluar dari matanya. Gadis itu merasa dirinya sangat lemah bila sedang sakit seperti ini, apalagi di depan Samudera.

Samudera panik dan khawatir. "Je? Kok nangis? Ada yang sakit? Gue panggilin dokter, ya?" Saat Samudera berbalik Jasmin menahan tangannya.

Jasmin menggeleng. "Nggak usah, Sam," tahan Jasmin.

"Terus kenapa nangis, hmm?" tanya Samudera yang masih khawatir. Tangan cowok itu sesekali mengusap air mata Jasmin.

"Gak apa-apa," ucap Jasmin. "Muka lo? Lo habis berantem, Sam?" tanya Jasmin. Tangannya hendak menyentuh lebam yang ada di pelipis Samudera tetapi tangannya di tahan oleh Samudera.

"Masalah kecil." jawab Samudera.

Jasmin mengangguk pelan. Beberapa kali ia menawarkan untuk mengobati luka Samudera tetapi selalu ditolak oleh cowok itu. Jasmin akhirnya menyerah, kepalanya ia tundukkan, rasanya setelah beberapa hari ia tidak berbicara sedekat ini oleh Samudera membuat Jasmin setengah gugup.

Tangan Samudera mengangkat dagu Jasmin agar tidak menunduk. "Ada yang mau lo bicarain?" tanya Samudera. Ia sangat mengenal Jasmin, pikirnya gadis itu ingin mengungkapkan sebuah sesuatu tetapi ditahan.

Jasmin memilin tangannya yang terasa dingin. Dari jarak sedekat ini membuat tubuhnya gugup. "Gue .... kangen," cicit Jasmin pelan.

Samudera mengerutkan keningnya bingung. Setelah itu ia menarik bahu Jasmin agar bersandar di dada bidangnya. Tangannya sesekali mengusap bahu gadis itu.

"Gue juga kangen. Banget." balas Samudera.

⚪⚪⚪

Terimakasih yang sudah membaca!🔥🔥

Gimana perasaan kalian setelah membaca part ini? Hehe. Gemes ga si mereka berdua??😍. Aku akhir-akhir ini ga ada mood buat nulis makanya agak sedikit lama up, ramein yuk part ini biar mood nulis aku nambahh🤑🤑

__________________________

Sosial Media :
Instagram
♡@nisarahmahdaniii
♡@wattpadchaaa

___________________________

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA PEPS!🏴‍☠️

Tetap jaga kesehatan. See ya💜

Continue Reading

You'll Also Like

37.6K 2.7K 64
Pengarang: Xizi Yixiao | 63 END Pencarian panas hiburan penuh: #็™ฝ่Šฑ Zuo Jing Lin Xiaoxiao ditinggalkan oleh bos, dan sumber dayanya anjlok.# Semua or...
13.5K 277 118
Jika cerita yang saya share tidak ditemukan saya tidak tau kenapa. Saya juga tidak tau cerita mana yang sudah terbit dan sebagian bab terhapus RCW 3...
114K 6.4K 60
[Beberapa Part Belum di Revisi] โ ๐˜‰๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ, ๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๏ฟฝ...
3.3M 155K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...