Transmigration of Bad Boy

By skyblueorpurple

253K 32.7K 1.6K

Anjir, gue dimana sih? "Nama saya Vero?" "Iya nama kamu Vero, Nak. Alvero Mahanta," Lah anjir, seinget gua na... More

PROLOG
Masih Hidup
Back to Home
Back to School
BK
Famous
Balapan
Makam
Bryan Lagi
Vira Kumat
Kehidupan Baru
Menjauh
Mabuk
Pergi
Kesal
Deana
Cerita
Jadi Pendamping Hidupmu
Hujan-Hujanan
Jadian
Ujian
Ngambek
Gugup
Liburan
Siuman
Kelulusan
Kenyataan Pahit
Gadis lain lagi
Galakan Shelin
Luka Itu
Indirect Kiss
Vero Tahu Semuanya
Yang Sebenarnya
Lamaran
Delapan Anak
Epilog
Extra Part
I N F O
...

Ini Bukan Mimpi, kan?

2.9K 425 24
By skyblueorpurple

Hai semua. Kembali lagi dengan chapter baru. Maaf kalo kelamaan upnya, soalnya kuota juga terbatas. Mumpung hari ini kuota terisi kembali, author langsung up.

Jangan lupa kasih vote sebelum membaca. Dan jangan lupa juga, share ke temen-temen kalian yang suka baca wattpad atau suka wattpad dengan genre fantasi-remaja, biar semakin banyak yang baca dan support.

OKE?

🦄

~

Pasangan orang tua melangkahkan kakinya cepat. Mereka menelusuri koridor dengan dinding yang didominasi warna putih. Bau khas dari bangunan itu, menyeruak, memenuhi indra penciuman mereka berdua.

Kaki mereka terus melangkah, tanpa memedulikan tatapan aneh dari orang-orang sekitar. Mereka berhenti, di kursi tunggu dekat dengan ruangan bertuliskan ICU. Seorang lelaki berusia kurang lebih 40 tahun, berdiri menyapa mereka.

"Pak Deon."

"Gimana keadaan mereka?" tanya Deon. Seminggu yang lalu, Deon dan Iva mendapat kabar, bahwa pesawat menuju Jakarta yang ditumpangi keempat anaknya mengalami kecelakaan.

Mereka secepatnya menyelesaikan urusan bisnis mereka di luar negeri, dan menaiki pesawat langsung menuju Jakarta.

"Bryan sudah dipindahkan ke ruang inap, sedangkan Vero, Vira, dan Deana masih ... di dalam." Deon menghela nafas. Mendengar fakta barusan, air mata Iva meleleh, jatuh deras menuruni wajahnya yang masih terlihat cantik.

"Bryan ada di kamar nomer berapa?" tanya Iva sambil terisak.

"Bryan di Lily nomor satu." Iva langsung berlari, meninggalkan suaminya dan ayah Deana di depan ruang ICU. Deon menahan sesak, melihat kembali istrinya yang kacau seperti empat bulan yang lalu.

"Gimana keadaan Vero, Vira, sama Deana?" Deon bertanya. Ayah Deana menghela nafas panjang. Kepalanya terangkat, menatap sendu pintu ICU yang tertutup rapat.

"Masih seperti kemarin." Tangan Deon bergerak, menepuk pelan punggung ayah Deana. Satu minggu yang lalu, saat mendengar berita dari ayah Deana, jantungnya seperti berhenti berdetak. Namun, dirinya harus kuat, demi istrinya.

"Makasih, Pak. Anda sudah menjaga putri saya." Deon terkekeh mendengar ucapan ayah Deana barusan. "Nggak usah pake pak elah, Rey! Kek ke siapa aja lu?"

"Tapi kan-"

"Gue atasan lu? Basi ah! Anak kita juga pacaran ini." Reyhan terkekeh mendengar kata-kata Deon. Deon masih sama, seperti dulu saat menjadi temannya di SMA.

Deon menghela nafas panjang. Punggungnya bergerak, menyender ke sandaran kursi panjang yang berada di ruang tunggu dekat ICU. "Rey, gimana lo sama perempuan itu?"

"Hmm? Gue putusin." Deon kembali terkekeh mendengar suara putus asa dari mulut Reyhan.

"Keknya Deana benci banget sama lo. Tapi, bener sih! Lo emang pantes dibenci. Udah bikin bundanya setres ampe bunuh diri, anak mana coba yang nggak benci ayahnya kalo kek gitu?"

"Iya. Gue emang pantes dibenci." Reyhan tersenyum kecut setelah berkata itu. Hampir 2 bulan ditinggal Deana, dirinya menjadi sadar atas semua kesalahannya. Dan selama hampir 2 bulan itu, dirinya mendapat semua kabar Deana dari Deon.

"Vero. Anak itu, mirip banget sama mamanya. Berani ngelawan yang salah, walau orangnya lebih tua dari dia." Deon mengangguk, membenarkan perkataan Reyhan.

"Gue mau minta maaf kalo nanti Deana udah siuman."

***

Air mata Iva meleleh, melihat keadaan memilukan Bryan sekarang. Walau sudah siuman dan infusnya pun sudah dilepas, tapi kakinya, "Bryan, kamu nggak papa?"

"Nggak papa, Tan."

"Ish! Mama bukan Tante!" tegas Iva. Bryan mengangguk. Sebenarnya dia belum terbiasa memanggil Iva dengan sebutan mama. Apa lagi dirinya yatim piatu sejak lahir.

"Mama pindahin ke VIP ya?" tanya Iva. Bryan menggeleng seraya tersenyum manis. "Bryan udah nggak papa, Tan- eh, Ma."

"Tapi, kaki kamu." Iva menatap kaki Bryan yang dilindungi oleh gips. Bryan juga menatap kaki kanannya yang patah akibat benturan keras kecelakaan pesawat itu.

"Nanti juga sembuh ... Ma." Iva mengangguk. Tangannya mengusap pelan kepala Bryan. "Ke ICU yuk?"

Bryan mengangguk sembari tersenyum. Iva membantu memindahkan tubuh Bryan ke kursi roda. "Loh, tante sama Bryan mau kemana?"

Iva dan Bryan kompak menengok. "Eh, Fahar sama Zanna. Mau ke ruang ICU, mau ikut?" tanya Iva. Fahar dan Zanna kompak mengangguk.

Saat sampai di depan ruang ICU, Iva bingung. Ayah Deana dan suaminya tak ada. "Sebentar ya, mau nelpon ayahnya Vero dulu."

"Halo, Pa! Ini kamu sama Reyhan kemana ya? Kok nggak ada di depan ruang ICU?" tanya Iva.

"Oh. Ini di VIP tulip." Iva mengernyit heran.

"Ngapain di situ?"

Mendengar jawaban suaminya, Iva membulatkan matanya. Sambungan telepon barusan ia tutup, dan segera mendorong Bryan ke arah berlawanan.

Fahar dan Zanna bingung dan hanya mengikuti setiap langkah kecil milik Iva. Saat ruangan dibuka, mereka berdua termasuk Bryan membulatkan matanya.

"Vero. Kamu nggak papa, kan? Ada yang sakit? Mana? Mana yang sakit?" Iva menanyai Vero dengan pertanyaan beruntunnya. Vero tersenyum kecil. Kepalanya menggeleng pelan.

"Vero nggak papa, Ma." Bryan tersenyum melihat sahabatnya sudah siuman. "Akhirnya siuman juga lu!"

Vero menolehkan kepalanya, menatap Bryan, Fahar, dan Zanna. Sudut bibirnya naik, tersenyum. Jujur dia takut jika nyawanya akan melayang pergi ke tubuh orang lain lagi.

"Ma, mau jenguk Vira nggak?" tanya Deon. Iva menatap Vero. Vero mengangguk. Iva, Deon, dan Reyhan pun keluar dari ruangan itu.

"Alhamdulillah deh kalo lu udah sadar. Gue sama Fahar ke sini juga mau ngasih buah-buahan doang. Nggak bisa lama, soalnya ada kerja kelompok. Maaf ya. Besok kalo nggak sibuk gue ke sini lagi deh. Ada salam juga dari temen sekelas."

"Waalaikumsalam. Bilangin salamnya udah gue terima ya. Makasih udah sempet jengukin. Padahal lu aja sibuk gini," tutur Vero. Zanna menggeleng pelan. Setelah menaruh buah-buahan di atas meja, ia pamit pergi.

Bryan menghela nafas. Matanya meneliti satu persatu wajah Vero. Menyipitkan matanya, menilai bahwa yang ada di hadapannya ini Vero yang sebenarnya.

"Ngapa lu?"

"Nggak papa." Bryan mengambil botol minum di atas meja dan meminumnya. "Lo Vero, kan?"

Mendengar pertanyaan tak masuk akal dari Bryan, Vero mengernyitkan dahinya. "Iya lah! Lu kira gua siapa?"

"Nggak percaya gue!"

"Mau gua buktiin?"

"Buktiin!" Vero tersenyum lebar. Badannya bergerak, membenarkan posisi duduknya. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya.

"Gimana rasanya bibir adek gue?" tanya Vero. Bryan hampir saja menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya. Matanya mengerjap berkali-kali.

Bangke! Vero lihat?

"Gimana? Rasanya asin kah atau kek ada manis-manisnya, atau kecut atau bau jigong?" tanya Vero beruntun. Bryan berdeham, sedikit menghilangkan kegugupannya. Jakunnya naik turun, meminum habis air mineral yang ada di tangannya.

Rasanya, Vero ingin tertawa melihat Bryan salah tingkah seperti ini. Ini pertama kalinya Bryan jatuh cinta sejak beberapa tahun Vero mengenal Bryan. Jadi, Vero ingin menggodanya, habis-habisan.

"Biasa aja!"

"Yang bener?" tanya Vero. Bryan tak sanggup melihat wajah milik kakak pujaan hatinya itu. Matanya berkelana, melihat sana sini. Itu lebih baik dari pada manik matanya menubruk sorot elang kedua mata milik Vero.

"Entar Vira siuman, minta lagi aja. Siapa tahu tuh kaki langsung bisa diajak main bola, kan?" Bryan melempar Vero dengan botol kosong bekas air minumnya tadi.

"Keadaan Vira sama Deana gimana?"

***

Yang udah mau baca dan vote, aku ucapkan makasih sekali lagi. Oh ya, jangan lupa mampir ke cerita aku yang satu lagi ya. Aku usung fiksi remaja di cerita satunya.

Oh iya, ada yang mau mutualan IG? Kalo ada mampir ke IG aku ya. Id IG ada di profil aku.

Bye semua⭐

Continue Reading

You'll Also Like

30.7K 1.2K 29
Seorang yang bernama reginza yang bertransmigrasi ke raga rayanza, sifatnya sama dingin, datar dan kejam, tetapi tampan. Tapi kalau orang yang dia sa...
1.2M 121K 69
Hanya tentang Alger yang bertransmigrasi ke tubuh Allen, karakter dalam novel yang pernah dibacanya just a reminder, this is not a bl story Happy rea...
193K 12.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1.9M 149K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...