Hei, nona absurd!

By Anitbee

108K 7K 849

ini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal... More

Hello, this is MaRsha NOT Masha
Aku Gavin
Marsha takut bear
Sayang Gavin
Marsha fine, Vin
Don't take my papa bear, Anna!
Abang Nathan
Si Pengacau Marsha
Go Away Anna!!!
it's papa bear jealous time
Tetangga Baru
Anna vs Keripik kentang
Anna vs Keripik Kentang pt.2
A Day with keripik kentang
What Happen
Teletubbies
School Again
Si Mungil dengan Perut Ajaibnya
Meet the twins' family
Mau Tidak??
Morning Papa Bear!!
Sweet Chocolate Cakes for Leo
Marsha lagi Belajar!!
"Gavin jangan cemburu begitu.."
Marsha juara!!
Marsha Hilang!!
Without You
The Way Back Home..
Normal but not Normal
Your King!
Not Double Date!!
Want to be...
Abang Nathan pt.2
Si Genit Marsha
Marsha Juga Perempuan...
Marsha sayang Gaby juga kok...
Devil's Gavin
The Return of Superman
Night Talks
Marsha's New Story is Begins!!
Absurd Feast by Marsha!
Gavin Kok Gitu??!
Gavin! Marsha Nangis nih?!!
Marsha, Danny dan Bubbletea
Gavin itu Punya Marsha!!!
Again
Selfish
Sorry
My Queen
Liburan Marsha...
Mine
Married Absurd Girl
Hari Pertama
Gagal Honeymoon
Serasa Honeymoon
Jadi Honeymoon!
Honeymoon ala Marsha
Honeymoon ala Marsha pt.2

Semua Gara-gara Nathan

469 37 5
By Anitbee


"Sayang?! Kita nonton upin-ipin aja yaa? Atau mau Tinkerbell? Baymax? Iron man mau? Film itu ada hantu nya lohh..."

Bujuk rayu Gavin yang berusaha menghentikan istri kesayangan nya memutar CD film pemberian Nathan. Gavin belum siap nonton film dewasa bersama istrinya. Entah ia merasa malu kepada dirinya sendiri atau kepada istri atau kepada foto keluarganya yang terpasang di dinding ruangan. Entah karena apa yang jelas, Gavin belum siap.

"Hantu apa Gavin?? Apa adek bayinya di kasih sama hantu??? Marsha gak apa kok nonton hantu, Marsha kan berani!! Asal adek bayinya cepat datang!"

Gavin meringis, apa sebegitu inginnya Marsha memiliki bayi?

Gavin bukannya tak ingin, ia hanya merasa perlu waktu. Selain untuk mempersiapkan dirinya sendiri, ia juga harus mempersiapkan istrinya. Mengurus bayi bukan hal yang mudah. Apalagi dengan istri polosnya yang bahkan tak mengerti bagaimana bayi ada.

"Marsha ingin sekali punya adek bayi??"

"IYAA!!"

"Kenapa?"

"Heumm.. kata Abang Nathan biar nanti Sheena ada temannya. Kan kasian Sheena kecil sendiri di rumah. Nanti kalau Marsha punya adek bayi kan jadi berdua adek kecilnya. Nanti Sheena sama adek bayinya Marsha bisa main sama, makan sama, mandi sama, kayak Gavin sama Marsha gitu lohh...!!"

Gavin menghela nafas pelan, kenapa lagi-lagi nama Nathan yang keluar dari mulut si kesayangan nya ini.

"Memangnya Marsha sudah siap jadi Mama? Ngurus adek bayi kita sampai besar?"

"Siap kok!! Marsha kan sudah belajar sama bunda! Bunda juga bilang nanti mau bantu Marsha ngurus adek bayi.."

"Nanti siap cebok adek bayi tiap hari? Mandiin tiap hari? Terus suapin makan, gantiin popoknya. Marsha siap??"

"SIAP!! Bunda kan udah ajarin Marsha kemarin itu sama mbak suster.."

"Dimana sayang?"

"Di rumah sakit kecil yang di depan tukang bakso loh Gavin.. Bunda ajak Marsha terus di ajarin sama mbak suster mengurus adek bayi. Tapi belajarnya pake boneka kecil loh.. Lucu bonekanya, kayak boneka Annabelle.."

Gavin mengernyit bingung, kapan bundanya mengajak Marsha pergi?? Biasanya Marsha ataupun Serena akan bercerita setelah melakukan sesuatu. Tapi kenapa cerita yang ini tidak Gavin dengar?

"Kapan kalian kesana? Kok Gavin tidak tau sayang?"

"Kemarin-kemarin itu lohh, waktu Marsha bangun lama terus Gavin pergi kerja tinggalin Marsha. Terus harusnya Marsha belajar masak, tapi kata bunda Marsha libur dulu. Terus di ajak ke rumah sakit. Kata bunda, Marsha biar diajarin jadi ibu yang pintar biar jadi istri idaman. Begituu.."

Gavin mengangguk mengerti. Ia ingat sekarang, Serena memang mengirimkan pesan kepada saat itu. Tapi Serena mengatakan jika mereka hanya jalan-jalan saja.

Gavin menarik tubuh si mungil semakin masuk ke dekapannya. Ia merasa bangga, jika Marsha ternyata sudah belajar dan siap jadi ibu untuk anak mereka nanti.

Rasanya Gavin tak sabar, memiliki anak di dalam keluarga kecil mereka pasti akan sangat membahagiakan untuknya dan untuk Marsha.

***
Hari sudah menjelang sore, Gavin berencana mengajak Marsha untuk berkeliling. Hitung-hitung mengisi perut karet Marsha yang mungkin rindu jajanan.

"Sudah siap sayang?"

"Sudah!! Ayo pergi Gavin.. Marsha udah enggak sabar.."

"Hem? Gak sabar ngapain sayang?"

"Gak sabar punya adek bayi!!!"

"Loh? Kok adek bayi lagi? Kita mau cari makan loh ini.."

"Iyaa, kan Marsha mau makan banyak jadi nanti adek bayinya cepat besar di perut Marsha! Hihi.. adek bayi cepat besar yaa..."

Gavin menghela nafas pelan, terlalu malas menyela kehaluan istrinya.

Gavin mengandeng tangan mungil Marsha untuk keluar dari rumah dan berangkat berburu makanan.

Tak lama kemudian, keduanya sampai di pasar tradisional yang biasa mereka kunjungi untuk berburu makanan.

Marsha memekik kegirangan begitu turun dari mobil dan melihat jajaran penjaja makanan di depannya.

Tanpa menunggu suaminya, Marsha segera berlari menghampiri salah satu penjual.

"Sayang!"

Marsha menoleh mendengar panggilan Gavin. Si mungil itu pun tersenyum lebar dan melambaikan tangannya, menyuruh Gavin mendekat.

"Hei, kok gak nunggu Gavin?" Tanya Gavin sembari menarik pinggang Marsha mendekat kepadanya.

"Hihii.. Marsha senang Gavin!! Marsha tidak sabar mau makan, jadi Marsha lari. Tahu gorengnya juga panggil-panggil Marsha, gak sabar mau masuk perut Marsha, hehee.."

Bibir Gavin pun ikut tersenyum melihat cengiran lucu Marsha. Mencubit pelan pipi si mungil karena terlalu gemas, meski harus menerima protesan Marsha.

Setelah menerima beberapa buah gorengan pesanannya, Marsha menarik suaminya untuk berjalan ke penjual lainnya.

Gavin dengan pasrah saja mengikuti langkah istrinya. Sembari menyuapi Marsha dengan makanan-makanan yang baru mereka beli.

Marsha asyik mengunyah sembari memegang erat dompet Gavin, takut dompet berharga itu jatuh atau dicopet. Marsha kan belum puas beli makanannya!

"Gavin Marsha mau makan rujak!!"

Gavin menurut begitu Marsha menariknya ke arah penjual rujak. Tapi beberapa langkah hampir sampai, si mungil malah berhenti mendadak.

"Kenapa sayang?"

"Marsha baru ingat Gavin!!"

"Ingat apa?"

"Marsha gak boleh makan rujak apalagi yang ada nanasnya!!"

"Kenapa? Kamu kan gak alergi buah sayang?"

"Kata Abang Nathan kalau makan nanas nanti adek bayinya gak mau besar loh..."

Kening Gavin berkerut, ini kenapa Nathan lagi? Sebenarnya sudah seberapa banyak yang mereka obrolin?

"Gak apa sayang, kan makan rujak nya sekali-sekali. Kalau banyak-banyak baru gak boleh.. kamu pesan aja sana.."

Biar saja lah, Gavin ikut berhalu biar pembahasan ini tidak terlalu panjang.

"Benar Gavin?? Adek bayinya nanti baik-baik aja, mau besar nanti??"

Gavin mengangguk meyakinkan istrinya. Dan tak menunggu lama, Marsha berlari riang memesan rujaknya.

Hampir satu jam mereka berkeliling di pasar. Bukan hanya makanan yang mereka beli, tapi ada baju juga, sepatu dan beberapa aksesoris lainnya. Pokoknya setiap Marsha melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, langsung di bungkus.

Marsha juga sudah menghabiskan setengah makanan yang mereka beli sembari berjalan tadi. Kini hanya tinggal beberapa lagi dan kini keduanya sedang duduk di meja penjual bakso untuk beristirahat.

Marsha sedang mengunyah kue basah khas jajanan pasar dan Gavin asyik mengusap keringat di wajah Marsha dengan tissue yang dibawanya tadi.

"Gavin! Marsha masih kesel sama bapak penjual tas tadi!!"

"Hem?! Kenapa lagi sih? Kan udah dikasih diskon?"

"Tapi diskon cuma 5 ribu!! Bunda kalau belanja di pasar pasti diskonnya banyak!! Bisa setengah harga begitu, kenapa Marsha gak dikasih diskon banyak juga!!"

Gavin terkekeh pelan, mengingat perdebatan Marsha tadi dengan penjual tas. Marsha dengan otak jeniusnya menawar harga tas jauh dari harga yang penjual sebutkan.

Katanya mau belajar jadi kayak Bunda yang pintar menawar. Tapi sayangnya Marsha terlalu jenius menawar sampai penjualnya hampir mengamuk tadi. Gimana gak ngamuk, tas seharga 150 ribu dan Marsha menawarnya dengan harga 30 ribu.

Marsha dan penjual tasnya berdebat lama, apalagi dengan kata-kata ajaib Marsha yang membuat penjual semakin kesal. Untung saja Gavin cepat menyelipkan uang kepada penjual tas dan membawa Marsha dari sana.

"Ughh, Marsha mau marah, mau benci sama bapaknya! Tapi gak boleh, huhu.."

"Gak boleh benci sama orang ah sayang.."

"Iyaa, Marsha gak jadi bencinya Gavin!! Tadi mau aja, sekarang gak jadi.. Kata Abang Nathan, kalau adek bayi masih di perut gak boleh benci sama orang lain. Nanti adek bayinya jadi mirip sama yang dibenci itu.. Hiiii... Marsha gak mau punya adek bayi tapi nanti mirip bapak penjual tas!! Masa nanti adek bayinya berkumis terus tua kayak bapak-bapak??! Pokoknya gak mau punya adek bayi bapak-bapak!!!"

Gavin hanya bisa menggaruk keningnya bingung sekaligus malu. Karena beberapa pengunjung warung bakso itu melihat ke arah mereka. Mungkin mereka ikut bingung membayangkan bayi berwajah bapak-bapak berkumis.

Setelah cukup beristirahat dan Marsha yang menghabiskan semangkuk bakso ditambah setengah mangkuk mie ayam milik Gavin, kedua bersiap untuk pulang.

Marsha berjalan sembari mengusap perutnya yang sudah membuncit akibat kekenyangan. Matanya masih asik melihat-lihat sekitar. Mengabaikan Gavin yang lumayan kesusahan membawa kantong belanjaannya sambil menggandeng tangan si mungil.

"Gaviiinn!!!!"

"Astaga sayang... Gak usah teriak, Gavin di samping kamu ini lohh"

"Hehe, maafin Marsha cantik yaa.."

"Iya, kenapa tadi sayang?"

"Gavin!!"

"Hem?"

"Ayo beli daster!! Kata Abang Nathan, kalau ada adek bayi di perut harus pake daster. Biar nanti adek bayinya gak sesak! Atau beli kipas angin kecil aja deh, biar nanti Marsha kipasin perut Marsha biar adek bayinya gak gerah juga.."

Gavin menarik cepat tangan Marsha, sebelum istri mungilnya itu meminta banyak hal yang aneh-aneh dan selalu menyebut nama Nathan dan adek bayi halu nya.

Sabar Gavin.

Ingatkan Gavin untuk menjauhkan Marsha dari abangnya nanti. Ini semua Gara-gara Nathan yang mengotori otak suci istri kesayangannya.

***
Matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat dan Gavin baru saja menghentikan mobilnya di depan rumah mereka. Menoleh ke samping dan menemukan wajah damai istrinya yang sedang tertidur.

Setelah lelah mengoceh, Marsha tertidur begitu saja tadi. Perut kenyang ditambah alunan suara Tulus membuat Marsha cepat mengantuk.

Gavin mengendong Marsha dengan perlahan, takut membangunkan si putri tidur.

"Ga..vinhh.."

"Ssstt, tidur sayang.."

"enngg..~~"

Gavin menepuk punggung Marsha perlahan.

"Gavhiin.. ayo buat adek bayi...~"

"Gavin!! Gak boleh tidur!! Ayo buat adek bayi dulu lohh....!!!"

Gavin terlonjak kaget begitu Marsha tiba-tiba terbangun dan berteriak semangat.

"Astagaa sayang pelan dong, kalau kamu jatuh gimana hm?"

"Maaf Gavin.. Tapi jangan tidur dulu! Kata Abang Nathan kalau malam itu gak boleh tidur cepat, buat adek bayi dulu baru tidur Gaviiiinnn..!"

Gavin menghela nafasnya, mulai kesal mendengar nama abang nya disebut lagi.

"Kita buat adek bayinya besok aja ya sayang? Sekarang tidur dulu.."

"Nanti adek bayinya gak marah kalau gak di buat sekarang?"

Gavin menggelengkan kepalanya.

"Tapi nanti kalau adek bayinya jadi lama datang bagaimana Gavin?"

"Gak akan sayang, adek bayi bukan datang darimana atau di buat saat kapan. Adek bayi itu pemberian Tuhan, kalau Tuhan sudah mempercayai kita sebagai orangtua. Pasti nanti Tuhan kasih adek bayinya..."

"Tuhan kasih adek bayi? Jadi nanti Marsha ketemu Tuhan?"

"Bukan begitu sayangku.. Nanti adek bayinya di titipkan di perut kamu. Tuhan kan luar biasa, jadi nanti diam-diam bisa titipkan adek bayi di perut kamu..."

"Oohh, dititipkan waktu masih kecil ya Gavin? Kayak kacang di perut kak Nadine dulu?"

"Iyaa, nanti kalau Tuhan sudah titipkan berarti tugas kita untuk merawat dan menjaganya sayang.."

"Jadi mulai sekarang gak usah didengarin kata Abang Nathan soal adek bayi yaa? Adek bayi itu pemberian Tuhan, jadi kita hanya perlu berdoa banyak-banyak sama Tuhan biar cepat di kasih adek bayi. Setuju sayang?"

Marsha menganggukkan kepalanya semangat. Hatinya sudah tak sabar menunggu kapan Tuhan menitipkan kacang di perutnya.

"Tapi Gavin, kata Abang Nathan harus bercinta dulu baru ada adek bayi. Bercinta itu bagaimana Gavin?"

"Nathan sialan"

****

Lama yaaaa?? Mianhe...🙆🏼‍♀️

Terimakasih sudah membaca yaaaa...

Jangan lupa di koment people...
Di vote jugaaa 🙆🏼‍♀️🙆🏼‍♀️

See yuuuuu





Continue Reading

You'll Also Like

642K 43.6K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
3.6M 189K 49
Alena selina abraham gadis nakal yang setiap harinya selalu membuat orang tuanya gemas dengan kelakuannya. Wanita imut nan manis yang selalu ikut bal...
96K 2.4K 52
Kehidupan seorang Queensha Falery Zavandra yang awalnya dikelilingi kemewahan, harus berakhir kala dirinya dikirim ke luar kota seorang diri untuk be...
1.3M 74.9K 63
Laki laki kejam yang menemukan sepasang bayi di balik pohon, membuatnya terpaksa mengurus ke 2 bayi itu. Alaska Falerian ketua xavir geng terbesar, m...