MAXI

By zaverly83

69.7K 6.9K 975

Maxi seorang badboy idola kampus yang sedang berjuang menyelesaikan pendidikan Postgraduate nya, diminta untu... More

Cloudy Purnama Hasan
Sparkle Maximilliano Alfonso
pertemuan awal
Spanish
Universitat de Barcelona
kesal
akhir pekan
awal
janji
kencan
amarah
rindu
nenek
cemburu
senyum
maaf
weekend
fashionable
Diam
Foolishness
Awkward
again
Jealous
Not Now
Decision
Kepergian
Jauh
Bertahan
Jatuh
Bangun
Cloudy
aneh
Kembali
awal baru
Bingung
pulang
pudar
Kecewa
Maaf
Pengampunan
Bandara
percaya
Kegilaan
pertahanan
kiss
Janji
The Wedding
First for Everything
rencana
Barcelona
Tak biasa
Resepsi

Decision (2)

869 110 8
By zaverly83

"Kau tidak kasihan padanya?" Tanya Cloudy lagi.

"Bagaimana jika kau saja yang memutuskan? Aku harus kembali kesana atau masuk ke apartmentmu?" Maxi balik bertanya sungguh membuat sulit pikiran Cloudy.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Maxi menatap pada Cloudy, menunggu pilihan Cloudy. Cloudy pun menghela napas panjang dan berat.

"Aku takut dia bunuh diri di dalam apartmentmu. Bagaimana jika kita antar dia pulang ke rumahnya saja? Setidaknya jika dia berbuat hal menakutkan tidak di tempatmu. Bagaimana menurutmu?" Ucap Cloudy.

"Menurutku sebaiknya kita masuk ke tempatmu dan biarkan saja dia berbuat semaunya, andai dia bunuh diri sekalipun itu justru bagus, karena dia tidak akan mengganggu kita lagi." Sahut Maxi.

"Dasar gila! Dia pasti akan menghantuimu selamanya." Ucap Cloudy.

Tak lama mereka berdua melihat Claire keluar dari apartment Maxi dengan membawa tasnya. Claire membanting pintu apartment Maxi dengan kasar dan langsung melangkah pergi, tanpa sadar bahwa ada dua orang yang melihatnya dari belakangnya.

"Kasus selesai! Sekarang ada yang harus aku bicarakan denganmu berdua!" Ucap Maxi lalu mereka pun masuk ke dalam apartment Cloudy.

Maxi duduk di sofa, sedangkan Cloudy mengambilkan minuman bagi mereka berdua.

"Minumlah!" Ucap Cloudy.

"Terima kasih." Sahut Maxi lalu meminum air.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Cloudy.

"Aku merindukanmu." Ucap Maxi tersenyum, spontan Cloudy pun jengah.

"Ada apa Maxi?" Tanya Cloudy lagi.

"Apa kau tidak merindukanku?" Tanya Maxi balik.

"Ada apa Maxi?" Cloudy kembali bertanya.

"Jawablah, apa kau merindukan aku?" Tanya Maxi lagi.

"Iya aku merindukanmu, kemana saja kau tidak mengirim kabar apapun? Aku tidak percaya kalau kau merindukan aku!" Sahut Cloudy kesal.

"Kau juga tidak menghubungiku, aku juga tidak percaya kalau kau merindukan aku! Pasti kau selalu sibuk dengan Benny, sampai melupakan aku!" Ucap Maxi juga kesal.

"Astaga! Bicara denganmu benar-benar membuatku lelah!" Keluh Cloudy.

"Ada apa sebenarnya?! Kau ingin membicarakan apa?!" Tanya Cloudy penasaran.

"Kau tahu kan kalau aku mahasiswa unggulan di fakultas kita dan di angkatanku?" Tanya Maxi dan Cloudy mengangguk setuju.

"Aku mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di pertambangan minyak di China selama dua tahun. Saat ini kilang minyak yang ada di China terus berkembang, maka itulah mereka membutuhkan beberapa penelitian dan bekerjasama dengan beberapa kampus besar." Ucap Maxi lagi dan Cloudy masih diam mendengarkan saja, karena dia belum paham apa maksud cerita Maxi itu.

"Tapi bukan hanya aku saja yang mendapat kesempatan itu, tapi Claire juga mendapatkan kesempatan yang sama. Entah Claire sudah mengetahui hal ini atau belum, karena aku juga baru diberitahu sore tadi saat aku baru saja mendarat dan tiba di kampus." Lanjut Maxi, Cloudy mulai menghela napas panjang, terus mencoba bersabar.

"Cloudy, bagaimana menurutmu? Apakah aku harus mengambil kesempatan ini?" Tanya Maxi.

"Kalian hanya berdua saja yang dikirim oleh kampus?" Tanya Cloudy dan Maxi mengangguk.

"Aku lapar, aku tidak bisa berpikir jika sedang lapar." Ucap Cloudy dan berdiri melangkah ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Maxi pun menunggu dengan tenang di meja makan, hingga mereka selesai makan, Maxi tetap tenang menunggu jawaban Cloudy.

"Aku mengantuk, kau tidurlah di sofa, tempatmu pasti sangat berantakan." Ucap Cloudy setelah selesai membersihkan segalanya.

"Cloudy..." Panggil Maxi mencegah langkah Cloudy yang hendak menuju kamar.

"Maxi, please... aku sangat lelah dan mengantuk." Sahut Cloudy sengaja menghindari pembicaraan tentang kepergian Maxi.

"Cloudy, Please... Aku akan mendengarkan apapun pendapatmu." Ucap Maxi dan akhirnya Cloudy kembali duduk di kursi makan, di samping Maxi.

"Apa yang harus kukatakan? Pendapatku sebagai siapa yang kau ingin dengar?" Tanya Cloudy

"Pendapatmu sebagai calon istriku." Sahut Maxi dan Cloudy langsung menoleh menatap Maxi.

"Ya, aku tahu kau masih belum setuju tentang perjodohan kita ini, tapi sungguh aku hanya akan menikah denganmu, kapanpun itu aku akan selalu menunggumu siap menerima aku sebagai suamimu." Lanjut Maxi melihat tatapan berkerut dari Cloudy.

"Aku ingin berkata jangan pergi, tapi..."

"Aku tak akan pergi." Sela Maxi tegas pada kalimat Cloudy.

"Kau ini ingin mendengar pendapatku atau tidak?!" Kesal Cloudy.

"Kau tidak ingin aku pergi, jadi aku tak akan pergi. Simple!" Sahut Maxi.

"Astaga! Benar-benar gila dan percuma bicara denganmu!" Omel Cloudy sangat kesal lalu kembali berdiri sambil menghentakkan kaki.

Crep.

Maxi langsung mencekal pergelangan tangan Cloudy, menghentikan langkahnya, lalu dia pun ikut berdiri dan membuat posisi mereka kini berhadapan dengan sangat dekat.

"Terima kasih, aku sungguh senang kau menjagaku dari Claire." Ucap Maxi setengah berbisik dengan lembut.

"Bukan itu maksudku!" Omel Cloudy lagi.

"Lalu?" Tanya Maxi.

"Kau tak perlu mengambil kesempatan itu, karena tanpa kesempatan itupun kau sudah memiliki masa depan yang sangat baik, biarkanlah orang lain yang mendapat kesempatan itu. Tapi kalau kau ingin memiliki pengalaman yang lain dan membuka mata terhadap dunia di luar sana, silahkan saja kau berangkat." Sahut Cloudy dan mengecewakan hati Maxi.

Maxi tidak menyerah, dia terus menatap ke mata Cloudy, mencari tahu yang sebenarnya. Maxi tahu tatapan dan sikap Cloudy sedang menutupi sesuatu. Cloudy tidak akan bersikap menghindarinya sejak tadi jika memang alasannya semudah yang dia katakan barusan.

"Are you sure?" Tanya Maxi lagi tetap dengan lembut, Cloudy kini sudah tak berani menatap Maxi.

"Apa yang kau harapkan?" Cloudy balik bertanya namun tidak menatap ke mata Maxi, dia terus sekuat tenaga menutupi hati dan jantungnya yang sedang tidak karuan.

"Kau tak masalah aku bersama Claire selama dua tahun di sana?" Tanya Maxi.

"Kau sudah sering bersama Claire, apa bedanya disana atau disini?" Sahut Cloudy menunduk, karena kini airmatanya mulai mengambang ingin mengalir keluar.

Maxi tersenyum dan langsung memeluk tubuh Cloudy dengan erat, Cloudy sempat meronta ingin dilepaskan, namun pada akhirnya dia menyerah dalam pelukan Maxi. Airmatanya kini sudah deras mengalir di pipinya. Kedua tangannya sangat kencang menggenggam kaos Maxi, menahan semua emosi labil dalam dirinya sendiri.

"Kau tak perlu berbohong, karena kau sangat tak pandai berbohong." Ucap Maxi lembut.

"Aku takut hiks...hiks.. Aku takut Maxi." Tangis Cloudy.

"Kau takut kalau aku tidak akan kembali lagi seperti Maximus?" Tanya Maxi lembut membelai rambut Cloudy dalam pelukannya.

Cloudy pun menganggukkan kepalanya lalu Maxi menarik dirinya sedikit melepaskan pelukannya. Maxi meraih dagu Cloudy dan mengangkat wajah sembab Cloudy lalu tersenyum.

"Aku berjanji padamu, kemanapun aku pergi, aku pastikan aku selalu kembali padamu. Tak peduli dimanapun kau berada dan kemanapun aku pergi, aku pasti selalu kembali padamu." Ucap Maxi.

Cloudy pun menatap dalam ke mata Maxi dan dia mendadak kesulitan menelan salivanya sendiri, saat jari-jari Maxi mulai berpindah dari dagu dan menyusup di bawah rambutnya ke belakang tengkuk.

Wajah Maxi semakin mendekat pada wajah Cloudy, lalu menghisap lembut bibir Cloudy. Cloudy membeku, dia diam dan menatap ke mata Maxi yang telah terpejam itu. Cloudy merasa lidah Maxi berusaha untuk membuka kedua bibirnya yang tertangkap rapat dan diam.

Setelah sekian detik tak ada balasan apapun dari bibir Cloudy terhadap bibirnya, akhirnya Maxi melepaskan bibirnya namun wajahnya tidak menjauh.

"Demi Tuhan, ciumlah aku Cloudy. Aku sungguh membutuhkannya, Cobalah untuk menggerakkan bibirmu, membalas ciumanku." Bisik Maxi di hadapan wajah Cloudy.

Jantung Cloudy semakin menderu cepat, menuntut napasnya untuk memburu oksigen dengan cepat juga. Cloudy lalu hanya memejamkan matanya saat Maxi kembali menghisap bibirnya. Cloudy perlahan membuka mulutnya, memberi akses bagi lidah Maxi untuk menjelajahi seluruh isi mulutnya dan bermain dengan lidahnya. Entah sadar atau tidak, perlahan bibir Cloudy mulai bergerak mengikuti dan membalas bibir Maxi terhadap bibirnya.

Tak lama, Maxi pun kembali melepaskan ciumannya dan membuat Cloudy sangat limbung, seolah belum siap untuk dilepaskan. Cloudy menatap ke wajah Maxi.

Pria itu tersenyum padanya.
"Terima kasih." Ucap Maxi sangat lembut.

Cloudy tak tahu harus memberi respon apa, karena segala dalam dirinya seolah belum rela melepaskan pria itu.

"Kapan kalian akan berangkat?" Tanya Cloudy pada akhirnya.

"Minggu depan." Sahut Maxi.

"Bagaimana dengan orang tuamu?" Tanya Cloudy.

"Aku sudah langsung menghubungi mereka saat perjalanan kemari. Mereka menyerahkannya padamu." Sahut Maxi.

"Padaku?! Mengapa?" Tanya Cloudy bingung.

"Karena kau calon istriku, dan aku akan pergi dengan mantan kekasihku. Jadi mereka menyerahkannya padamu." Sahut Maxi tersenyum.

Tangan Maxi masih saja bertahan di tengkuk Cloudy dan mengusap pipi Cloudy dengan ibu jarinya.

"Boleh aku mengantarmu sampai ke bandara, saat kau berangkat Minggu depan nanti?" Tanya Cloudy.

"Tentu saja kau harus mengantarkan aku, dan kau juga harus memberikan ciuman perpisahan padaku sebelum aku masuk ke pesawat." Sahut Maxi dengan antusias.

"Kenapa harus ciuman perpisahan? Bukankah kau berjanji akan selalu kembali?" Tanya Cloudy kembali murung.

"Astaga! Maafkan aku, maksudku... kau harus memberikan ciuman panjangmu padaku." Sahut Maxi.

"Berhati-hatilah selama disana, aku tak akan merelakan kematianmu sampai kapanpun jika kau tidak menepati janjimu!" Ancam Cloudy.

Maxi tak menjawab apapun, dia hanya tersenyum dan kembali mencium bibir Cloudy, meski Cloudy masih sangat sedikit melakukan pergerakan bibirnya.

"Te Amo." Bisik Maxi dekat telinga Cloudy.

Cloudy hanya diam tanpa kata, namun dia tersenyum lebar.

"Sebaiknya kau segera masuk ke kamarmu, sebelum aku yang membawamu masuk ke dalam sana dan tak akan membiarkanmu tidur sepanjang malam." Bisik Maxi dan segera membuat Cloudy mundur, mendorong tubuh Maxi menjauh darinya.

"Jangan berani berpikir macam-macam lebih dari sebuah ciuman!" Omel Cloudy dan Maxi pun terkekeh.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Walah Maxi 👍👍👍👍

Continue Reading

You'll Also Like

381K 56.7K 37
[Haikyuu!Inarizaki x reverse harem!reader] SEDANG DI REVISI!!! Genre: Comedy, Reverse harem, Drama, Romance, Slice of life, Isekai, School, Game. Seo...
98.2K 7.1K 15
Tentang ara yang di titipkan ke keluarga chika karna bunda shani dan ayah gracio ingin pergi keluar negeri
8.2K 1K 13
Bagaimana jika grup idol, IDOLiSH7 terpaksa menjalankan survival game? Bagaimana cara agar grup idol selamat dari manor yang sangat menyeramkan itu? ...
1.7M 42.9K 34
TAMAT Part di private, Follow agar bisa membaca. 21+! Genre : erotika Keinarra Minami gadis Jepang yang pergi ke London membawa sakit hati dikhianati...