NA DAY'S | Na Jaemin [END]

By mtaadnidp_

104K 9K 399

❝Untukmu yang selalu bersamaku, tapi maaf❞ ‟Selamat jalan Na, semoga bahagia di sana" ❝Na Jaemin, seorang lak... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
Epilog

37

2.6K 222 22
By mtaadnidp_

Duduk bersila di atas karpet tangannya sibuk bergerak-gerak menyiapkan sesuatu. Sudah pukul sebelas malam tapi Yera masih sibuk sendiri padahal sudah berjam-jam sejak ia pulang dari mall bersama Doyoung. Rupanya tadi Yera mengajak Doyoung untuk menemaninya ke mall membeli sesuatu yang memang harus ia beli.

Yera tengah menyiapkan sesuatu untuk ia berikan pada Jaemin sebagai hadiah ulang tahun, mengingat tinggal dua hari jadi Yera menyiapkan dari sekarang.

"Hemm apa lagi ya kayak ada yang kurang," gumamnya berbicara pada dirinya sendiri.

Sedikit lama berfikir kemudian tak lama ia teringat sesuatu lalu mengambil selembar kertas origami dari meja belajarnya.

Sudah lima belas menit gadis itu terus mengganti kertas, menulis lalu mencoret kembali tulisannya hingga membuat beberapa kertas berserakan di sekitarnya.

Yera menghela nafas panjang lalu memijit pangkal hidungnya tampak pusing memikirkan apa yang akan ia tulis pada kertas yang akan ia berikan pada Jaemin nantinya.

Menghela nafas untuk kesekian kali Yera kembali menulis, kini terlihat lebih serius. Tak butuh waktu lama akhirnya ia telah menyelesaikan tulisannya dan akhirnya ia dapat bernafas lega.

Ceklek

"Lo kok belom tidur?"

Doyoung yang datang untuk mengambil charger pun menyeringit melihat adiknya yang belum tidur, padahal biasanya mah jam segini dia sudah berada di alam mimpi.

''Ngapain?" Tanya Yera ketika melihat tubuh tinggi abangnya berdiri di depan pintu.

"Mau ambil charger, lo sendiri ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain, ya udah sana ambil tapi jangan lupa lu balikin."

"Jadi tadi di mall lu beli begituan," ujar Doyoung sambil berjalan kearah meja belajar mengambil benda yang membawanya kemari.

"Ketemu nggak lama bener ngambil gitu aja."

"Dimana nggak ada."

"Di atas kamus ada nggak," ujarnya sambil mejunjuk kamusnya.

"Nggak ad- eh iya ada deng."

"Ya udah sana keluar, gue mau bobo."

"Hilih," seru Doyoung sebelum menghilang di balik pintu.

Yera memutar bola matanya lalu mengemasi barang-barang yang berserakan di sekelilingnya.
Kemudian menaruh kotak berwarna abu-abu itu di laci, rasanya tak sabar Yera ingin memberikan hadiah itu untuk Jaemin, ya walaupun harganya tak seberapa yang terpenting ia tulus memberikan itu dari hatinya.

Lalu tiba-tiba handphonenya yang ia letakkan di meja bergetar begitu ada satu panggilan masuk.

Yera melihat nama si penelpon lalu alisnya menyatu begitu tau siapa yang meneleponnya apalagi tengah malam begini.

Tertera nama Kang Minhee sebagai si penelpon, Yera tak berniat untuk mengangkat karena pasti Minhee hanya iseng mengerjainya. Namun berkali-kali handphonenya bergetar membuat Yera mau tak mau mengangkat panggilan itu.

"Halo, apa sih malem-malem nelpon gabut bang---"

"Jaemin kecelakaan"

Satu kalimat yang membuat tubuh Yera bergetar ketika mendengarnya.


Donghae serta Irene berlarian di koridor rumah sakit begitu mendengar kabar putranya kecelakaan.

Dia sangat khawatir hingga langsung meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi putranya.

Brak

Di bukanya pintu bercat putih itu dengan kencang dan terlihatlah Taeyong yang terduduk di bangsal rumah sakit, dan jangan lupakan Jaehyun yang sedari tadi menunggunya.

"Papa, mama," Taeyong langsung memusatkan pandangannya pada dua orang yang baru saja memasuki ruang rawatnya itu.

"Taeyong," Irene langsung berlari menghampiri putranya lalu memeluknya memperhatikan setiap inci tubuh putranya.

"Taeyong mana yang sakit nak?" Tanya Irene yang terlihat begitu khawatir.

"Ng-nggak ada kok ma," jawab Taeyong.

"Kamu tau kita itu khawatir sama kamu," tambah Donghae.

"I-iya maaf pa."

"Kamu tenang aja ya abis ini mama bakal jagain kamu dirumah," ujar Irene masih tak lepas memeluk Taeyong.

"Iya ma, tapi sebenernya Taeyong nggak kenapa-napa cuma tangan doang yang sakit."

Lalu semuanya menoleh pada tangan kiri Taeyong yang di pasang alat berupa gips.

"A-aww," Taeyong meringis kesakitan lantaran Donghae menarik lengannya.

"Ini kenapa? Gimana bisa tangan kamu yang kena. Bentar lagi kamu mau masuk universitas, kamu mau kuliah tangannya kayak gini?"

"Pa udah kasian Taeyong," lerai Irene saat melihat Taeyong cukup kesakitan.

"Jae kamu sebagai kakak coba jelasin sama papa kenapa Taeyong bisa sampe kayak gini," Donghae beralih menatap Jaehyun dan menuntut jawaban.

"Ee Taeyong kecelakaan gara-gara..."

"Jaemin."

Tidak, bukan Taeyong yang menyela melainkan Irene.


~~~


Duduk dan bersandar di bangsal rumah sakit Jaemin memandang langit-langit ruangan rawatnya.
Meski sempat pingsan saat kejadian namun setengah jam yang lalu ia sudah sadar, dan syukurlah meski dokter bilang lukanya sedikit parah karena harus mendapat beberapa jahitan di kening dan bengkak di area mata sebelah kiri akibat benturan yang cukup kuat juga masih ada beberapa luka kecil lainnya.

Tapi syukurlah dokter bilang lukanya tidak akan lama dan bisa sembuh secepatnya.

Jaemin tersenyum hambar menatap langit-langit yang serasa tinggi baginya. Dia mendengar semua perbincangan dari ruang sebelah yang tak lain adalah ruang rawat kakaknya.

Jaemin merasa sedih di saat seperti ini orang tuanya bahkan masih tak perduli padanya, bahkan bisa dibilang kalau kondisinya lebih parah ketimbang Taeyong yang patah tangan.

Dia mendengar semua apa yang orang-orang katakan di ruang sebelah, Jaemin ingin menangis saja rasanya.

Sejujurnya di saat-saat seperti ini yang Jaemin inginkan adalah orang tuanya yang setidaknya sedikit saja menaruh perhatian padanya.

BRAKK!!

"DASAR ANAK SIALAN KAU!!"

BUAGK!

Jaemin terkejut setengah mati ketika Donghae tiba-tiba membuka pintu ruangannya dan langsung meninju rahangnya.

"Pa-papa," ujarnya pelan karena pipinya yang terasa kebas.

Jaemin mengernyit kebingungan ia menatap kedua sorot mata papanya yang memancarkan aura kemarahan sedangkan Jaemin sendiri tidak tahu apa yang membuat papanya bisa semarah ini.

"Bodoh! kamu tau apa yang baru aja kamu lakuin."

"Tangan Taeyong PATAH!!

Jaemin terkejut bukan main, pasalnya dirinya sendiri tidak tahu bagaimana keadaan kakaknya, namun setelah mendengar kabar mengenai kakaknya barusan ada rasa bersalah yang timbul di hatinya karena ia tidak bisa menolong kakaknya.

"Ta-tangan Taeyong hyung patah," gumamnya cukup pelan hingga nyaris tak terdengar.

"Taeyong begitu karena kamu, kamu tau sebentar lagi dia bakal masuk universitas dan kamu malah nyelakain dia."

"Kamu pasti sengaja kan, karena kamu iri sama kakakmu sendiri."

"Kenapa harus Taeyong yang menerima keadaan kayak gitu kenapa nggak kamu aja. Atau bila perlu sekalian aja kamu yang mati," Donghae meluapkan seluruh amarahnya, ia sungguh keki pada Jaemin.

Jaemin hendak meneteskan air matanya namun sebisa mungkin ia menahannya. Sungguh ia tak kuasa saat mendengar semua tuduhan itu keluar dari mulut sang papa yang sangat ia puja dan hormati,

Jaemin berfikir keras atas apa yang papanya katakan 'kamu malah nyelakain dia' apa maksud dari kalimat itu, bukankah dirinya yang menyelamatkan kakaknya. Andai saja dirinya tidak mendorong tubuh Taeyong mungkin keadaannya tidak akan seperti ini karena Taeyong pasti akan mendapat luka lebih parah dibanding hanya patah tulang. Dan 'bila perlu sekalian aja kamu yang mati' sungguh sebenarnya Jaemin sudah biasa dengan kalimat ini namun kali ini rasanya berbeda.

"LIAT AJA BRENGSEK KALO SAMPAI TERJADI APA-APA SAMA TAEYONG KAMU BAKAL TAU AKIBATNYA!"

Seharusnya Donghae tidak perlu berkata seperti itu karena tidak akan terjadi hal buruk apapun pada Taeyong.

Donghae yang sudah sangat keki dengan Jaemin, lantas ia hendak melayangkan satu tinjuan untuk Jaemin namun itu semua tidak terjadi karena tangannya yang di tahan.

"Papa udah pa jangan," Jaehyun mencekal lengan Donghae yang hendak meninju Jaemin.

"Ini rumah sakit pa, kasian orang lain pasti bakal keganggu pa."

Donghae melirik Jaehyun sebentar lalu berlalu keluar.

Sama halnya dengan Donghae Jaehyun melirik Jaemin sekilas lalu keluar dari ruangan itu.

~~~

"Nana."

Jaemin menoleh ke arah sumber suara dan di dapatinnya seorang gadis yang berdiri di ambang pintu.

"Yera," gumamnya.

Jaemin memperhatikan Yera yang mulai mendekat ke arahnya yang tak lama di susul Minhee di belakangnya.

Lalu cukup lama kedua saling pandang hingga Minhee menyadarkan keduanya.

"Eh Jaem gue keluar dulu ya pen cari minum, lagian kek nya lo berdua butuh waktu buat ngobrol," ujar Minhee lalu keluar dari ruangan Jaemin.

Setelah memandang punggung Minhee yang sudah lenyap di balik pintu, kini atensinya beralih pada gadis yang masih setia berdiri dan memandanginya.

"Yera," panggil Jaemin.

"Na, kok kamu bisa kayak gini"

"Duduk dulu," suruh Jaemin lalu menunjuk kursi yang berada di samping bangsalnya dengan dagu.

Yera menurut dengan apa yang Jaemin katakan lalu menatap Jaemin khawatir.

"Kamu gimana keadaannya?" Tanya Yera memulai pembicaraan.

"Ya gini tidak kenapa-napa," jawabnya disertai senyuman.

"Kok bisa gini sih kamu nggak hati-hati pasti.''

Bukannya menjawab Jaemin malah terkekeh.

"Kenapa sih," tanya Yera heran.

"Tidak," jawabnya singkat.

"Jadi gimana ceritanya, liat deh ini sampek ka..."

"Akhh,"

Jaemin tersentak saat tangan Yera mengenai lukanya di bagian bawah mata.

"Maaf-maaf."

Jaemin malah terkekeh, "tidak apa-apa."

"Pasti sakit ya." Pertanyaan yang bodoh tanpa di tanya pun seharusnya Yera tau kalau itu sakit.

"Tidak begitu sakit, luka seperti ini sudah biasa dan tidak ada apa-apanya."

Yera berdecak bisa-bisanya Jaemin bilang tidak ada apa-apanya dasar sok kuat.

Sudah hampir satu jam Yera berada di ruangan rawat Jaemin, mereka terlalu banyak mengobrol hingga tak sadar jika jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Bahkan mereka juga tidak tau kemana perginya Kang Minhee karena sejak tadi dia tak kunjung kembali, padahal bilangnya hanya beli minum.

"Yera," Jaemin menyenggol lengan Yera karena gadis itu hampir saja ketiduran.

"Eh ya, ada yang sakit?" Tanya Yera begitu kesadarannya belum terkumpul semua.

"Kamu harus pulang."

"Kok di usir," Yera mempoutkan bibirnya.

"Tidak, bukannya mengusir tapi lihat sekarang sudah sangat larut, lagipula bukannya besok kamu masih harus sekolah."

"Tapi aku masih mau disini, lagian kalo aku pulang nanti siapa yang jagain kamu."

Tangan Jaemin yang semula diam kini beranjak mengusap kepala Yera, "aku bisa sendiri tenang saja, lagipula masih ada Kang Minhee."

Ah benar, Yera hampir saja melupakan manusia itu.

"Emang bisa aku percayain ke dia buat jagain kamu," ekspresi wajah Yera yang tampak meragukan usulan Jaemin.

"Bisa tenang saja," Jaemin terkekeh, "sekarang kamu pulang ya terus langsung tidur jangan ngapa-ngapain lagi aku juga tidak mau kalau kamu sakit."

Yera tamak diam sejenak lalu mengangguk, "ya udah aku bakal pulang tapi kamu harus janji dulu kalo kamu harus sembuh."

"Iya," Jaemin tersenyum pada Yera, "eh sebentar, kamu pulang sama siapa?"

"Sama..."

"WOY! buruan udah di tunggu bang Doy di bawah."

Yera dan Jaemin kompak menoleh ke arah sumber suara dan terdapat Minhee yang entah sejak kapan sudah berada di depan pintu dengan kacamata yang bertengger di hidungnya, dasar aneh malam-malam begini kenapa juga harus pakai kacamata lagipula tidak akan ada cewek yang lihat kalau memang itu tujuannya untuk tebar pesona.

"Kok bisa ada bang Doy?" Tanya Yera sedikit waspada pasalnya sewaktu-waktu Minhee ini bisa saja berbohong.

"Ya bisalah bang Doy dari tadi neror gue mulu nanyain lo gue bawa kemana, lo inget kan waktu kita mau kesini lo udah kayak orang mau kabur," crocos Minhee sembari berjalan memasuki ruangan rawat Jaemin.

Ah iya, Yera jadi ingat dengan ucapan Minhee barusan, memang benar sangking paniknya dan terburu-buru Yera langsung naik ke atas motor Minhee yang sudah menunggu di depan rumahnya sampai mengabaikan panggilan dari Doyoung yang terus mengejar dan meneriakinya.

"Sorry gue nggk bisa nganter lo balik makannya gue suruh bang Doy buat jemput lo kesini, daripada lo naik taksi buang-buang duit mending gue suruh bang Doy aja nggk papa kali ya ngerepotin dikit."

Yera merotasikan bola mata agak absurd memang, "ya udah thanks," ujar Yera meskipun agak-agak gimana gitu.

"Ya udah Na aku pulang dulu ya inget kamu harus cepet sembuh, besok aku kesini lagi," Yera beralih menatap Jaemin dan berharap dia memang mendengarnya.

"Udah sono balik kasian abang lu nungguin," ujar Minhee lalu mendorong tubuh Yera keluar.

Sepeninggalnya Yera Minhee menutup pintu lalu berbalik dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Yera.

"Dari mana saja kenapa lama sekali?" Tanya Jaemin.

"Abis beli minum, napa lo mau minum juga apa mau makan? Apa malah mau senam?"

Jujur saja andai kalau ada Yera di sini pasti Minhee sudah mendapat pukulan darinya karena pertanyaannya yang aneh.

Jaemin hanya tersenyum lalu menggeleng, "tidak."

Minhee diam-diam memperhatikan Jaemin yang kini terbaring dari sorot matanya dan juga helaan nafasnya Minhee bisa merasakan kalau Jaemin sedang tidak baik-baik saja.

"Lo kenapa Jaem ada yang sakit? Mau gue pijitin?" Tanya Minhee walau sebenarnya dia tau apa yang sedang Jaemin rasakan saat ini.

"Tidak apa-apa," jawabnya sangat pelan.

Meski pria itu berucap tidak apa-apa, tapi bagi Minhee saat dia menjawab seperti itu maka semakin kentara pula kalau dia sedang tidak baik-baik saja terlebih saat ini Jaemin terus memegangi perutnya.

"Jaem kalo ada yang sakit bilang," ujar Minhee kini air mukannya sedikit berubah.

Sementara Jaemin ia masih kekeh bahwa dirinya baik-baik saja tapi lama kelamaan--

"Akhh"

Minhee terkejut saat tiba-tiba Jaemin mengerang kesakitan terlihat jelas dari sorot matanya jika dia sudah menahannya sejak tadi hingga membuat matanya berkaca-kaca.

"Ja-jaem lo-" tak melanjutkan ucapannya lagi Minhee buru-buru menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.

Tak berselang lama pintu di buka dan tampaklah dokter ber name tag Sehun serta satu orang perawat yang membuntutinya di belakang.

"Bisa anda keluar," pinta sang dokter.

Baiklah tanpa menunggu lama lagi Minhee sempat melirik Jaemin sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan dengan tangan yang diam-diam terkepal.

Sudah 15 menit Minhee menunggu di depan ruang rawat yang kini ada Donghae serta Jaehyun yang ikut menunggu bersamanya, kalau saja Minhee tidak memaksa mereka mungkin saja saat ini mereka tidak akan ada bersamanya.

Tak lama hingga akhirnya pintu ruangan terbuka dan terlihatlah seseorang ber jas putih dengan raut wajah yang sulit di tebak.

Selama beberapa detik ia sempat melemparkan tatapan pada Jaehyun.

"Keluarga pasien ikut ke ruangan saya," ucap dokter itu lalu berjalan mendahului Donghae selaku orang tua pasien.

Sepeninggalnya Donghae, Jaehyun sempat melirik Minhee sebelum akhirnya ia pergi dari sana entahlah dia mau pergi kemanapun Minhee tidak peduli.

~~~

Diam selama beberapa saat saat sudah berada di dalam ruangan milik Sehun.

Donghae menghela nafas lalu melirik lawan bicaranya, "jadi apa yang akan kau katakan?"

Sama halnya dengan Donghae Sehun pun menghela nafas, "sepertinya memang sudah saatnya saya memberi tahu tentang Jaemin pada anda."

"Cepat katakan saja apa yang mau kau katakan aku tidak memilik banyak waktu."

"Jadi saya harus memberitahu anda bahwa pasien bernama Jaemin sedang kritis saat ini, dia drop akibat satu penyakit yang kini sudah semakin berkembang dalam tubuhnya."

Alis Donghae menyatu ketika mendengar penjelasan dari Sehun, "penyakit?"

"Iya, pasien memiliki riwayat penyakit leukima yang sudah berada pada stadium 3 sejak setahun yang lalu."

"Leukimia?"

Entahlah bagaimana ekspresi Donghae saat ini cukup sulit untuk di jelaskan.

"Iya anda tidak salah dengar, pasien datang kesini setahun yang lalu dan sudah sempat menjalani komoterapi selama beberapa kali, namun sejak beberapa bulan yang lalu dia tak pernah lagi menjalani komoterapi atau bahkan sekedar untuk cek up. Saya pikir dia sudah menjalani komoterapi di rumah sakit lain, tapi saya salah setelah menjalani pemeriksaan di ketahui bahwa penyakitnya sudah di biarkan sejak beberapa bulan belakangan dan itu yang membuatnya kritis saat ini." Jelas Sehun.

Donghae masih diam belum merespon ucapan Sehun dan masih memandangi lawan bicaranya itu.

"Saya sangat takjub Jaemin bisa mengatasi itu semua hingga saat ini, padahal penyakit itu bukan penyakit yang bisa di anggap sepele dia pasti merasakan sakitnya sewaktu-waktu."

"Tapi anda tidak per..."

Belum sempat Sehun menyelesaikan ucapannya namun Donghae sudah lebih dulu keluar dari ruangan itu.

Tbc

Aku mau mengucapkan

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan

Gimana puasa pertama kalian? laper ga?
Ya laper la masa engga 😌

Gimana pendapat kalian tentang chapter ini kepanjangan ga? Sebenernya aku takut kepanjangan dan kalian jadi bosen bacanya 😌

Ngoghey, aku lagi menunggu Dream comeback


Votmen juseyo 💚

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 488 24
[COMPLETED] Sebuah ketidaksengajaan yang berujung kemalangan membawa mereka ke dimensi lain. Mereka harus menuntaskan sebuah misi agar bisa kembali k...
600K 37.9K 15
EXO dan NCT tinggal dalam satu dorm. Dua puluh tujuh orang menjadi satu di sana. Seberapa besar dorm mereka dan tidak terbayangkan bagaimana ricuh da...
1.4K 174 11
musim gugur dengan suasana yang sangat menenangkan ulang tahun terakhirnya ia tidak ingin membiarkan orang lain terluka karnanya menjadi wadah dari s...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...