[iii] Connect | VERIVERY

By EkaFebi_Malfoy27

5.9K 1.7K 480

[COMPLETED] Buku Ketiga dari seri PHOTO «Scare that swallowed everything, I reach you and connect. We're alre... More

Cast
Prolog
¤01¤
¤02¤
¤03¤
¤04¤
¤05¤
¤06¤
¤07¤
¤09¤
¤10¤
¤11¤
¤12¤
¤13¤
¤14¤
¤15¤
¤16¤
¤17¤
¤18¤
¤19¤
¤20¤
¤21¤
¤22¤
¤23¤
¤24¤
¤25¤
¤26¤
¤27¤
¤28¤
¤29¤
¤30¤
¤31¤
¤32¤
¤33¤
¤34¤
¤35¤
Epilog

¤08¤

191 55 16
By EkaFebi_Malfoy27

Jalan cerita yang bisa di tebak.

Orang tua Gyehyeon, seperti dugaan Yongseung, benar-benar menolak kehadirannya. Bahkan keeseokannya saat Yongseung bertamu dengan cara baik yaitu membawa masakan buatan Soora lengkap dengan kue beras, ia tetap langsung di usir. Bahkan caranya mengusir jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Yongseung di seret hingga jatuh terjerembab di halaman depan rumah mereka.

Saat itu Yongseung sadar bahwa kepala keluarga Jo memang setega itu. Tak ayal dulu Gyehyeon di memori yang ditunjukkan kakek Hong nampak sangat tertekan. Bahkan Gyehyeon sering memilih tidak pulang ke rumah dan menginap di rumah Yeonho daripada harus bertemu dengan ayahnya.

Tapi jika Yongseung menyerah di sini, semuanya akan berakhir jauh lebih lama lagi. Ia sampai sekarang belum menemui titik terang dari Dongheon, Hoyoung, Yeonho, dan Minchan. Baru Gyehyeon yang benar-benar telah ia temui orang tuanya. Jika ia berhasil membuka rahasia kelam masa lalu sahabatnya dari sudut pandang orang tua Gyehyeon pasti jalan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia gagal di sini, maka ia dan Soora harus kembali mencari semuanya dari awal.

Sulit sekali, bagai berusaha berjalan di tebing tinggi nan curam.

Yongseung menyeruput kopinya lagi. Ia menoleh menatap butik di depannya yang hanya dipisahkan oleh jalan raya. Yongseung menunggu Soora yang sedang melakukan pembukuan di butiknya. Ini akhir bulan sehingga malam ini Soora akan jauh lebih sibuk dari biasanya.

Yongseung menunggu di cafe sendirian karena Kangmin memilih untuk ikut Soora daripada harus duduk diam di cafe bersama Yongseung yang wajahnya seperti tembok.

Ya, Kim Kangmin benar-benar mengatakan secara lisan bahwa Papanya itu mirip tembok.

Yongseung tidak marah karena ia tahu anaknya mengatakan fakta. Tapi bagian sakitnya adalah Kangmin itu anaknya. Hei, sedikit banyak pasti Kangmin mirip dirinya tapi mengapa Kangmin berkata seolah-olah dia hanya anak Soora?! Memangnya Kangmin itu hasil membelah diri?

Di tengah-tengah pikirannya yang kembali random, Yongseung melihat Soora melambaikan tangan ke arahnya di seberang jalan. Yongseung hanya tersenyum simpul, ia malu jika harus balas melambaikan tangan. Suasana cafe saat ini masih ramai meski telah malam, apalagi banyak remaja di dalam cafe dan itu menambah kadar malu Yongseung jika ia balas melambai pada Soora.

Sedangkan Kangmin, yah, anak itu hanya menatap wajah Yongseung datar.

Setelah lampu pejalan kaki menunjukkan warna hijau Soora segera menggandeng tangan Kangmin untuk menyebrang bersama. Sesampainya di cafe Soora dan Kangmin duduk di hadapan Yongseung. "Maaf nunggu lama, aku tadi sekalian ngasih bonus ke karyawan." kata Soora seraya memanggil seorang pelayan cafe untuk memesan minuman.

"Moccacino satu ya," ujar Soora yang dibalas anggukan oleh sang pelayan. "Terus Kangmin mau apa?"

"Kayak papa."

Yongseung melebarkan matanya. "Ini punya papa pahit lho."

"Ya biarin sih,"

"Udah Kangmin susu aja."

Sontak Kangmin menyilangkan tangannya di depan dada dan mengerucutkan bibirnya kesal. "Kangmin kan juga pengen ngerasain minuman papa masa mau kemana aja Kangmin minumnya susu terus?!"

Soora hanya bisa tertawa kecil melihat perdebatan papa-anak itu. Yang satu keras kepala dengan semua rasa ingin tahunya, yang satu lagi keras kepala dengan selalu menganggap anaknya bayi.

"Kangmin milkshake aja ya? Papa benar kok, minuman papa pahit. Daripada berakhir nggak di minum mending Kangmin minum milkshake." bujuk Soora pada Kangmin.

Butuh beberapa detik sebelum Kangmin akhirnya mengangguk. "Tapi Kangmin buat syarat ke papa."

"Apa?" tanya Yongseung yang dahinya telah berkerut bingung. Jujur saat ini Yongseung antisipasi kalau-kalau Kangmin meminta sesuatu yang tidak realistis.

Yongseung masih trauma karena setahun lalu saat ulang tahun Kangmin yang ke-5 tahun, anaknya itu meminta hadiah naga. Kangmin meminta naganya secara spesifik, dia bilang naganya harus warna putih, punya 635 sisik, panjang ekornya 102 cm, punya misai 30 cm, 12 gigi, punya dua tanduk, dan nafasnya menyemburkan api yang berwarna biru.

Saat itu Yongseung menjawab bahwa permintaan Kangmin tidak realistis, tidak ada naga di dunia ini, dan kalau Kangmin menangis darah sekalipun naga itu tetap tidak akan bisa menjadi hadiah ulang tahunnya. Benar saja, waktu itu Kangmin menangis hampir 24 jam. Pada akhirnya Soora berinisiatif dengan membuat naga yang diminta Kangmin menggunakan kardus dan karton bekas.

Akhirnya permintaan Kangmin terealisasikan setelah Yongseung dan Soora berjuang membuat naga itu selama tiga hari tiga malam.

Mungkin Yongseung akan benar-benar membuang Kangmin kali ini kalau syarat yang ia sebutkan tidak realistis lagi seperti permintaan hadiahnya tahun lalu.

"Kangmin mau papa ajarin Kangmin merajut."

"Hah, ap--apa?! Hei, papa kan nggak bisa merajut!" jawab Yongseung tidak terima.

Tuh kan, Kangmin aneh-aneh lagi! Ini sebenarnya anaknya punya dendam kesumat apa sih sama dia? Atau ini efek namanya Kangmin? Apa semua orang yang namanya Kangmin semenyebalkan ini?!

"Ya nggak tahu, urusan papa itu mah. Yang penting papa ajarin Kangmin merajut!"

"Kenapa nggak nyuruh mama yang ngajarin? Yang bisa kan mama bukan papa." ujar Yongseung putus asa. Ia menatap Soora memelas.

Pada akhirnya Soora berusaha membujuk Kangmin setelah merasa kasihan pada Yongseung yang selalu menjadi korban kejahilan anaknya. "Mama ajarin aja ya, mau?"

"Nggak!" jawab Kangmin tegas.

"Memangnya Kangmin mau belajar merajut itu mau buat apa?"

"Sweater buat mama. Makanya kalau mama yang ajarin jadi nggak seru."

Yongseung menghela nafasnya pasrah. Baik, sekarang pekerjaannya jadi tambah satu lagi.

Tak berselang lama minuman pesanan Soora dan Kangmin datang. Kangmin segera meraih gelas milkshakenya dan meminumnya seperti orang yang sangat kehausan. Saat Yongseung sibuk menatap gemas Kangmin, Soora segera mengalihkan perhatiannya,

"Kakak udah ada rencana lain supaya bisa bertamu lagi di rumah orang tua Gyehyeon?"

Yongseung menggeleng lesu.

"Terus gimana?"

"Apa aku nyerah aja ya?"

Setelah Yongseung pikir ulang, sebenarnya para sahabatnya tidak meminta ini pada Yongseung. Semua ini atas kemauan Yongseung sendiri.

Jadi, apa sebaiknya ia menyerah saja?





***





Dongheon dan Hoyoung berteriak kencang saat sebuah bayangan hitam besar dengan mata dan mulut yang merah menyala tiba-tiba hadir di depan mereka. Entah darimana datangnya mahkluk itu tapi sungguh penampilannya sangat menyeramkan.

Mereka berdua menuruti keinginan seseorang yang menyebut dirinya Tuan Hong. Tuan Hong itu mengutus mereka untuk mencari gedung kosong yang luas, menata lilin sedemikian rupa, dan memberi secarik kertas berisi kalimat yang tidak mereka ketahui.

Mereka pikir Tuan Hong hanya main-main atau paling tidak ini hanya lelucon agar mereka tidak merasa stress dan berkeinginan untuk bunuh diri lagi. Nyatanya ini bukan lelucon. Semua ini nyata, apalagi mahkluk di depan mereka itu! Dan lagi, ruangan tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin.

"Kalian tidak perlu takut padaku." ujar sosok itu dengan suaranya yang berat.

"Nggak perlu takut gimana, lo nyeremin!" ujar Dongheon reflek yang segera dipelototi oleh Hoyoung.

Sosok itu tertawa ringan mendengar ucapan Dongheon. Ia lalu menunjukkan sesuatu melalui bayangan tubuhnya sendiri.

Sosok itu menampilkan kehidupan yang selama ini diinginkan oleh Dongheon dan Hoyoung. Kehidupan yang selama ini hanya menjadi mimpi bagi mereka. Kehidupan utopia yang indah.

Di sana Dongheon terlihat bahagia dengan keluarganya yang berada, teman-teman sekolahnya baik, dan ia memenangi beberapa perlombaan dengan disambut sorak-sorai dari orang tua, teman, dan gurunya. Hoyoung pun kurang lebih ditampilkan sama seperti Dongheon.

Untuk sesaat mereka terlena. Namun Dongheon buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir ingatan itu. Ia tahu ini hipnotis dan ia tidak mau dicuci otak!

"Maksud lo apaan?" tanya Dongheon segera setelah tampilan itu selesai.

"Aku tahu kalian ingin hidup seperti itu. Jika mau, aku bisa memberikannya pada kalian."

"Benarkah?" tanya Hoyoung yang matanya mulai berkaca-kaca.

Dongheon menghela nafasnya. Ia tidak marah melihat reaksi Hoyoung yang seperti itu. Sebaliknya, Dongheon justru iba karena Hoyoung seperti benar-benar telah putus asa dalam menjalani hidupnya.

Mulut merah milik sosok itu tersenyum lebar. "Ya, asal kalian mau melakukan apa yang kuperintahkan."

Hoyoung mengernyit menatap Dongheon. Dongheon mengendikkan bahunya tak mengerti. Ini jelas salah, sosok itu saja tidak seperti manusia. Pasti semua ini tidak akan berakhir baik.

"Kalau boleh tahu, apa yang kira-kira akan lo perintahkan ke kita?" tanya Dongheon ragu. Hei, dia juga takut saat ini! Tangan dan kakinya gemetaran sejak tadi melihat sosok menyeramkan itu tetapi ia tidak boleh terlihat lemah. Kalau sosok itu tahu bahwa Dongheon lemah mungkin mereka berdua akan jadi santapan makan malamnya.

Yeah, Dongheon tidak berpikir sosok itu hantu atau sosok yang lebih buruk dari hantu. Dongheon menganggap sosok itu monster.

Sedangkan Hoyoung, entahlah, dia tidak bisa berpikir jernih.

"Tidak sulit, hanya menghabisi teman-teman yang telah menyakiti kalian selama ini."

"Maksudnya?"

"Untuk hidup aman, nyaman, dan tenteram di sekolah, bukankah para perundung itu harus dihabisi lebih dulu?"

Ini tidak beres!

Tuan Hong menjebak mereka!

Tanpa pikir panjang Dongheon segera berdiri, menendang beberapa lilin yang masih hidup, lalu menggandeng tangan Hoyoung yang masih bergeming karena terkejut dengan keadaan. Ia memaksa Hoyoung berlari meninggalkan gedung tak terpakai itu. Mereka terus berlari sampai menemui jalan raya yang ramai di ujung jalan. Lampu-lampu jalanan yang terang membuat debaran jantung Dongheon sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Malam ini terasa mencekam, dingin, dan...

Keputus-asaan, mungkin?

Atau justru harapan baru bagi salah satu dari mereka?

Sembari mengatur nafasnya, Hoyoung berkata. "Kenapa... Kenapa tiba-tiba?"

"Mahkluk itu jahat!"

"Tapi dia berusaha memberi hidup yang selama ini kita inginkan!"

"Tapi dia minta imbalan, Bae Hoyoung!"

"Gue nggak peduli, Lee Dongheon!" jawab Hoyoung tak mau kalah. "Hidup cuma sekali dan gue nggak mau hidup gue terus berada di roda kehidupan paling bawah!"

Dongheon membelalak ketika Hoyoung justru berbalik menuju jalan kecil yang telah mati-matian mereka lewati. Jalan kecil itu adalah jalan menuju gedung tak terpakai yang baru saja mereka tinggalkan.

Tidak! Bae Hoyoung yang Dongheon kenal bukan anak yang senekat ini. Hoyoung juga bukan tipe anak yang mengambil keputusan sulit dalam waktu singkat tanpa berpikir panjang. Namun hari ini Hoyoung seperti ingin sekali memberontak. Ada sorot penuh amarah dan keinginan untuk balas dendam di matanya.

"Hoyoung, lo mau ke mana?!" teriak Dongheon di ujung jalan ketika bayangan Hoyoung hampir sepenuhnya hilang.

Hoyoung menghentikan langkahnya, lalu berteriak. "Mengubah nasib!"

Yongseung terus menggigit bibir bawahnya sepanjang melihat adegan itu. Ia tak tahu bahwa Hoyoung di masa lalu bisa bertindak sangat nekat. Tetapi Yongseung jelas tidak bisa menghakimi Hoyoung begitu saja.

Hoyoung seperti itu karena putus asa dan marah pada dunia yang tidak pernah memihaknya.

Saat itu Yongseung paham, hari di mana Hoyoung berubah adalah hari di mana ia berhenti mencoba menyesuaikan diri dengan dunia yang tidak pernah benar-benar cocok dengannya.






























Tbc
120403

Continue Reading

You'll Also Like

28.5K 2.2K 42
kumpulan oneshot n Drabble hyuuga neji & Haruno sakura canon dan AU
6.6K 1.8K 31
[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
61.8K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...