SCANDAL PROTECTION

By Aini_yah

8.2K 754 138

Dibesarkan seperti Putri dan Dididik seperti Ratu. Itulah gambaran dari seorang Azalea Baskara, putri tunggal... More

Prolog
1. Diskusi
2. Ketemu!
3. Aaron Bramana
5. Menarik (02)
6. Hari Pertama
7. Bingung
8. Macan Betina
9. Belanja (Pertemuan ke 2)
10. Gossip
11. Rapat
12. Rencana
13. Pindahan
14. Sekutu Baru?
15. Sandiwara
16. Pria Baik
17. Orang Tak Diundang
18. Makan Malam (Pertemuan ke 3)
19. Perpustakaan
20. Bicara
21. Menghindar
22. Salah Faham
23. Pertemuan Tak Terduga
24. Aneh
25. Teror
26. Penyelidikan
27. Insiden
28. Pengelakan
29. Keluarga Bramana
30. Lamaran
31. Rasa Bersalah

4. Menarik (01)

325 36 0
By Aini_yah

🎵 Backsound 🎵

Afgan ft Jackson Wang - M.I.A

~~~

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Malam ini ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, terlebih salah satu perusahaan besar di Jakarta tengah mengadakan pesta perayaan Unniversary yang ke 10 tahun. Perusahaan yang sudah diambil alih oleh sang anak, Gilang Baskara 3 tahun yang lalu. Berhasil membuat kemajuan yang pesat di perusahaannya. Itulah kenapa banyak sekali orang-orang dari rekan bisnisnya yang datang disana, dan semuanya berasal dari kalangan atas. Bahkan ada beberapa selebriti yang hadir sebagai tamu undangan atau untuk mengisi acara disana.

Dekorasi disana pun begitu memukau, berkelas dan elegan, sampai tidak ada yang menyangka jika sekarang mereka sedang berada di Aula sebuah kantor. Kantor milik Oz Company ini memang di desain begitu modern, bahkan semua karyawan di sini begitu betah berlama-lama di kantor. Tak terkecuali Lea.

Gadis itu bahkan lebih betah nongkrong di sana dari pada di perusahaan Papanya. Sangking seringnya dia sampai hafal jalan di sini, itulah kenapa ia lebih memilih lewat jalan pintas dari pada mengikuti arahan dari petugas di parkiran tadi. Dia tidak mau datang bersamaan dengan para tamu undangan lain, jika dia datang bersamaan dengan yang lain maka perhatian para tamu di sana tidak akan berpusat pada dirinya. Lea tidak suka itu, untuk apa dia berdandan dan memakai gaun mahal ini jika tidak ada yang melihatnya.

Kini ia sedang menunggu di depan lift, untuk membawanya ke tempat acara. Keadaan di sana sepi hanya ada dia seorang, sambil menunggu dia sesekali mengecek handphone barunya dengan tenang. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat, tapi Lea tidak menghiraukan dia tetap melihat layar handphonenya. Sampai suara langkah kaki itu berhenti tepat di sampingnya.

"Permisi, aula acara Unniversary perusahaan ada dimana ya?"

Suara pria?

"Anda bisa kesana dengan naik lift ini, di lantai 20," jawabnya masih fokus pada layar handphone.

"Oh.. Baik terima kasih nona!"

"Hm.." gumamnya tetap acuh.

Pria itu masih menatap Lea dengan intens, seakan sedang ada sebuah magnet yang memaksanya untuk tetap menatap dan mengagumi kecantikan seorang gadis asing di sampingnya ini. Dia tersenyum tipis, namun Lea tidak menyadarinya.

Suasana kembali hening, sampai membuat Lea bosan. Dia kembali memasukkan handphonenya di dalam tas kecil yang ia jinjing, lalu melirik pria di sampingnya itu. Pria itu buru-buru menatap lift di depannya dengan tenang seakan-akan dia tidak pernah memperhatikan Lea sebelumnya.

Tampan! Itulah yang difikirkan Lea saat melihat pria asing disampingnya.

Kini giliran Lea yang memperhatikan pria itu, dia suka dengan selera pakaiannya. Jas dari dior memang sangat cocok ia kenakan, apa lagi dengan tubuh porposionalnya itu semakin membuatnya terlihat gagah. Pandangannya tertuju pada rahang tegas milik pria itu yang terlihat baru saja di cukur, tanpa sadar Lea tersenyum tipis.

Sampai akhirnya suara lift membuyarkan pengamatannya pada pria itu, segera Lea memasuki lift itu tapi sang pria masih terdiam di luar lift.

"Anda tidak masuk?" tanya gadis itu sambil bersandar di dinding lift. Mungkin bagi Lea ia hanya bersandar tapi bagi Aaron itu seperti pose menggoda untuk mengajaknya memasuki lift bersama dengannya.

"Tidak, saya masih menunggu ajudan saya," jawab pria itu.

"Oke"

Lea menekan tombol tutup di lift sambil menatap pria itu dengan tatapan menggoda, sementara sang pria juga ikut menatapnya dengan sedikit memicingkan matanya. Sedetik sebelum pintu lift benar-benar tertutup, mereka saling menyunggingkan senyuman satu sama lain dan keduanya menyadari hal itu. Begitu lift mulai bergerak naik, Lea bergumam.

"Menarik!"

Dan pria yang masih menatap pintu lift yang tertutup itu, kembali tersenyum lebar. Senyum yang jarang ia tunjukkan pada semua orang, dan kini senyuman itu ada karena seorang gadis asing yang baru saja ia temui.

"Menarik!" gumamnya kemudian, masih menatap pintu lift yang sudah tertutup.

"Tuan Aaron!" panggil seseorang berbadan besar yang berlari ke arahnya, perhatiannya langsung teralih pada ajudannya itu.

"Maaf tuan, sepertinya petugas mengarahkan jalan yang salah!" terangnya menyesal, pria itu menunduk takut jika bos-nya ini akan memarahinya. Tapi nyatanya..

"Gak apa-apa saya sudah menemukan jalannya," tukas Aaron.

Dia kembali menatap lift didepannya masih sambil tersenyum, membuat ajudan yang ada di sampingnya bingung.

***

Di pintu masuk Aula tempat acara berlangsung, keriuhan di sana seketika terhenti begitu seorang gadis tengah memasuki Aula. Dia tengah memakai gaun panjang perpaduan antara hitam dan ungu, memperlihatkan pundak mulusnya. Gaun itu berhasil melekat sempurna di tubuh rampingnya, seakan memang dibuat khusus untuk seorang Azalea Baskara.

Beberapa pria terlihat berseru mengagumi kecantikannya, dan para wanita disana juga harus mengakui jika penampilan Azalea saat ini memang terlihat memukau. Meski ada saja beberapa orang yang terlihat iri dan tidak suka dengan hadirnya gadis itu kemari. Bagi Lea itu sudah biasa.

Lea mengedarkan pandangannya demi mencari kakak sepupu yang sudah membuatnya kemari. tapi aktifitasnya terhenti begitu ada seseorang yang menepuk pundaknya. Pandangannya langsung berubah malas begitu tahu siapa, Ethan!

"Wow Lea, seperti biasa lo selalu terlihat memukau!" pujinya dengan senyuman yang selalu ia tunjukan pada Lea, tidak! Pada semua gadis lebih tepatnya.

"Ya.. dan lo juga selalu terlihat biasa aja!" balasnya mengejek.

Pria itu terkekeh mendengar balasan Lea. Entah kenapa di mata Ethan, Lea akan terlihat lebih menarik jika sedang jengkel seperti ini. Itu semakin membuatnya ingin menggoda Lea terus.

"Apa lo udah ketemu Gilang? Gue bisa bantu nyari dia."

"Gak perlu, gue bukan anak kecil, dan gue bisa cari sendiri!" ketusnya, sembari meninggalkan Ethan. Pria itu kembali tersenyum miring dan mengalihkan perhatiannya pada dua orang gadis yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sebegitu cepatnya ia beralih pada gadis lain.

Lea tidak ingin berlama-lama dengan pria menyebalkan seperti Ethan, tujuannya kemari adalah untuk bersenang-senang. Lea kembali fokus mencari Gilang, dan benar saja dia bisa menemukan Gilang berapa detik setelah menjauhi Ethan.

"Wow look! Who is this pretty girl?" seru Gilang begitu mendapati Lea yang berjalan kearahnya.

Beberapa orang yang tengah bicara dengannya ikut teralihkan, dengan menatap kearah pandangan Gilang. Wajah mereka langsung menunjukkan ekspresi kagum, seakan sedang melihat bidadari di depannya. Gilang langsung memeluk Lea begitu gadis itu sampai.

"Hoby lo selalu bikin orang terpesona ya?" tanya Gilang masih memeluk Lea, pria itu pun melepas pelukannya.

"Ya gimana, emang dari sananya gue udah cantik!" jawabnya begitu percaya diri. Rambut panjangnya dia kibaskan ke belakang, membuat semua orang yang melihat semakin terpukau.

Sungguh jika bukan seorang Azalea yang berkata seperti itu, mungkin orang lain yang mengatakan hal yang sama akan mendapat celaan. Tapi mau bagaimana lagi, semua yang di ungkapkan Lea memang sebuah fakta.

"Sialan lo!" dua saudara sepupu ini pun tertawa bersama.

"Eh Paman Jo kemana, gak ikut?" tanya Gilang.

"Enggak, Papa lagi biasa lah sibuk!" jawab Lea, "kalau om Rio juga gak dateng?" sambungnya.

"Papa gak bisa dateng, lagi gak enak badan katanya "

"Ya ampun semoga cepet sembuh ya, titip salam buat om Rio juga"

"Ekhem!"

Suara deheman di belakang Gilang membuat obrolan mereka terhenti, Gilang yang sadar sudah mengabaikan para rekan bisnisnya mulai berbalik dan memperkenalkan Lea. Seperti biasa beberapa di antara mereka terlihat tertarik padanya. Terlebih begitu tahu jika Lea adalah pemilik brand fashion Az sekaligus putri tunggal dari Fly Entertaimen.

Lea hanya menanggapinya dengan ramah dan sopan sebagai tanda formalitas saja. Tapi tidak ada yang bisa menarik perhatiannya sama sekali, seperti pria di lift tadi. Tunggu! Lea terlihat bingung dengan apa yang difikirkannya tadi? Bagaimana bisa dia masih memikirkan pria itu? Tanpa sadar pandangannya pun mulai mencari keberadaan pria asing itu. Sampai semua buyar ketika Lucas, Fahri dan Alex ikut nimbrung dengannya.

"Hay Lea sayang, cantik banget sih malam ini? Bikin aa dag dig dug!" seru Lucas menyapanya, pria itu langsung menyingkirkan beberapa pria di depan Lea.

"Warna hitam emang selalu cocok buat kamu," komentar Fahri padanya. Pria itu memandangi Lea dari kepala sampai ujung kaki, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

"Lea...Lea lo gak capek apa selalu jadi pusat perhatian?" ujar Alex ikut memuji, meski dia tidak ikut mengejar Lea tapi harus pria itu akui, penampilan gadis itu memang layak mendapat pujian.

Lea tidak menjawab semua pujian itu, dia hanya membalasnya dengan senyum manisnya saja.

"Heh.. kalian kemari buat nemuin gue apa Lea, perasaan yang bikin acara gue deh!" ujar Gilang memprotes.

"Sorry bro kita kedistrack sebentar, lagian mana bisa kita fokus kalo ada bidadari di depan mata, iya gak?" jawab Lucas sambil melirik Lea sesaat, senyumnya mengembang penuh arti.

"Oh iya ngomong-ngomong gimana kabarnya Jane? Akhir-akhir ini dia kok susah di hubungi?" tanya Alex pada Lea.

Lea tahu jika Alex ini adalah fans nomor satu Jane, terakhir kali dia rela membeli album Jane dengan jumlah yang banyak hanya untuk bisa datang ke fansign. Dia juga tidak pernah absen untuk menghadiri konser Jane, bahkan dia pernah meminta Jane untuk bernyanyi khusus di ballroom milik keluarganya.

Bukankah itu gila? Tapi Alex bukanlah fans fanatik yang suka mengatur kehidupan idolanya. Dia tetap menghargai Jane sebagai seorang wanita, dan penyanyi yang ia idolakan. Bahkan dia dan Jane mulai akrab sebagai teman, bukan sebagai fans dan idola saja. Mungkin lebih baik Lea tidak memberi tahu keadaan Jane sekarang, dia tidak mau membuat fans nomor satu Jane ini patah hati.

"Mungkin lagi sibuk, gak lama lagi dia kan mau rilis album baru," jawab Lea berbohong.

"Jane mulu perasaan yang di cari!" celetuk Lucas meledek.

"Lo juga Lea mulu perasaan yang di cari!" balas Alex. "Eh si Aaron udah dateng belum?" sambungnya bertanya pada Gilang.

"Belum kayaknya, gue belum ketemu dia," jawab Gilang. Sebagai yang punya acara, tamu yang datang memang harusnya menyapanya terlebih dulu, tapi dia sama sekali belum menemukan batang hidung Aaron sekali pun.

"Jangan-jangan dia gak jadi datang lagi!" tebak Fahri.

"Awas aja kalau dia gak jadi datang!"

"Eh itu dia baru masuk!"seru Lucas sambil menunjuk pintu masuk.

Gilang dan yang lain, tak terkecuali Lea ikut melihat ke arah yang di tunjuk Lucas. Pria itu berjalan mendekat kearah mereka dengan begitu berkarisma, pandangan Lea tidak pernah lepas darinya. Melihat pria itu berjalan semakin membuat Lea ingin menjerit, pria ini benar-benar tipenya!

"Kemana aja lo baru dateng sekarang?" tanya Gilang begitu Aaron sudah sampai di depannya.

"Sorry tadi sempet nyasar," jawabnya jujur. Lalu pandangannya teralih pada seorang gadis yang tengah berdiri di belakang Gilang.

"Anda? Kita bertemu lagi," sapanya pada Lea.

"Kalian udah pernah ketemu?" tanya Gilang sambil melihat Aaron dan Lea begantian.

"Kita ketemu di lift tadi," jelas Lea singkat.

Pandangan mereka terlihat bertemu kembali, dan tidak ada diantara mereka yang mau memutusnya. Alex yang sadar situasi apa yang terjadi di depannya ini, mulai merangkul Lucas dan Fahri di sisi kanan dan kirinya.

"Kode merah, kode merah! saingan mulai terlihat kapten," bisik Alex mengejek kedua temannya. Sementara Lucas dan Fahri yang di ejek hanya meliriknya sinis.

"Aaron kenalin ini Azalea Baskara sepupu gue," ujar Gilang memperkenalkan Lea pada Aaron.

"Senang bisa berkenalan dengan anda nona Azalea"

Aaron menjulukan tangannya agar bisa menjabat tangan Lea, dan gadis itu dengan senang hati menerimanya. Semua ini mereka lakukan dalam keadaan mata yang masih saling memandang.

"Panggil Lea aja!"

"Dan Lea ini Aaron Bramana rekan bisnisku," ujar Gilang ganti memperkenalkan Aaron pada Lea.

Demi apa pun! Wajah Lea langsung berubah. Tidak ada lagi senyuman manis di bibirnya, bahkan pandangannya pada Aaron langsung terputus begitu saja.

"Aaron siapa?" tanya Lea sambil menoleh pada Gilang.

"Aaron Bramana, lo tahu kan Asta Group yang udah kerja sama dengan perusahaan Papa lo?"

HOLLY SHIT!! Lea mengumpat dalam hati.

Gadis itu kembali menatap Aaron, dia orangnya, orang yang sudah menghamili Jane, orang yang sudah membuat sahabatnya itu harus bersembunyi dari orang gila seperti Lingga, orang yang sudah merendahkan Jane dengan memberinya cek kosong.

Bagitu banyak pikiran yang berkecamuk di otaknya saat ini, tapi dia tidak boleh sampai terbawa suasana. Lea begitu keras menahan diri agar tidak berbuat onar disini, ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk itu. Meski dia sangat ingin sekali berteriak dan menendang pria brengsek itu saat ini.

Lea kembali tersenyum dan perlahan melepaskan genggaman tangan Aaron. "Iya gue tahu, senang bisa bertemu dengan anda tuan Aaron Bramana" ungkapnya sambil menekan kata, tuan Aaron Bramana.

Suara musik mulai terdengar mengeras, menandakan jika sudah waktunya utuk berdansa. Beberapa orang mulai mengajak pasangannya untuk berdansa di tengah Aula. Mereka menggerakkan tubuhnya dengan begitu halus mengikuti suara musik yang mengiringi. Terlebih suara penyanyi yang disatukan dengan musik yang halus membuat suasanya menjadi begitu romantis. Tapi suasana itu berbanding terbalik dengan suasana hati Lea.

"Gue mau cari minum dulu!" pamit Lea.

"Perlu ditemenin?"

Tawaran Lucas tidak digubris oleh Lea yang sudah melangkah pergi. Meninggalkan para pria yang tengah menatap punggungnya, termasuk Aaron. Sadar jika teman bisnisnya ini sedari tapi tidak bisa melepas pandangannya, Gilang mulai menggoda pria itu.

"Jadi gimana? Sepupu gue cantik kan?" tanya Gilang sambil menepuk pundak Aaron.

"Iya, dia memang cantik," jawab pria itu jujur.

Aaron memang mengakui itu, Lea memang memiliki wajah yang cantik. Perpaduan antar mata hitam yang tajam, dengan bibir ranum yang menggoda tapi jika tersenyum mampu membuat semua pria bertekuk lutut padanya. Tanpa ia disadari Lea adalah wanita yang bisa membuatnya tertarik, sepertinya yang selalu tertarik pada pekerjaan. Mungkin!

"Eh ron, lo gak lupa kan omongan lo yang kemarin?" celetuk Lucas mengingatkan tentang ucapan Aaron yang tidak akan tertarik pada Lea.

Terlambat dia justru sudah mulai tergila-gila pada gadis itu.

"Omongan apa ya?" tanya Aaron sambil pura-pura berpikir.

"Wah sialan, pura-pura amnesia dia!"

"SETAN lo!!"

Cercah Lucas dan Fahri bergantian. Gilang dan Alex yang melihat itu hanya terkekeh.

"Sabar dulu, belum tentu Lea juga suka kan. Santai! Masih ada peluang," ujar Alex menengahi, yang membuat Fahri bertanya.

"Peluang untuk diterima?"

"Peluang untuk di tolak!" ledek Gilang diselingi tawanya dan Alex, Aaron pun juga ikut terkekek mendengarnya.

"Kampret lu ya..!!"

Sementara itu di sudut lain Aula pesta, Lea tengah menenangkan diri dengan menengguk minuman yang di berikan oleh pelayan padanya tadi. Dia kembali menoleh pada Aaron, pria itu telihat tersenyum bersama Gilang dan lainnya. Terlihat sangat menikmati pesta, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. Bisa-bisanya Lea sempat berpikir jika pria itu adalah tipe-nya? Sadarlah Lea, jangan terbawa suasana dengan wajah tampannya itu.

Gadis itu bekali-kali mencoba untuk tetap berpikir logik. Bukankah ini bagus, dia sudah menemukan pria yang sudah menghamili sahabatnya, dia tinggal memintanya untuk bertanggung jawab pada Jane. Siapa tahu saja dia mau menikahi Jane, jika mereka menikah maka hidup Jane akan terjamin, pikir Lea. Ya.. itu adalah rencana yang bagus.

Lea kembali meminum minumannya, sampai tidak ada lagi satu tetespun yang tersisa di gelas itu. Sampai tiba-tiba terdengar dua suara dengan kalimat yang sama dari belakang tubuhnya.

"Mau berdansa denganku?"

Oh dia memang sudah menyangka jika akan ada beberapa orang yang akan mengajaknya berdansa, tapi dia tidak menyangka jika yang mengajaknya dua orang sekaligus seperti ini. Bodo amat lah! Lea hanya ingin bersenang senang disini.

Begitu ia berbalik, alangkah terkejutnya ia begitu melihat Ethan dan Aaron tengah mengulurkan tangan di depannya.

Sial!! Lea pikir, dia tidak akan bisa bersenang-senang disini. Sekarang dia harus memilih di antara kedua pria brengsek di depannya untuk berdansa.

.

Saya persembahkan...!!


Gilang Baskara

.

😻
❄____________❄
💙__________________💙
❄________________________❄

Doakan bisa konsisten sampai selesai!
💙😺
Votenya jangan lupa!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 5.7K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

128K 17.9K 47
hanya fiksi! baca aja kalo mau
Balance Shee(i)t By Raa

General Fiction

63.4K 5.3K 42
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -ยท-ยท-ยท Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
714K 3.9K 12
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...