Formal Boy (END)

By AzkaAzkia21

96.8K 8.4K 7.7K

Tentang Aksa Gibran Pratama yang dipertemukan dengan orang yang selalu mengejar cintanya, tak lain adalah She... More

PERKENALAN
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
CAST VECTOR 01
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52 [END]
EKSTRA BAB
FAKE CHAT
QNA FB
EKSTRA BAB 2
FORMAL BOY 2

BAB 24

1.1K 131 221
By AzkaAzkia21

"Arinta bisa ikut dengan saya?"

Baik Arinta maupun Sherin merasa kaget. Tak sampai situ saja, murid lain yang duduk di sekitar mereka ikut terkejut.

"Mau ngapain, Kak?" tanya Sherin.

"Saya tidak sedang berbicara kepada Anda."

"Ya, tapi kan aku cu—" Perkataan Sherin terhenti kala ia melihat Gibran menarik tangan Arinta lalu membawanya pergi.

Baru Sherin berdiri—berniat untuk menyusul mereka berdua, tetapi Lia justru memanggilnya. Mau tak mau ia tak jadi mengikutinya.

Sementara Gibran membawa Arinta ke gerbang sekolah. Arinta mengerutkan keningnya bingung, mengapa Gibran membawanya ke sini? Bahkan hatinya pun merasa tak nyaman.

"A–da apa, Kak?" tanya Arinta. Ia gugup tatkala hampir semua pasang mata di sekeliling memperhatikan dirinya.

"Boleh saya minta bantuan Anda?"

"Bantuan apa, Kak?"

Jujur, ingin sekali Arinta pergi meninggalkan Gibran saat ini. Namun, melihat wajah tulus itu, ia urungkan niatnya.

"Bujuk Bella untuk kembali ke rumah saya," pinta Gibran.

Arinta mengangkat sebelah alisnya, memangnya apa yang terjadi dengan Bella, dan mengapa Gibran meminta dirinya bukan orang lain.

Melihat tak ada respon dari lawan bicara, Gibran memperhatikan sekitar yang memandang remeh ke arah Arinta. Alhasil, ia menarik kembali tangan Arinta dan membawanya keluar dari area sekolah.

Padahal acara HUT tengah berlangsung meriah. Berbagai pentas seni dari masing-masing kelas mulai menampilkan hasil kerja keras mereka latihan.

"Sebenernya tadi maksudnya apa sih, Kak. Gue beneran nggak tahu dan kenapa Kak Gibran nyuruh gue buat bujuk Bella? Bujuk gimana maksudnya? Emangnya Bella ke mana, Kak?" Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut Arinta.

Arinta sudah merasa sedikit nyaman begitu tak ada lagi ada orang yang menatapnya sinis. Walau begitu, ia yakin setelah kejadian ini. Pasti akan banyak sekali gosip-gosip tentang dirinya. Ia berharap semoga tak ada yang sampai mencelakainya.

Tiba-tiba Gibran menarik sudut bibirnya, ia menyelipkan rambut Arinta ke bagian belakang telinga. Setelah itu, kedua mata mereka saling beradu pandang. Keduanya lenyap dengan keadaannya sekarang. Namun, saat Arinta segera memalingkan wajahnya.

"Bella sekarang ada di rumah teman Anda."

"Sherin maksudnya, Kak?" Arinta langsung tahu, karena memang di sekolah ini hanya Sherin yang dekat dengannya.

"Iya. Bisa membantu saya?"

"Memangnya kenapa Bella bisa ada di rumah Sherin?"

"Ceritanya panjang. Saya masih ada urusan. Jadi, bagaimana? Bisa membantu saya?"

Arinta tersenyum, lantas mengangguk.

"Baiklah, nanti malam Anda tunggu di gerbang setelah saya tampil." Gibran berlari memasuki sekolah setelah mengucapkan hal itu.

Kak Gibran mau apa lagi? batin Arinta.

-----

Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, acara HUT dihentikan untuk istirahat dan sebagainya. Akan dilanjutkan pukul lima nanti.

Semua kamar mandi penuh dengan antrean murid yang, banyak dari mereka yang merasa gerah. Termasuk Sherin yang kini sedang mengantre di kamar mandi lantai dua bersama dengan Arinta.

"Ta, tadi kenapa Kak Gibran panggil kamu? Emang ada apa, ya?" tanya Sherin.

"Gue cerita nanti aja ya, Rin. Di sini rame." Arinta menoleh ke arah sekelilingnya.

"Oh, oke deh." Terdengar helaan napas Sherin.

-----

Saat ini, Sherin berjalan menuju ruang persiapan tampil. Malam ini, ia tampak sangat cantik dengan balutan dress pemberian Gibran. Walaupun dengan polesan make up tipis, wajahnya seakan bersinar. Bahkan langkahnya dari kelas menuju ruang persiapan, ia menjadi pusat perhatian, khususnya para siswa-siswa.

"Cantik banget lo, Al," celetuk Rizal yang tiba-tiba berada di samping Sherin.

"Makasih, Zal."

"Sama-sama, Al. Oh, ya, nanti gue bakalan duduk di depan buat nonton lo tampil."

"Di depan ada guru, Rizal. Eh, tapi mending jangan nonton, deh. Aku malu."

"Gue yakin lo bakalan tampil memukau, tapi sayang lawan duet lo bukan gue."

"Ya sudah, nanti kapan-kapan kita duet, gimana?" usul Sherin.

"Ayolah, segera rencanakan." Rizal mencubit hidung Sherin.

Tanpa sadar mereka telah berada di depan ruang persiapan, yang tak lain adalah Aula SMA Dharmawangsa. Sherin masuk ke dalam, sementara Rizal pergi menuju panggung pentas.

Pandangan Sherin menyebar ke seluruh penjuru ruangan, mencari keberadaan Gibran, dan ternyata ia justru dikagetkan oleh keberadaan Gibran di belakangnya.

Setelan jas berwarna hitam, dengan tatanan rambut yang rapi  membuat Sherin menganga menatap betapa tampannya Gibran. Bahkan ia sampai meneguk ludahnya sendiri. Tangannya tanpa sadar meremas dress-nya. Tak hanya ia yang kagum akan Gibran, semua yang ada di dalam ruangan ikut memuji Gibran.

"Kak Gibran, aku nggak kuat," ujar Sherin sambil geleng-geleng kepala.

"Anda sakit?" Gibran menempelkan tangannya pada dahi Sherin.

"Aku nggak kuat lihat Kak Gibran malam ini."

"Kenapa dengan saya? Ada yang salah?" tanya Gibran.

"Pake nanya lagi. Kak Gibran itu ganteng banget! Beneran deh, aku jadi nggak siap buat tampil nanti."

"Saya yakin Anda bisa, jangan patah semangat. Sebentar lagi kita tampil dan Anda juga sangat cantik di mata saya." Gibran mengelus rambut Sherin, membuat Sherin terdiam di tempat.

Jika tidak sedang ramai, mungkin Sherin akan berteriak saat ini juga. Namun, karena banyaknya pasang mata yang memperhatikannya. Ia urungkan niatnya itu.

"Kak Gibran tanggung jawab, aku baper nih!" Sherin mengentakkan kakinya di depan Gibran.

"Sudahlah, kita sudah dipanggil." Gibran mengalihkan pembicaraan Sherin. Walau memang benar jika mereka berdua sudah dipanggil untuk segera tampil sebagai pensi penutupan.

Mereka berdua sudah berdiri di depan panggung, memperkenalkan dirinya masing-masing. Teriakan gemuruh mulai terdengar di telinga. Banyak sekali yang meneriaki nama Gibran dan Sherin.

"Baiklah ... selamat menikmati penampilan kami berdua, yang akan menampilkan sebuah lagu ciptaan Kak Gibran. Berjudul Feelings, hopes and dreams."

Gibran duduk di kursi yang telah disediakan, lalu mulai menciptakan nada-nada yang indah dari petikan gitarnya. Sementara Sherin, ia mulai mengeluarkan suara halusnya. Hal itu berhasil membuat seluruh penonton hanyut, dari yang awalnya saling berteriak. Kini senyap tatkala mereka berhasil merasakan isi lagu tersebut.

Begitu lagu selesai dinyanyikan, terdengar tepukan tangan yang meriah. Di tambah petasan yang dinyalakan, membuat suasana malam ini sangat indah dan memorable.

"Terima kasih semua!" pekik Sherin dengan mic yang masih di tangannya. Kemudian ia turun setelah Gibran.

Sherin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia melihat Arinta yang berjalan ke arah luar. Alhasil ia berinisiatif untuk mengikutinya.

Arinta terlihat celingukan di sana, seperti mencari keberadaan seseorang. Beberapa menit kemudian, seorang cowok yang baru saja tampil bersama Sherin menghampirinya.

Kak Gibran? batin Sherin dari kejauhan.

Sherin melihat dengan jelas, jika Gibran menyerahkan kotak kecil berwarna merah pada Arinta. Ia yakin itu sebuah perhiasan, tetapi sayangnya ia tak mendengar percakapan mereka berdua.

Namun, tiba-tiba saat Gibran berjalan kembali ke area sekolah. Sebuah truk datang dari arah belakang Arinta.

.
.

Jangan lupa Vote dan Coment ya 😍

Sekian dan Terima Kasih.

Sampai ketemu di BAB 25

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Salam sayang
Azka.

Continue Reading

You'll Also Like

NARA By ray

Teen Fiction

201K 9.9K 60
Semuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. ...
56.2K 8.9K 55
Princess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum...
30.5K 1.8K 46
[BELOM REVISI, REVISI BAKAL DI LAKUIN KALO NIAT DAN LAGI RAJIN] apa jadinya jika fakboi ketemu fakgirl ?akan kah ada cinta di antara mereka atau hany...
14.6M 1.4M 69
"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa...