[iii] Connect | VERIVERY

By EkaFebi_Malfoy27

5.9K 1.7K 480

[COMPLETED] Buku Ketiga dari seri PHOTO «Scare that swallowed everything, I reach you and connect. We're alre... More

Cast
Prolog
¤01¤
¤02¤
¤03¤
¤04¤
¤06¤
¤07¤
¤08¤
¤09¤
¤10¤
¤11¤
¤12¤
¤13¤
¤14¤
¤15¤
¤16¤
¤17¤
¤18¤
¤19¤
¤20¤
¤21¤
¤22¤
¤23¤
¤24¤
¤25¤
¤26¤
¤27¤
¤28¤
¤29¤
¤30¤
¤31¤
¤32¤
¤33¤
¤34¤
¤35¤
Epilog

¤05¤

185 55 46
By EkaFebi_Malfoy27

Tanpa sadar Yongseung mulai menggigiti kuku jarinya. Gelisah? Ya, saat ini ia sangat gelisah. Tadi pagi ia tidak jadi pergi karena Soora melaranganya untuk pergi pagi-pagi sekali, terlebih ia telah menyetujui keikutsertaan Soora untuk pergi ke alamat baru rumah keluarga Gyehyeon yang informasinya ia dapat dari salah satu mahasiswanya.

Yongseung gelisah karena ia tak yakin apakah ini keputusan yang terbaik bagi mereka. Jika Soora tidak ikut itu artinya Yongseung egois. Ia telah menyuruh Soora untuk mengeruk informasi tentang masa lalu para sahabatnya dan Soora juga secara tidak langsung telah memiliki ikatan kekeluargaan dengan para sahabatnya ketika jiwanya dibawa berkelana oleh kakek Hong. Yongseung tidak sampai hati jika harus melarang Soora ikut disaat keberadaan Soora posisinya hampir sama dengannya dimata para sahabatnya.

Lalu Kangmin, tentu saja anak itu akan ikut jika kedua orang tuanya pergi. Yongseung tak akan tega membiarkan orang tuanya atau orang tua Soora merawat Kangmin di saat mereka seharusnya telah menikmati waktu istirahat di masa tua mereka. Terlebih Kangmin juga berkali-kali berkata bahwa ia merindukan sosok papa-papanya yang lain.

Semuanya terhubung, terasa begitu kompleks, hingga Yongseung tak sanggup memutus salah satu dari mereka.

Namun sisi negatif terhubungnya semua tali ini adalah, jika salah satu dari mereka terbakar maka yang lain ikut terkabar. Jika Yongseung tidak pandai menjaga keluarganya maka semuanya akan berubah menjadi berantakan.

Sang iblis memang sudah tidak ada tetapi rintangan mereka bukan hanya ada pada sang iblis.

Sekarang musuh mereka adalah keluarga dari kelima sahabatnya. Keluarga yang meski wujudnya manusia tetapi sesungguhnya mereka itu sama dengan sang iblis. Orang-orang jahat yang sama sekali tidak pernah mementingkan anak yang mereka lahirkan.

Yongseung yakin perjalanan ini tidak akan mudah. Beribu penolakan harus siap ia terima. Musuh baru juga akan silih berganti datang mengusik setiap rencana yang telah ia buat.

TAKK!!!

Yongseung menatap datar kukunya yang patah. Darah segar mulai mengalir tetapi ia memilih untuk membiarkannya. Ia mendongak menatap para mahasiswanya yang masih sibuk mengerjakan ujian.

Ada beberapa mahasiswanya yang nampak gelisah, melirik kanan-kiri guna mencari jawaban. Beberapa dari mereka juga diam-diam melirik Yongseung, entahlah mungkin takut kepergok membawa contekan. Sedang sebagian dari mereka terus menunduk seraya tangannya tak henti menulis, benar-benar fokus pada ujian dan menjawab setiap pertanyaannya dengan jujur sesuai kemampuan.

Dari sana Yongseung memahami bahwa sifat manusia itu berbeda-beda. Dibalik semua sifat itu pasti ada pemicunya, ada alasan dibalik semua tindakan manusia. Jika dunia ini hanya diisi orang-orang baik, mungkin dunia yang Yongseung kenal sekarang tidak akan pernah ada.

Terkadang sebuah noda itu perlu dibubuhkan di atas kain putih untuk membuat sebuah keseimbangan.

Kakek Hong yang terpaksa melakukan sebuah dosa demi mengimbangi kesedihannya. Dongheon dan Hoyoung yang pertama kali melakukan sebuah dosa diantara para sahabatnya pun terpaksa melakukan itu demi mengimbangi penderitaannya. Sama seperti mereka, mungkinkah keluarga para sahabatnya tega menelantarkan anaknya demi mendapat sesuatu yang mereka inginkan demi mengimbangi sesuatu hal yang belum Yongseung ketahui?

Apapun itu pasti ada alasannya. Yongseung tak ingin gegabah dengan menuduh keluarga para sahabatnya.

Bisa saja kan tragedi masa lalu itu terjadi karena ulah para sahabatnya sendiri?



***



Kim Kangmin mengayun-ayunkan kaki pendeknya di bangku halaman. Anak-anak lain sibuk bermain di sana tetapi Kangmin memilih mendudukkan dirinya di bangku. Hari ini entah mengapa suasana hatinya tidak secerah biasanya. Namun dikatakan buruk pun juga tidak karena Kangmin tidak merasa sesedih itu.

Perasaannya mengambang sejak Papanya tadi berkata bahwa akhir pekan ini mereka akan pergi ke alamat baru rumah papanya yang lain, Jo Gyehyeon. Papa Gyehyeon, ah Kangmin merindukannya. Ia mendongak menatap langit cerah diatasnya, tiba-tiba saja ia teringat hari dimana papa Gyehyeon mengajaknya bermain.

Dia papa yang cuek dibanding papa yang lain, lebih pendiam dari papanya yang asli, Kim Yongseung, dan bisa mencari solusi dengan cepat dibanding yang lain. Sebenarnya semua papanya bisa diandalkan. Mereka juga memberikan kesan yang membekas di hati Kangmin sampai sekarang, itu sebabnya Kangmin sangat merindukan mereka.

TUK!

Kangmin mengernyit sebal pada gadis seumurannya yang tiba-tiba menyetil jidatnya seenaknya. Hei, memangnya dia siapa? Tidak sopan sekali! Dia bahkan sok kenal padahal Kangmin tak pernah berbicara sama sekali dengannya.

"Kamu kenapa lihat langit sampai sebegitunya?"

"Lo nggak usah sok kenal deh!" tutur Kangmin menjawab menggunakan lo-gue seperti apa yang selalu ia dengar ketika papa-papanya yang lain mengajaknya berkomunikasi.

"Kasar,"

Kangmin mengangkat kedua bahunya tak acuh seraya bibirnya mencebik. "Kam--lo aja yang nggak gaul."

Gadis itu bukannya pergi karena sakit hati malah justru mengulurkan tangannya pada Kangmin. Namun Kangmin meresponnya dengan mendengus. Sebenarnya Kangmin bukan tipe anak yang cuek. Ia ramah dan murah senyum hanya saja ia masih kesal dengan gadis itu karena tiba-tiba menyentil jidatnya.

Soalnya kata papa Dongheon jidat itu aset nomor dua seorang lelaki. Sampai sekarang Kangmin masih penasaran aset nomor satunya itu apa karena belum sempat Kangmin ada waktu untuk bertanya, papa Dongheon sudah lebih dulu pergi ke surga.

"Aku ngajak kamu kenalan lho." ujar si gadis cemberut.

"Ya sudah, sebut nama."

"Jo Gyera. Kamu?"

Kangmin menoleh bingung pada Gyera. "Lho kam--lo maksudnya," Kangmin menghela nafas sejenak, pokoknya ia harus pakai lo-gue di depan gadis ini. "Lo nggak tahu gue?"

Gyera menggeleng polos.

"Terus maksudnya nyentil aku barusan apa ya?!" tuntut Kangmin tidak terima sampai melupakan bahasa yang seharusnya ia gunakan di depan sang gadis.

"Kamu kelihatan nyebelin soalnya makanya aku sentil."

Kangmin membuat gerakan seolah hendak memukul Gyera membuat Gyera menutup matanya. Kangmin tidak merealisasikannya karena kedua orang tuanya tak pernah mengajarkan kekerasan, Kangmin hanya ingin menggoda saja siapa tahu gadis itu jera. Hanya saja entah mengapa tiba-tiba Kangmin teringat sesuatu,

"Jo Gyera?"

"Ya, kenapa?" tanya Gyera bingung melihat ekspresi Kangmin tiba-tiba berubah sendu.

Kangmin segera menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Hanya saja namamu mirip papa--, ah bukan, mirip sahabatnya papaku."

"Siapa namanya?"

"Jo Gyehyeon."

Gyera tiba-tiba menepuk pundak Kangmin. "Itu nama pamanku."



***



Jantung Yongseung terus berdebar saat kakek Hong membawanya menuju ingatan selanjutnya. Ingatan di mana pada akhirnya Yongseung akan melihat bagaimana kedua sahabatnya terjerumus pada sesuatu hal yang salah. Sesuatu yang jika kamu terjatuh kedalamnya maka tidak ada jalan keluar bagimu untuk pergi.

Kakek Hong meletakkan telapak tangannya di atas kedua tangan Yongseung yang bertaut. Yongseung menoleh datar meski sorot matanya tidak bisa bohong. Kakek Hong tahu pemuda disampingnya itu sedang gugup dan gelisah.

"Aku tidak akan langsung membawamu ke sana."

"Maksud kakek?"

"Pernahkah kamu berpikir mengapa aku memilih mereka berdua sebagai pengganti Minchan?"

Yongseung menggeleng. "Justru saya bingung mengapa kakek mengorbankan dua orang di saat sang iblis hanya butuh satu jiwa."

"Ada istilah bunga dalam keuangan. Itulah jawaban mengapa aku mengorbankan dua orang."

Yongseung mendecih di sela-sela kegugupannya. "Kakek licik sekali." ujarnya berusaha keras menyembunyikannya tetapi tanpa ia sadari sikapnya justru semakin kentara di mata kakek Hong.

"Sudah kukatakan berkali-kali bahwa aku terbutakan oleh kebahagiaan yang semu itu."

"Baik, sekarang jelaskan mengapa kakek memilih kak Dongheon dan kak Hoyoung!"

Kakek Hong berhenti melangkahkan kakinya membuat Yongseung otomatis ikut berhenti. Beberapa detik kemudian tiba-tiba rumput yang mereka pijak berubah menjadi lantai keabuan, pohon-pohon di sekitar mereka juga berubah menjadi tembok dengan cat berwarna biru, dan langit gelap di atas mereka berubah menjadi atap dengan plafon berwarna putih yang sedikit kusam.

Suara teriakan-teriakan mulai terdengar di koridor panjang itu disambung dengan suara tawa dan beberapa orang yang berbisik. Yongseung memutar tubuhnya untuk melihat keadaan sekitar yang entah mengapa dari model bangunannya nampak tak asing di mata Yongseung. Tak lama kemudian setelah Yongseung menyadari keberadaan mereka, ia segera menoleh pada kakek Hong,

"Bukankah ini sekolahku dulu?"

Kakek Hong mengangguk lalu tersenyum simpul. "Ini sekolahmu di zaman Dongheon dan Hoyoung masih hidup dan bersekolah di sini."

"Kalau begitu ingatan apa yang akan kakek tunjuk--"

PLAKKK!!!

Suara tamparan di belakang Yongseung mengalihkan atensinya. Kakek Hong segera berbalik membuat Yongseung lekas mengikutinya.

Di sana ada wajah tak asing bagi Yongseung sedang jatuh terduduk. "Kak Hoyoung!" seru Yongseung. Namun percuma, itu hanya ingatan, ia tak dapat menolong maupun berbuat banyak. Ia hanya penonton di sana dan hal itulah yang membuat hati Yongseung selalu sesak tiap kali kakek Hong menunjukkan ingatan-ingatan masa lalu.

Baru saja mendapat tamparan, tak berselang lama anak lain menendang perut Hoyoung. Hoyoung mengaduh seraya memeluk perutnya yang sakit. Tidak sampai di situ, anak yang tadi menamparnya segera berjongkok lalu menjambak rambut Hoyoung.

"Lo nggak usah sok berani mau ngelawan kita. Jadi kacung mah jadi kacung aja! Terima aja takdir lo apa susahnya sih?!" teriak sang penampar tepat di depan wajah Hoyoung.

Mata Yongseung semakin memanas di saat ia melihat anak-anak lain disekitar koridor hanya jadi penonton aksi perundungan itu. Dua anak itu tak henti menendangi tubuh Hoyoung seperti menendang kaleng kosong dijalanan. Bahkan setelah itu ada dua orang siswa yang ikut bergabung, mereka tidak menendang, tetapi membawa dua nampan berisi makan siang. Dua orang itu segera menumpahkan seluruh isi nampan pada tubuh Hoyoung yang hanya bisa bergeming.

Hoyoung bahkan tidak bergerak sedikit pun ketika tubuhnya hampir tidak terlihat seperti seorang manusia. Ia diperlakukan seperti sampah di sana. Yongseung semasa sekolah memang hanya pernah benar-benar berteman dengan Kangmin tetapi untunglah teman sekelasnya lebih memilih untuk mendiamkannya daripada mengambil tindakan perundungan.

Hati Yongseung seperti diremas dengan kuat melihat adegan itu. Ia tidak menyangka dibalik senyum Hoyoung dan sikapnya yang selalu sabar menghadapi para sahabatnya ternyata masa lalunya sekelam ini.

Bahkan Yongseung teringat hari di mana ia pertama kali bertemu dengan Dongheon dan Hoyoung. Saat itu Dongheon tidak sengaja mengarahkan bola basket kearahnya dan Hoyoung segera bertanya mengenai kondisi Yongseung serta memastikan Yongseung baik-baik saja. Padahal tanpa Yongseung sadari masa lalu Hoyoung sangat menyakitkan seperti ini.

Saat Hoyoung hampir pingsan, tiba-tiba seseorang datang. Orang itu menerobos kerumunan lalu segera menggunakan punggungnya untuk melindungi Hoyoung yang nafasnya telah melambat itu.

"Nggak usah sok pahlawan lo Lee Dongheon!"

Melihat hal itu Yongseung segera menoleh pada kakek Hong. "Kak Dongheon juga dirundung?"

Kakek Hong mengangguk. "Mereka berdua adalah target perundungan paling populer di sekolah ini diangkatan mereka."

"Mengapa?"

"Alasan klasik. Semua orang iri dengan prestasi mereka. Dongheon adalah siswa yang sering dikirim untuk mewakili sekolah dalam lomba yang berkaitan dengan atletik. Sedangkan Hoyoung sangat bagus di bidang akademik."

"Tapi mengapa mereka justru merundung dua siswa kebanggaan sekolah? Bukankah seharusnya mereka berteman supaya ikut mendapatkan ilmu?"

Kakek Hong menghela nafasnya. "Nak, sekolah ini dizamanmu dan dizaman mereka benar-benar berbeda. Di zaman mereka sekolah ini banyak diisi oleh anak-anak pejabat dan pengusaha yang licik. Demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka rela melakukan apapun. Sayangnya sekolahmu ini sejak dahulu terkenal dengan keadilannya. Tidak ada gurumu yang korupsi. Hal itulah yang menyebabkan mereka merundung Dongheon dan Hoyoung untuk melampiaskan kekesalan mereka karena gagal. Mereka melakukannya sebagai pelampiasan setelah dimarahi habis-habisan oleh orang tua mereka."

"Tapi lihat, bahkan kondisi kak Hoyoung memprihatinkan. Bukankah orang tuanya bisa menuntut atas hal ini?"

"Dongheon dan Hoyoung tidak terlahir di keluarga berada. Mereka jelas tidak bisa mengambil tindakan karena hukum akan buta pada orang yang miskin."

Yongseung memalingkan wajahnya saat melihat kondisi Dongheon yang hampir tumbang demi melindungi Hoyoung. Hati Yongseung tidak siap melihat akhir dari adegan di depannya. Kondisi kedua sahabatnya terlihat sangat menyedihkan di sana dan Yongseung benci ketika ia tak bisa mengambil tindakan apapun selain melihat dan memalingkan wajah.

"Lalu apa alasan mengapa nama dan foto kak Dongheon dan kak Hoyoung tidak ada di ruangan khusus siswa-siswi yang berprestasi diangkatannya?" tanya Yongseung teringat tidak ada nama dan foto Dongheon dan Hoyoung di sana ketika Yongseung meletakkan plakat namanya di ruangan itu di hari kelulusannya.

"Sekolah menganggap kematian Dongheon dan Hoyoung adalah aib."

Yongseung tertawa mendengar jawaban kakek Hong. "Bukankah mereka meninggal karena kakek?"

"Bukan, maksudku aku tidak melakukannya secara verbal."

"Maksudnya?"

"Dongheon dan Hoyoung, mereka bunuh diri."



































Tbc
020421

Continue Reading

You'll Also Like

473K 90.9K 19
ft. nct 2018 ❃When NCT be a youtubers. ©️jeezvr, 2O18 [#18 ─ humor]
80.9K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
6.6K 1.8K 31
[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya...
2.9K 359 17
"Kekacauan yang terjadi selama ini, itu semua karena lo!" . . . . . Treasure member as main cast