Red Lips

By zpmary-84

1.1K 39 1

Menjadi seorang bintang papan atas bukanlah jaminan untuk sebuah kebahagiaan seorang Devi Maharani. Di balik... More

Devi Maharani
Wisnu Dewantara
Terciduk
Pansos
Selingkuh
Rampok!!
Ayah
Date with Mr. Clooney kw
Forget Me Not
The Deal
Pirates Bar
The Lipstick Kiss
Nostalgia Pilu
Egois
Senja Malam
Monster
Cinta Tak Nampak
Ibu
Persidangan
Bebas
The Floating Kiss
Bahagia & Trauma
Bali
Another Deal
Sang Pangeran
Kenangan Yang Terindah
Shit Happen
Jauh Mimpiku
Dasar Pengecut!
CLBK
Kejutan
Babak Baru
I Do

The Devil Named Juana

15 0 0
By zpmary-84

Pagi itu bukan pagi yang biasa buat Dika. Dia bangun dengan perasaan tak karuan, berharap apa yang terjadi kemarin adalah mimpi. Dia telah menandatangani perjanjian dengan iblis. Dia merasa aneh saat mengenakan setelan kerja, mematut dirinya di cermin dan dia berusaha menenangkan dirinya sendiri bahwa ini tidak terlalu buruk buatnya.

Akhirnya dia sampai di kantor Juana dengan motor kesayangannya. Tidak seperti yang dikiranya, Juana sepertinya lebih butuh jongos ketimbang penerus perusahaan. Dia menyuruh Dika untuk hadir di meeting kemudian memberinya tugas untuk mencatat semua hasil meeting sementara Mitha assistantnya sendiri duduk manis di sampingnya seperti bos kecil.

"Dia itu Dika Rivaldi Pangestu, cucu saya!" semua peserta meeting memandang pada Dika, Dika yakin sebagian besar mereka tahu siapa dia, wajahnya muncul di berita dua tahun lalu karena masuk penjara setelah selesai memukuli pacarnya. "Dia kesini akan bantu saya sebagai bagian dari timnya Mitha.. Pasti kalian berpikir bahwa anak bau kencur ini, saya bawa kesini buat menggantikan posisi saya karena belakangan saya sering sakit. Tidak! Seseorang yang mau duduk disini, harus merangkak lebih dulu dari bawah!" Sial!! Juana memperlakukannya dengan tidak hormat, semua mata mencibirnya seolah dia anak yang haus pada harta warisannya Juana saja. Dika berdecak kesal seraya hendak beranjak namun gagal karena Mitha berdiri di dekatnya dan mendorong bahunya supaya tetap duduk.

Dika berusaha mengikuti meeting membosankan dengan materi yang sama sekali tidak dia kuasai, dia hanya bisa mencatat dengan cepat di atas notesnya. Biasanya ini pekerjaan yang dilakukan Mitha dengan memakai laptopnya. Berhubung dia tidak mahir memakai laptop, terpaksa dia memakai notes untuk mencatat. Siall!! Dia lebih suka berkeringat di lapangan ketimbang bermanja di bawah ac seperti ini tapi dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

Tiba-tiba pintu ruang meeting terbuka lebar disana dan seorang perempuan jalan buru-buru dengan ekspresi marah. Dika terperanjat di tempat duduknya. "Ibu??" "Didi, ibu mau bicara sama kamu! Apa-apaan kamu, kenapa bisa-bisanya kamu batalin semua kontrak kamu dengan klub kamu tanpa sepengetahuan ibu! Dan apa ini, kenapa kamu ada disini??" Juana mencebik kesal. "Tetap saja, kamu tidak tahu malu! Kamu tahu ini rapat penting dan kamu seenaknya mengintrupsi?" umpat Juana kesal. Juana terpaksa membatalkan rapat.

"Ma.. Mama yang suruh Didi kerja disini ya? Mama bukankah sudah jelas kalau Didi sekarang sibuk meniti karir basketnya, kenapa Mama masih saja menganggu hidup Didi?" cerocos Bianca panjang lebar pada mantan mertuanya itu. Juana hanya terdiam, dagunya memberi isyarat pada Dika. Dika menghela nafas panjang sebelum mulai berdusta pada ibunya. "Semua keinginanku ibu, aku yang meminta supaya Oma memperkerjakanku disini.." seketika jawaban itu membuat Bianc murka. Dipandangnya lekat-lekat anak lelakinya itu dengan pandangan tak percaya.

"Kamu ini kenapa? Kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau lepas dari nama Pangestu supaya kamu bisa kejar mimpi kamu bahkan untuk memiliki gadis impianmu itu! Apa sekarang kamu ragu? Apa harta sudah mulai membuat kamu silau? Kamu tahu pada siapa kamu akan mengabdi? Dia memang oma kamu tapi dia tidak lebih dari iblis!"
"Bianca!! Jaga ucapan kamu!! Pergi sekarang atau saya suruh satpam usir kamu.." maki Juana tidak terima dirinya disamakan dengan iblis.

"Kamu sudah dengar sendiri dari mulut Didi, dia yang ingin bergabung disini. Mungkin saja uang yang dihasilkannya dari main basket tidak bisa membuat dia mendapatkan gadis impiannya itu? Perempuan waras juga akan lebih memilih penerus perusahaan ketimbang atlet tidak laku.. Bukannya kamu dulu sama saja? Memilih Rudi anak orang kaya ketimbang Wisnu yang waktu itu gembel dengan embel-embel produser.." kalimat pedas itu meluncur begitu saja dari Juana. Dika menggeram kesal, dia tidak tega melihat wajah pias ibunya. Dihampirinya ibunya itu dan dipegangnya kedua pipi ibunya yang memerah menahan amarah.

"Ibu, aku akan baik-baik saja, ibu jangan cemas..aku akan mengunjungi ibu nanti.." gumam Dika. Bianca menatapnya dengan tatapan nanar dan mata berkaca-kaca. Sungguh dia tidak tega melihat perempuan yang sudah melahirkannya itu kembali terluka gara-gara dia. Kemudian pintu terbuka di belakang mereka dan sosok pria yang diharapkan Dika datang. Pria itu membelah ruangan dengan langkah cepat dan langsung merangkul pundak Bianca. "Bi, ayo pulang!" bisik Wisnu di telinga Bianca. "Aku belum selesai dengan Didi" ucap Bianca dengan nada bergetar. "Tolong ibu pulang sama bapak. Nanti kalau sempat, aku telepon.." bisik Dika, untuk pertama kalinya memanggil Wisnu, bapak. Wisnu termenung sesaat, kemudian menggandeng Bianca keluar ruangan.

"Cuihh..drama murahan!" umpat Juana. Dika terdiam seraya mengepalkan tangannya. "Hai anak sapi, jangan berdiam lama-lama disitu..hari ini saya banyak jadwal bertemu orang, kamu siap-siap ikut sama Mitha!" ujar Juana seraya memberi instruksi pada Mitha untuk mendorong kursi rodanya, kembali ke ruangan kerjanya.

Nyatanya, Dika tidak pernah ada kesempatan untuk bicara atau menemui ibunya. Dia disiksa banyak kerjaan yang tiada hentinya, seakan Juana melampiaskan semua amarahnya dengan menekan dia begitu rupa. Dika hanya sempat mengirim pesan ke Wisnu.
"Tolong jaga ibu buat saya, untuk saat ini saya belum bisa cerita banyak. Suatu hari, saya akan menceritakan semuanya pada bapak.." Wisnu pun menyadari pasti ada alasan besar yang menyebabkan Dika berubah pikiran secepat itu. Membuang semua mimpinya dan mengabdikan diri kembali ke Juana.

Selama 6 bulan, Dika mengekor Juana dan Mitha kemana-mana. Mengerjakan hampir 60% pekerjaan Mitha hingga dia selalu lembur di kantornya. Baru tahu dia jika Juana bukan saja punya pabrik kopi, iblis menakutkan itu benar-benar bertangan besi, hampir semua bidang dia jajah.
Mulai perkebunan kopi, tembakau, perbankan bahkan punya saham besar di perhotelan. Dan sepertinya Juana masih ingin mengembangkan perusahaannya padahal usianya juga tidak lagi muda..beberapa ponakan dari saudara Juana sudah mencoba mendekatinya, berharap kalau-kalau perusahaan bisa jatuh ke tangan mereka. Tapi langkah mereka surut saat mendapati pangeran yang hilang telah kembali ke istana.

"Pangeran apaan? Juana benar-benar memperlakukan gue buruk! Gue kerja keras setiap hari dan dapat upah yang sama rata dengan karyawan baru.. Gue gak ada istimewanya, gue disini cuma karyawan!" umpat Dika saat teman dekat yang dikenalnya di kantor mengajaknya makan siang bersama. Seperti itulah rutinitas Dika sekarang, setiap siang bergerombol dengan karyawan lain untuk makan di kantin.

"Ya, tapi kan mas Dika tetap cucu satu-satunya bu Juana, pasti lah saran mas Dika didengerin. Please, mas Dika, sampaiin ya.." bisik teman-temannya yang lagi ngerumpiin bonus akhir tahun yang tidak kunjung turun.
"Lo ngomong sendiri sama pak Bondan, HRD.. Gue bukan assistant dia." kilah Dika seraya menyuapkan nasi ke mulutnya. "Yahh...eh ngomong-ngomong itu ada Pak Rizal, ngapain dia kesini?" celetuk seorang gadis di antara mereka, menunjuk ke arah seseorang. Dika menoleh kesana, Rizal.. Sepupu jauhnya berdiri disana sambil berkacak pinggang dan menoleh kesana sini. "Pasti nyari mas Dika.." bisik yang lainnya.

"Eh.. Di.. Gue cari nyatanya lo disini!" sapa pria berpenampilan perlente itu. Dika tidak menghiraukannya, berkali-kali pria itu memperlakukannya tidak hormat. "Bantuin gue dong, gue telat bikin laporan. Lo kan senggang sekarang karena Mitha lagi tugas luar kota, bantuin gue buat laporan ya. Ntar gue traktir lo makan deh. Gue ada janji soalnya siang ini, laporannya ditunggu Oma jam 2 nanti. Bisa kan lo?" ujar Rizal tanpa sungkan. Dika berhenti mengunyah makanannya kemudian berpaling dengan tatapan sengit ke arah Rizal.

"Bukan berarti mbak Mitha gak ada, gue gak ada kerjaan alias nganggur, Sob! Gue juga punya job desk sendiri dan setau gue bantuin lo gak ada dalam job desk gue.."
"Alah..bantuin gue napa sih, Di? Asal lo diem kan gak ada yang tahu.." seloroh Rizal seraya mau mencomot ayam goreng milik Dika tapi dengan cepat Dika memukul tangannya. "Bukannya lo alergi ya makan disini..ngapain lo kesini? Udah gue mau makan.." ujar Dika seraya kembali menekuni piringnya. Rizal menjadi kesal dan menggebrak meja hingga semua mata memandangnya.

"Lo jangan mentang-mentang ya!
Oma Juana itu gak ada hati sama lo, jangan berharap lo masih ada kesempatan untuk  mewarisi perusahaan ini trus lo semena-mena sama gue.. lo dibawa kesini buat tebus dosa-dosa lo karena lo udah berkhianat sama Oma!" gertak Rizal.
"Jadi sebaiknya, lo baik-baikin gue gih.. kalau lo masih mau aman di perusahaan ini atau lo bakalan ditendang lagi ke jalanan.." Dika menahan amarah sambil memejamkan kedua matanya. Semua karyawan yang duduk di depan mereka hanya bisa menahan nafas, berharap selera makan siang mereka tidak rusak gara-gara menyaksikan adu mulut kedua orang penting dalam perusahaan itu.

"Pergi! Gue mau makan, lo gak lihat semua disini mau makan..." ujar Dika tidak menghiraukan Rizal. Rizal makin kesal, ditariknya kerah kemeja Dika dan dipukulnya wajah Dika yang seketika mengundang teriakan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu.
"Denger ya lo! Gue ngomong baik-baik tapi lo mancing emosi gue, kalau lo gak kerjain laporan gue sebelum jam 2, gue bakal hajar lo lagi.." gertak Rizal seraya pergi.

"Mas Dika gak apa-apa?" ujar gadis yang duduk dekat Dika tadi. Dika berdiri, menebas baju dan celananya yang kotor seraya kembali ke mejanya.
"Mas Dika kudunya hajar dia! Blagu banget!" gerutu yang lainnya. "Sory ya, selera makan kalian pasti bubar gara-gara gue..gue traktirin kalian minum kopi deh!" jawab Dika seraya tersenyum. Gadis tadi kembali duduk di sampingnya. "Mas Dika, baik banget sih...orang gak sopan seperti mas Rizal itu kudunya dikasih pelajaran. Dia itu sukanya jadi pembuat onar aja kalau di kantor. Dia aja pernah colak colek gue kalau di kantor, risih banget.."

"Lain kali kalau dia kurang ajar sama lo, bilang gue. Setidaknya gue ada alasan masuk akal buat hajar dia.." jawab Dika kembali seraya tersenyum. Ya, sebetulnya Dika bisa saja membalas perlakuan Rizal tadi, tapi dia sebisa mungkin menghindari konflik tidak penting di perusahaan itu. Dia berusaha bertahan karena bagaimanapun dia telah menandatangani kontrak mati dengan Juana, jika dia membuat keributan, konsekuensinya adalah hal buruk bisa saja terjadi pada orang yang dicintainya.

"Eh Sabtu depan kita nonton yuk! Ada film barunya Devi Maharani, bagus kayaknya.."  celetuk salah satu dari mereka. Telinga Dika mendengar nama itu membuat senyum menghias di wajahnya. "Nonton yuk, Mas.." sahut gadis di sampingnya seraya menepuk tangan Dika. Dika hanya mengangguk.. "Gak janji, gue ada deadline akhir bulan. Mitha balik Sabtu, pasti dia menagih tugas gue.. bentar gue pesenen kalian kopi juga ya sekalian gue balik!" pamit Dika seraya bergegas.

Dan saat dia mengantri pesan kopi, dia sempat mendengar teman-temannya bergosip tentangnya.
"Lo gak tau ya, Devi Maharani itu mantannya mas Dika! Lo sebut-sebut namanya, jadi baper kan dia.."
"Masak sih itu mantannya mas Dika?"
"Lo makanya jangan fokus kerjaan aja, baca berita!"
"Yahh mantannya cantik kayak gitu, gue gak ada peluang dong!"
"Udah jangan berkhayal. Dia itu tetap aja pangeran, putra mahkota walau gayanya selevel sama kita.."
"Mas Dika ganteng banget! Biar pakai baju buluk pun damagenya parah!"
"Ssttt!! Kenceng banget bu, ngomongnya. Kedengeran ntar orangnya.."

Dika senyum-senyum sendiri mendengar dirinya digosipkan. Diam-diam dia merindukan gadis itu. Gadis yang namanya barusan disebut tadi. Pikirannya berkelana ke masa lampau. Kenangan yang melekat di benaknya, kenangan yang membuat dia mampu bertahan.

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
16.6M 707K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...