DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

84

12.5K 1.4K 290
By DAPU49

Double up!
Untuk nebus yang dua hari kemarin gak up!

Happy Reading ^^

Boleh minta genapin komen di part sebelumnya jadi 100 gak 🥺
Kalau boleh, makasih yaa 🥺💜

***

Rion tengah menatap punggung Sam yang sedang bermain dengan Letta. Rion memalingkan wajahnya, tangannya mengepal, dan ia menghirup nafas panjang.

Tepukan di pundaknya membuat Rion langsung tersentak. Rion bernafas lega saat melihat mbak Ana yang menepuk pundaknya. "Kenapa, mbak?"

"Aden yang kenapa? Kenapa gak nyamperin yayah sama dedek?"

Rion menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Gak papa kok, ini balu aja mau nyampelin. Yon ke sana dulu mbak, oh iya Yon minta susu boleh?"

Mbak Ana terkekeh, ia mengelus kepala Rion. "Boleh dong, bentar ya nanti mbak Ana anterin ke sana."

Rion mengangguk. "Makasih mbak."

Rion menghela nafas panjang sekali lagi saat mbak Ana sudah berlalu dari hadapannya. Ia berjalan menuju Sam dan Letta. Duduk di sofa samping Letta yang tengah bermain dengan Sam.

"Abang udah makan?"

Rion mengangguk, pandangannya fokus ke televisi yang menayangkan film kartun Vampirina itu.

"Abang gak ada PR?"

"Udah siap, tadi dibantuin sama Belbel."

Sam mengangguk, ia kembali menggelitiki perut Letta yang membuat bayi itu tertawa. Tanpa sepengetahuan Sam, Rion mengusap sudut matanya kasar.

"Yah, lemot mana? Abang gak suka sama kaltunnya."

"Tuh di samping TV, cari aja di sana bang."

Rion menghela nafas kasar, ia berjalan dan mencari remot yang ada di sebelah TV. Tapi, setelah beberapa saat ia mencari ia berdecak. "Gak ada, yah."

"Cari dulu bang, carinya pakai mata."

Rion mengatupkan bibinya, ia tetap mencari remot sambil menahan isakannya. "Gak ada!"

Sam menoleh, matanya melirik ke samping kanan TV yang di sana terlihat remot hitam. "Itu sebelah kanan apa, bang? Cari dulu, jangan langsung ngoceh."

Rion mengambil dengan kasar remot itu, ia kembali duduk, tetapi sekarang duduknya bukan di samping Letta, ia mengambil duduk di belakang Sam.

"Jangan di belakang yayah bang, nanti kamu yayah kentutin kan gak lucu," ucap Sam sambil terkekeh.

"Gak papa, enak di sini."

"Ya udah, terserah kamu."

Rion menatap punggung Sam yang sekarang entah apa yang dilakukannya bersama Letta. Air matanya menetes, tapi langsung ia usap kasar saat mendengar langkah kaki.

Rion menoleh dan langsung terlihat mbak Ana yang membawakan segelas susu coklat untuknya. Rion menerima susu itu sambil tersenyum. "Makasih mbak."

Mbak Ana mengangguk. "Sama-sama den, mbak ke belakang dulu, kalau aden butuh apa-apa panggil aja ya?"

"Iya, mbak."

Rion meneguk susu itu, untung saja pas, tidak panas dan tidak dingin. Hanya dalam beberapa kali tegukan susu di gelas tinggi itu habis. Rion meletakkan gelas kosong ke atas meja, ia kembali lagi duduk di belakang Sam.

"Abang."

"Apa, yah?"

"Ambilin mainan Letta di kamar lah."

Mata Rion menatap ke arah Letta. "Itu kan udah banyak, yah."

"Ambilin aja bang, yang kucing-kucingan itu."

Rion mengangguk pasrah, ia dengan lesu berjalan ke kamar. Rion kangen yayahnya yang dulu. Semenjak ada Letta, yayahnya setiap pulang kerja gak nyariin dia lagi, Sam langsung mencari Letta.

Rion duduk di pinggir ranjang, ia mengusap sudut matanya dengan kasar sambil bergumam, "Cowok ndak boleh nangis, ndak boleh nangis. Nanti di kila cemen, ndak boleh."

"Abang ...."

Untuk kedua kalinya Rion terlonjak kaget. Rion memegangi dadanya. Ia melihat ke samping dan di sana ada Dyba yang masih memakai bathrobe. Melihat itu Rion memalingkan wajahnya sebentar kemudian mengelus pipinya sendiri, jangan sampai buna melihatnya.

"Apa buna?"

Dyba berjalan menghampiri Rion, mengusap kepala Rion. "Abang habis nangis?"

Rion menggeleng. "Ndak, abang ngantuk buna, apalagi tadi habis dibikinin susu sama mbak."

Dyba berjongkok di depan Rion, meneliti wajah jagoannya. Matanya menyipit sempurna saat Rion malah melihat ke arah yang lain. "Abang kenapa?"

Rion menghentakkan kakinya di kasur. "Gak papa buna! Abang cuma ngantuk!"

"Rion! Jangan teriak sama buna kamu kalau ngomong!"

Dan pertahanan Rion sudah tidak sekuat tadi. Air matanya merembes sambil menatap Sam kecewa.

Dyba tersentak saat melihat lelehan air mata Rion. Rion bukan bocah yang cengeng, bahkan bisa dihitung Rion menangis hanya beberapa kali. Dyba mengelap pipi Rion, membawa wajah itu agar menghadapnya. "Hei, hei, jagoannya buna kenapa?"

Rion menggeleng. Ia menundukkan kepalanya. "Abang mau bobok aja, na."

Sam meletakkan Letta di tengah-tengah kasur, ia mengulurkan tangannya berniat menggendong Rion. "Yok sama yayah ke kamar."

Rion menggeleng, ia mengusap kasar air matanya. Tangan kecilnya mendorong baju Dyba. "Buna, abang mau bobok dulu ya, abang capek di sekolah tadi kebanyakan main."

"Tungguin buna ya, buna ganti baju sebentar."

Rion menggeleng. "Enggak, abang gak papa. Abang minta maaf sama buna."

Sam dan Dyba bertatapan bingung melihat Rion yang langsung lari ke kamarnya. Dyba menatap Sam. "Sam, please jangan teriak sama Rion. Aku tadi emang gak boleh bentak orang tua, tapi ngertiin mood anak juga. Dia masih kecil,  Sam."

Sam mengusap kasar wajahnya. "Aku reflek sayang. Aku gak suka kalau dia teriak sama kamu."

"Tapi, itu anak kamu Sam! Dia masih terlalu kecil untuk kamu gituin. Kalau bekas di hati dia gimana? Mau kamu anak kamu bukannya baik malah jadi pembangkan?"

"Jangan sampai, Dy. Aku gak mau kejadian yang aku alamin dulu terjadi sama Rion."

"Makannya, jangan langsung teriak ke Rion. Kamu tau muka dia dari tadi badmood kayak gitu, malah dimarahin."

Sam mengacak-acak rambutnya. "Aku ke kamar dia dulu."

Sam membuka pintu kamar Rion dengan berhati-hati. Isakan Rion langsung terdengar. Sam mengadahkan kepalanya, bukan maksudnya membuat jagoannya seperti ini.

Sam berjalan menghampiri ranjang Rion, duduk di pinggir ranjang dan memegang lengan Rion. "Abang ...."

"Yayah ngapain? Abang mau bobok."

Sam berbaring di belakang Rion, memeluk tubuh mungil itu dari belakang. "Yayah minta maaf tadi dah bentak abang."

Sam menghela nafas kasar saat tangisan Rion malah bertambah keras. Untuk mengatakan maaf kepada anak memang sudah menjadi kesepakatan mereka berdua. Tidak bisa ada pasal yang mengatakan 'orang tua selalu benar dan anak selalu salah', pasal itu tidak ada. Orang tua juga manusia yang pasti ada salah. Anak bukanlah tempat yang selalu disalahkan.

Sam memeluk tubuh itu dengan erat, ia mengecup kepala Rion. "Abang kenapa?"

"Yayah gak sayang lagi sama abang."

Tangan Sam berhenti mengelus perut Rion. "Abang ngomong apa sih?"

Rion menenggelamkan wajahnya di bantal, tangisan dan isakannya semakin keras. Sam mengangkat tubuh itu ke atas dadanya dan Rion langsung menyembunyikan wajahnya di dada Sam.

Sam mengelus punggung Rion. "Abang, kenapa ngomong gitu? Yayah sayang sama abang."

"Ya- yah biasanya kalau pu- pulang selalu nyaliin abang, tapi waktu ada dedek yayah gak pelnah lagi nyaliin abang. Yayah seling teliak ke abang. Ya- yah gak sayang lagi sama abang," ucap Rion dengan tersendat-sendat.

Sam meneguk ludahnya, apakah ia keterlaluan seperti itu? Tangan Sam bergerak mengacak-acak rambut belakang Rion. "Abang ... maafin yayah kalau sikap yayah sama abang jadi gitu. Yayah gak bermaksud buat abang berpikir gitu. Yayah sayang, sayang banget sama abang, tapi mungkin memang perhatian yayah ke Letta lebih besar untuk sekarang."

"Abang gak butuh kok yayah selalu ngomong ke abang, abang cuma mau yayah kalau pulang caliin abang dulu, jangan dedek telus."

"Maafin yayah abang, yayah sayang banget sama abang, jangan ngerasa abang tersaingi karena adanya dedek. Kalau abang pengen sama yayah, bilang, yayah bakalan langsung sama abang. Yayah juga kadang gak peka sama abang yang minta perhatiin yayah. Abang bilang aja ke yayah, jangan tiba-tiba abang marah gitu sama buna."

Kaos Sam di bagian dada terasa basah. Sam mengecup rambut Rion. "Abang mau kan maafin yayah?"

"Ta- tapi yayah jangan caliin dedek telus, caliin abang kalau pulang kelja."

"Iya sayang. Maafin yayah."

"Yon pengen yayah kayak dulu, seling main sama Yon, sekalang yayah sama dedek telus."

Sam tertegun, Rion kalau sudah menyebut dirinya menggunakan nama berarti bocah itu beneran marah atau kecewa. "Iya sayangnya yayah. Jangan nangis lagi, yayah di sini sama embul."

"Yayah jangan pelgi ya, di sini sampai Yon bangun. Mata Yon belat."

Sam memegang kedua pipi Rion, menatap wajah itu dengan sayang. Jari Sam mengelus-elus mata Rion yang sembab. "Jagoannya yayah itu tetap abang, gak bakalan ada yang bisa ngegantiin. Yayah sama sama abang, jangan berpikir kalau yayah gak sayang."

Sam mencium kedua mata Rion. "Jangan nangis lagi, masa besok sekolah matanya sipit gitu?"

Kemudian ciuman Sam turun ke pipi Rion. "Jagoan yang paling yayah sayang."

Ciuman Sam turun lagi ke bibir Rion, mengecupnya singkat. "Gak bakalan ada yang bisa ngegantiin abang di hati yayah."

Rion mengecup dengan kilat kedua pipi dan bibir Sam. Setelah itu ia dengan cepat menyembunyikan wajahnya di leher Sam. "Yon sayang yayah. Selamat bobok yayah."

"Selamat bobok juga anak ganteng yayah."

Tangan Sam mengusap-usap punggung Rion yang terlapis kaos putih bergaris-garis itu. Setelah merasakan nafas teratur di lehernya Sam mengecup kepala Rion dengan lama, menghirup wangi sampo yang dipakai bocah itu.

"Maafin yayah sayang."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

18 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 387 15
❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tang...
1.3M 89.7K 33
Ini cerita 4 tahun yang lalu, jadi maaf kalau agak menggelikan :") "A mistake, which made Me and You, become Us." ©by saturfive_2002 2020/2021 Allrig...
837K 61.6K 32
"Jangan pecicilan, kasian anak saya." "Mau gantiin hamil?, lo kira enak bawa anak kemana mana."
356K 33K 67
Positif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedu...