Red Lips

بواسطة zpmary-84

1.1K 39 1

Menjadi seorang bintang papan atas bukanlah jaminan untuk sebuah kebahagiaan seorang Devi Maharani. Di balik... المزيد

Devi Maharani
Wisnu Dewantara
Terciduk
Pansos
Selingkuh
Rampok!!
Ayah
Date with Mr. Clooney kw
Forget Me Not
The Deal
Pirates Bar
The Lipstick Kiss
Nostalgia Pilu
Egois
Senja Malam
Monster
Cinta Tak Nampak
Persidangan
Bebas
The Floating Kiss
Bahagia & Trauma
Bali
Another Deal
The Devil Named Juana
Sang Pangeran
Kenangan Yang Terindah
Shit Happen
Jauh Mimpiku
Dasar Pengecut!
CLBK
Kejutan
Babak Baru
I Do

Ibu

31 1 0
بواسطة zpmary-84

Siang itu, matahari sangat terik menyentuh kulit ketika gadis itu datang ke kantor polisi tempat Dika ditahan sementara.

Kehadirannya sedikit membuat heboh. Karena siapa tidak suka memandang wajah cantiknya meski sekarang wajahnya belum sepenuhnya pulih dari luka bekas penganiayaan yang baru saja dialaminya. Gadis itu duduk dengan anggun, berbalut gaun sederhana, gadis itu tetap mengejutkan sekaligus membuat Dika terpana.

"Kamu kesini?" sapa Dika perlahan.

"Iya... Dan setahuku kamu tidak mau menemui siapapun.."

"Kamu perkecualian tentu saja.. " jawab Dika tetap dengan sikap tengilnya. Perhatian Devi jatuh pada bekas luka di pelipis Dika. Bekas luka yang cukup dalam.

"Aku tahu...aku hanya mau sampaikan kalau aku tidak akan menuntut apapun soal penganiayaan ini.. Jadi sebaiknya kamu selesaikan baik-baik dan cepat keluar dari sini. Aku tidak tahan melihat ibumu sedih" ujar Devi dengan nada datar.

Dika tertawa sumbang.
"Persetan dengan ibu. Yang diingini perempuan itu cuma supaya aku setuju membatalkan perjanjiannya dengan ayah jadi dia bebas menikah dengan Wisnu!"

Devi mendengus kasar. "Ternyata kamu belum juga sadar akan kesalahanmu. Aku menyesal kesini.." gadis itu berdiri dan hendak berlalu.

"Devi... buat apa kamu capek-capek belain ibu haa? Bukannya kamu suka dengan Wisnu?"

Gadis itu berputar kembali dan menatap lurus ke arah Dika. Tatapannya nampak lugas mengintimidasi Dika.

"Seorang teman berkata padaku. Jika kamu memang menyayangi seseorang maka kamu akan benar-benar memikirkan kebahagiaannya, kamu tidak akan punya waktu untuk menjadi egois!"

Dika membuang muka dan tidak mau membalas tatapan gadis yang berdiri di depannya. Kalimat klise yang sering didengarnya itu tiba-tiba mengintimidasinya.. Mengingatkan dia pada kenangan tentang ibunya. Ibu yang begitu dekat dengannya hingga akhirnya dia sendiri yang mundur perlahan karena rasa benci yang mulai tumbuh subur seiring perkataan pahit yang tiap hari dia dengar dari Omanya. Saat ini dia tiba-tiba meragukan kebenaran pemikirannya itu..

"Ada tamu satu orang lagi yang ingin bertemu kamu.. " tiba-tiba petugas polisi menahan dia beranjak dari tempatnya.
Seorang sudah datang, rupanya orang utusan Omanya. Seorang pengacara yang diutus untuk membebaskannya.

"Om Heru.. "
"Didi.. Saya diminta bu Juana kesini. Saya akan mendampingi kamu selama proses persidangan nanti.. Jadi jangan khawatir, saya akan pastikan kamu lekas bebas!"
"Om Heru.. "
"Ya.. "
"Saya tidak mau didampingi.. "
"Apa? Dengar, oma sangat menyayangi kamu, dia tidak mau cucu kesayangannya membusuk di penjara. Bu Juana sudah siapkan kamu untuk sekolah di luar negeri dan jika kamu mau bekerja, perusahaan bu Juana terbuka buat kamu.. "
Dika hanya mendengus kasar mendengar janji pengacara itu.
"Ibu kamu apa sudah kesini? Dengar, dia tidak menyayangi kamu, buktinya dia tidak disini, jadi lebih baik kamu menuruti kata-kata Om.. "
"Sudah! Saya lelah.. " Dika memberi kode ke penjaga kalau dia tidak mau belama-lama dengan tamunya.

Dika kembali ke balik jeruji. Memandangi kesibukan para petugas polisi yang lalu lalang di depaannya sembari mengurut kembali kenangan demi kenangan yang bertabrakan di kepalanya. Kenangan indah sekaligus pedih setiap dia menyebut nama ibu..
"Ibumu tidak pernah menyerah padamu.. " kata Devi saat itu terngiang di telinganya. Sesungguhnya egonya ingin mengembalikan dirinya ke masa kecil dimana semua masih utuh di tempatnya. Sekelebatan ingatan tiba-tiba masuk, saat tangan kecilnya digenggam oleh kedua orang tuanya. Saat dia mendongak ke atas dan menemui orang tuanya saling berpandangan dengan tatapan penuh cinta.

"Apa lo maksud ibu lo harus bertahan dengan pernikahannya yang seperti neraka.. Lo benar-benar egois seperti ayah lo.. " Ucapan Devi menghempas dia pada kenyataan yang masih dia ragukan. Ibu nampak bahagia dengan ayah.. Ayah tidak mungkin sejahat itu, pasti karena laki-laki itu. Selayaknya dia benci laki-laki itu. Dika kembali mendesah panjang.... Saat menyadari tangannya yang penuh bekas luka, dia sudah menyakiti Devi karena cemburu.
Apa itu juga yang dialami ayahnya saat akhirnya melukai ibunya? Karena laki-laki itu?
Ingatan baru datang, ketika ibunya diseret ayahnya karena tahu ibu pulang malam dari sebuah syuting film.

"Didi, masuk kamar nak..ibu tidak apa-apa.. Masuk kamar dulu ya.." wajah ibu yang penuh luka menatapnya nanar. Didi kecil berlari masuk kamar dan menutup pintu kemudian menundukkan kepalanya di sela-sela lengannya.

"Itu masalahnya. Lo selalu merasa satu-satunya korban disini... perasaan seperti itu yang membuat lo berubah jadi monster tanpa lo sadari. Lo kehilangan diri lo sendiri.."
Kata-kata Devi kembali menusuk telinganya. Dika berteriak keras...Tiba-tiba merasa sangat kesakitan.. Saat dia mulai menyadari kalau kata-kata Devi benar. Dia hampir tidak mengenali dirinya lagi. Dirinya yang sejatinya memuja ibu, juga gadis bernama Devi itu... berubah buruk bahkan tega menyakiti mereka. Kenangan baik dan buruk tumpang tindih memenuhi kepalanya..

Kenangan itu saling bertabrakan.
"Ayah kamu bunuh diri karena ibumu itu punya pacar di luar sana..kamu dengarkan oma, jangan sebut dia ibu. Mulai sekarang, kamu belajar yang tekun. Suatu hari kamu akan menggantikan oma dan kamu bisa mengusir perempuan jahat itu.. Mengerti? Berhenti menangis!! Kamu sudah besar, kamu bukan anak kecil lagi.. Berhenti menangis!"

"Lo gila Vi? Lo mau cabut tuntutan lo ke Dika? Gak-gak.. Cowok itu pantas membusuk di penjara!" (Icha)
"Vi.. Pertimbangkan baik-baik. Dika bisa saja datang dan melukai lo lagi.. " (Faisa)
"Cowok macam dia kasih gue aja, mau gue umpanin ke buaya! " (Disna)
"Vi... Alasannya apa? Lo suka sama Dika? Emang ganteng sih dia.. " (Clara)
"Ra!!! " (all)
"Emang ganteng kog si Dika, gue ngomong jujur apa adanya. Dia ganteng banget sekilas seperti yang main di drakor K2. Ji Chang Wook atau Lee Dong Wook ya..pokoknya itu lah!" (Clara)
"Inget laki di rumah, Ra. Eh tapi emang darah ningrat gak bo'ong sih, auranya aura Sultan!" (Faisa)
"Ini kog malah ngebahas buaya itu sih! Fokus girls!" (Disna)
"Buaya kog lo mau umpanin ke buaya sih, Na!! Eh buaya musuhnya apaan ya,  Na?" (Icha)
"Cha, kog malah ngebahas buaya sih? Lo bikin kita gak fokus!! Buaya apa nih, buaya muara apa buaya siam?" (Disna)
"Lo juga gak fokus!!" (Icha)

Dan seperti biasa mereka berantem di grup wa, Devi mencoba menenangkan.
"Tenang girlss, gue bakalan baik-baik saja kog. Gue udah pertimbangkan ini baik-baik.."
"Eh ini buset gosip lo di ig udah berderet.. Lambe emezz nih..Buka gaess" (Icha)
Foto kedatangan Devi di kantor polisi terpampang di akun lambe emezz.
"Haisshh.. Ini mah settingan biar filmnya laku..gimick doang ini mah!" komen sinenggeulis.
"Gue demi Tuhan gak percaya kalau babang pebasket nan ganteng itu ngapa-ngapain vampir betina itu" komen gembelelit.
"Iya..kegajenan sih. Kemarin sok sokan nolak babang vokalis. Tau rasa deh! Wajar dong si babang pebasket marah, abisnya jadi perempuan kog gak bisa jaga diri bener.. Untung lo gak mampus!" lanjut seblakmercon.
"Mozarellanya kakak... Dijamin endeus serendeus.. " senggol kejumanisjaksel.
"Beneran gimmick ini mah, kan produser filmnya si Wisnu yang pacaran sama Bianca yang ternyata dia ibunya babang pebasket dong..aduh duh ada rahasia apaan ya mereka, jangan-jangan ada cinta segi empat nih.." sinenggeulis kembali memberikan komentar.
"Kalian tuh ya..gak ada simpatinya sesama cewek, walau cewek salah, gak sepatutnya laki-laki mukulin cewek!" komen positif dari powerpufgirl yang kemudian dapat bullyan haters Devi. Btw akun powerpuf girls adalah akun milik Icha.

"Hehhh gedek gue sama mereka. Beneran pengen gue karungin buat umpan buaya!" (Disna)
"Mulutnya pada gak disekolahin!" (Faisa)
"Mereka kog pada jahat amat sih, dosa apa Devi sama mereka? Bikin rugi juga nggak loh.. " (Clara)
"Lo jangan cabut gugatan loh Vi, please.." (Icha)
"Setuju!!" (all)
"Gue sama sekali gak perduli dengan komenan hatters atau siapapun.
Gue akan lakukan apa yang gue anggap benar. Maaf gaes.."
"Lo lakuin ini semua buat Om Wisnu kan, Icha dan Ardian udah cerita banyak" (Clara)
"Cha?" Devi mengirimkan stiker panda marah.
"Semua udah gue ceritain Vi.. Maaf" (Icha)
"Ada alasan yang selamanya kalian tak akan paham.. "
"Tapi lo berhak bahagia juga, Vi..." (Clara)
"Gue cukup bahagia"
"Lo selalu coba menjauh dari kami" (Faisa)
"Gue.. Gue cuma butuh ruang.. "
"Apa karena lo gak merasa sama dengan kita, Vi?" (Disna)
"Diss... " (Icha)
"Maksud lo?"
"Kita semua tahu Vi, lo selalu insecure dengan kita kan.. Karena.. " (Disna)
"Karena gue sebenarnya yatim piatu dan kalian dari keluarga bahagia. Jadi itupun kalian sudah tahu?"
"Disnaaaa!!!" (all)
"Girls... Gue tahu lo semua tahu banyak soal gue tapi bukan untuk bicarain gue di belakang ya! Kalian sama saja dengan lambe emezz ya"
"Jangan salah paham, Vi!" (Icha)
"Sekarang kalian tahu kan, selamanya kalian gak akan paham apa itu kesepian.."
Devi menghela nafas panjang seraya mematikan daya ponselnya dan menyerahkannya pada Rexy yang sedari tadi memijat bahu Devi.
"Kenapa Nek? Lo keliatan sedih gitu.. berantem sama geng lo?"
"Gak usah kepo atau gaji lo gue sunat!! Udah pijetin aja bahu gue, nih lengan gue juga sakit semua.."
"Abis nguli ya nek..." dan seperti biasa Rexy ketawa keras macam radio rusak.

Sekarang Devi di lokasi pemotretan iklan minuman kaleng. Meski belum sembuh total, gadis itu tetap melanjutkan syuting. "Untung ye.. Syutingnya ala-ala pantai. Lo bisa sembunyiin mata lebam lo pake kacamata gelap.. Kenapa sih lo nek, istirahat aja napa? Gue yakin badan lo pasti masih ngilu.."
"Gue gak mau berlama-lama bertingkah seperti orang sekarat!"
"Lo cinta mati sama Dika apa gimana sih, Devi Darling.. Kenapa lo cabut tuntutan lo? Sudah sewajarnya tuh laki dapat hukuman walau sebenarnya dese hot juga kalau diliat-liat. Lo emang ya, ngabisin cowok-cowok ganteng, sisain buat gue napa!"
Devi menghela nafas berat.
"Ambilin gue kopi!"

Rexy bergegas mencarikan kopi untuk nona besarnya. Saat kembali, dia tidak datang sendirian. Di sampingnya, Bianca berjalan cepat menghampiri Devi. Nampak dia sedang menahan emosi terpendam.
"Kamu ini kenapa? Kenapa cabut tuntutan kamu haaa?"

Devi bergeming, tidak memperdulikan Bianca.

"Berhenti merasa kasihan sama saya, jika itu alasanmu. Saya tidak keberatan kalau kasus kamu dibawa sampai pengadilan.. Karena Didi memang salah dan saya mau dia belajar bertanggung jawab atas perbuatannya. Saya tidak mau dia tumbuh menjadi monster kalau saya biarkan dia berbuat sesuka hatinya!"

"Gue malas ribut.." jawab Devi singkat.

"Kamu tahu soal perjanjian nikah saya kan? Saya tahu, kamu tahu soal itu. Kamu diam-diam menyelidiki saya dan pernikahan saya kan.. Jadi apa mungkin kamu, sedang berusaha membantu saya supaya Didi menyetujui pembatalan perjanjian itu sehingga saya bisa menikah dengan Wisnu? Alasan itu juga yang membuat kamu menemui Didi kemarin?"

Devi tertawa sinis dan memandang Bianca dengan wajah angkuh.
"Sudah selesai bicaranya? Gue gak sebaik yang lo kira.. Gue malas ribut saja dan gue malas terbawa-bawa dalam permasalahan keluarga kalian.. Jadi lebih baik kalau Dika keluar sehingga kalian bisa membicarakan permasalahan kalian dengan baik-baik"

Bianca berdiri dengan ekspresi tak terbaca. Devi berdiri di depannya seraya menyilangkan lengannya di depan dada, di balik kacamata hitamnya dia memandang kosong pada Bianca. Perempuan itu berbeda dari awal pertemuan mereka. Dia tidak terlihat lagi berpenampilan seperti menantu orang kaya. Dia hanya terlihat seperti seorang ibu kebanyakan yang kebingungan menentukan sikap saat anak kesayangannya berbuat kesalahan fatal. Devi mendesah berat, mengingat ibunya yang memilih menyerah dan tidak menganggapnya ada setelah kehilangan cinta suaminya....

"Lo memang benar, kita 11 12.. Satu-satunya kesamaan kita bukan karena kita sama-sama perempuan sengsara tapi kita berdua di mata dunia adalah perempuan tidak punya ahklak.." gumam Devi sembari tertawa kecil.

Sebuah dering ponsel membuyarkan lamunan keduanya. Bianca tergagap meraih ponselnya. Sebuah panggilan dari nomer tidak dikenal. Bianca ragu sesaat namun kemudian dia memutuskan untuk menjawabnya.
"Halo?"
Tidak ada suara terdengar. Bianca mengulang sapaannya dan hanya helaan nafas terdengar.
"Halo?"
"Halo.. Ibu.. "
Bianca membeku di tempatnya. Sebuah suara yang begitu lama tak didengarnya tiba-tiba mengisi keheningan telinganya.
"Didii.. Didiii... "
"Ya.. Ini aku, Bu"

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.3M 22.4K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
532K 87.6K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...