1

6.7K 278 84
                                    

Selamat datang di karya pertama Mei!
Semoga kakak-kakak sekalian terhibur dan bisa menikmati karya Mei.
Happy reading, ya, kakak-kakak.
.

Hallo semua aku Viona Rasista, biasa di panggil Vi atau Nana. Masih bersekolah, lebih tepatnya sekarang aku duduk di kelas dua belas, sebentar lagi lulus. Di rumah akhir-akhir ini sepi, tak ada Mama dan Papa, keduanya sibuk bekerja di luar negeri. Namun, tidak lagi saat Ian datang berkunjung kerumah sesekali.

Oh, ya, hampir melupakannya. Ian, dia pacarku, usia kita terpaut jauh. Ian yang sudah berusia 25 tahun sedangkan aku sendiri balum genap 18 tahun. Namun, alasanku memilih Ian adalah dia yang bisa membuatku nyaman, dia lelaki yang menerimaku apa adanya, dia lelaki paling sabar menghadapi perempuan yang sangat cerewet sepertiku.

Hari ini hari minggu, hari yang rutin aku isi dengan jalan-jalan bersama Ian. Ah, mengingat Ian saja mampu membuat pipiku memanas. Dengan tak sabar aku menatap antusias kearah gerbang rumahku, berharap ada suara klakson mobil Ian.

Sekarang lagi nunggu Ian jemput aku. Dengan senyum yang terus mengembang dan tidak luntur, memandang penuh harap ke arah gerbang, menunggu Ian yang akan datang.

Melihat jam tangan yang berada di pergelangan tanganku yang menunjukan pukul 08.55 tak seperti biasanya Ian terlambar seperti ini, dia adalah pria yang disiplin. Dengan tak sabar aku langsung menelepon Ian.

"Hallo, Ian? Kamu dimana? Udah dijalan, 'kan? Aku udh nungguin nih, Kok lama sih? Apa macet, ya?" tanyaku beruntun.

"Aduh Vi tanyanya satu-satu dong kan aku jadi bingung. Iya nih Vi jalan macet," jawab Ian.

"Jalan macet? Emang jalan bergerak ya? Ehehe, Bercanda. Oh gitu, ya udah aku tunggu deh." Walau kesal aku tetep bersabar menunggu Ian, semoga hari libur ini menyenangkan.

"Ya udah aku mau fokus nyetir nih, Tunggu ya, Bye." Ian mengakhiri teleponya.

Aku sama Ian itu selisih usianya cukup jauh, mungkin bisa di bilang aku ini beruntung bisa dapetin cowok ganteng plus tajir. Huh, Cuma sayangnya dia terlalu baik dan perhatian banget sama sekitarnya.

Kadang aku selalu cemburu saat Ian dengan pedulinya membantu seorang cewek. Eits, semua cewek dia bantu, mau itu nenek-nenek pokoknya orang yang ada di sekitarnya. Kalo dia bantuin cewek yang lagi susah misalnya cewek yang jatuh di hadapan dia, dia langsung nolong cewek itu, nah aku selalu cemburu sama yang kek gitu deh pokoknya, tapi aku selalu berusaha buat ngilanginnya, karna aku percaya sama Ian.

Hah akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga. Aku melebarkan senyumku kala dia keluar dari mobil mewahnya.

"Ian, Aku udah nungguin kamu dari tadi tau." ucapku mencambikkan bibir dan menghampirinya.

"Sorry." ucap dia tersenyum dan mengusap kepalaku.

Aduh senyumnya itu loh yang buat aku gak kesel lagi sama dia.

"Ya udah kamu mau masuk dulu? Udah sarapan belum? Oh iya sekarang kita mau jalan-jalan kemana?" tanyaku bertubi-tubi.

Dia tertawa.
"Kebiasaan ya, nanya dalam satu helaan nafas."

Aku hanya nyengir aja menanggapinya.
"Jadi?" tanyaku mengangkat satu alis.

"Enggak deh aku gak masuk Lagian pasti gak ada siapa-siapa juga ortu kamu kan lagi keluar negeri kan, ahk mending sekarang kita ke restoran dulu untuk sarapan. Yuk."
Ian kengenggam tanganku.

Aku masuk kedalam mobil begitu juga Ian.

Dan mobil pun melesat, eh gak melesat kan ceritanya macet ini tuh, Ahaahaa

Mobil pun melaju menuju restoran yang dituju.

*

Segini dulu.
Belum ada konflik
Aku pake orang pertama di cerita ini.

Votmen ok?

VOTE KOMEN FOLLOW🌷🌷

He Is Mine! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang