20

1.1K 52 5
                                    

Aku tersenyum miring.
"Apa alasan lo nyiram gue? Ada masalah apa lo sama gue? Dendam apa lo sama gue? Berani lo sama gue? Cari-cari keributan sama gue? Punya nyawa berapa lo sampe sampe berani sama gue?." tanyaku mengakat satu alis.

Itu cukup tenang kok Vio.-batinku.

"Alasan? Alasan gue nyiram lo karna gue gak mau lo deket-deket lagi sama-"

|

"Alasan? Alasan gue nyiram lo karan gue gak mau lo deket-deket lagi sama Samudra! Lo harus tahu! Bahwa gue suka sama Samudra! Dan lo harus hempas dari kehidupan Samudra. Lo tanya gue berani sama lo? Jelas gue berani banget sama lo! Lo itu cuma cewek cengeng yang suka ngadu ke mama papa..."

"Apa kata lo? Gue cengeng? Suka ngadu? Sejauh mana lo ngenal gue? Hellow!! Lo gak akan pernah tahu gimana gue itu karna lo bukan siapa-siapa gue! Dan kata apa? Gue deket-deket sama cowok sialan nyebelin kek Samudra? Hah. Gak pernah gue deketin dia, yang ada dia tuh nempel mulu sama gue!."

"Pokoknya gue gak mau tahu! Lo harus hempas dari kehidupannya Samudra."

Aku tertawa.
"Siapa lo suruh suruh gue?. Temen bukan, keluarga bukan. Dasar aneh!."

"Gue itu Fina! Primadona sekolahan ini."

"Primadona? Kok modelannya kek gini sih? Yang ada dan seharusnya jadi Primadona sekolah tuh gue... Secarakan gue itu imut, cantik, baik, dan gak sembarangan." ucapku mengangkat daguku.

Cewek bernama Fina itu mendengus.
"Gue ingetin sekali lagi! Jauhi Samudra! Kalo gak! Lo berhadapan sama gue!!."

"Mau berhadapan sama lo atau siapapun itu gue gak peduli dan gak akan pernah takut!."

"Hah. Liat aja nanti!."

Diapun pergi dari hadapanku. Siswi yang bernama Fina ini sangat aneh! Gimana gak aneh coba. Dia yang bukan siapa-siapa aku malah nyuruh-nyuruh aku.

Aku pergi kekamar mandi untuk membersihkan seragamku.

*

-Skip pulang sekolah-

"Vio!." suara itu lagi.

Samudra.

Aku memutar tubuhku menghadap Samudra.

"Motor gue udah bener. Kuy pulang bareng."

"Enggak enggak, menidingan lo pulang sama si Dinda aja sana. Bukannya elo suka ya sama dia." aku menolak ajakan Samudra bukan karna aku takut pada si Fina. Tapi. Karna aku akan menjalankan sebuah misi.

"Bu Dinda? Iya sih gue maunya pulang anterin dia, tapi gue malu buat nyamperin dia sendirian, temenin yuk." Samudra menarik tanganku.

Aku ikut saja.
"Dinda!!." panggilku saat menemukan Si ceroboh sedang berjalan tak jauh dari kita.

"Iya Viona ada apa?" tanya Dinda dan menengok pula pada Samudra.

Aku tersenyum menyeringai.
Aku mendorong punggung Samudra hingga samudra terhuyung kedepan, dan sekejap kemudian menubruk tubuh Dinda dan sekarang Samudra berada diatas Dinda. Mereka berdua terkejut. Hahaha...

"Dinda katanya Samudra mau anter lo pulang. Jadi jangan ditolak. Hahaha..." aku melangkah pergi.

Tak memperdulikan jawaban Dinda yang tergagap karna gugup. Hahaha...

Telpon Ian atau pesan ojek aja ya?

Aku bingun pulang harus sama Ian kah? Atau mungkin aku pesan ojol saja biar tidak mengganggu pekerjaan Ian?

Setelah memikirkannya aku akan memesan ojok online saja.

Berdiri sendirian di depan gerbang.
Dari tadi Samudra dan Si Dinda sudah pulang. Dengan sangat senangnya si Samudra lambain tangan. Bikin muak aja.

Pacaran aja tuh sekalian sama si ceroboh Dinda.

Hingga akhirnya setelah sekian abad ehk... Sekian menit aku menunggu ojek itu datang juga.

Aku langsung menyambar helm dan memasangnya dikepalaku dengan terburu-buru aku naik keboncengan.

"Jalan cus bang!!!." aku menepuk pundak tukang ojek online itu.

Hingga motorpun melaju dengan pelan..

Isshh, Pelan amat dah!

"Gas bang gas!!! Cepetan!!!."

Aku terburu-buru karna aku harus menyiapkan makan malam untuk Ian.

**

Nah tuh Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nah tuh Samudra

Pesan hari ini dari saya...

Jangan menyepelekan halyang kecil...
Karna ketahuilah orang tergelincir bukan karna batu yang besar tapi oleh kerikil yang kecil.!!

Sehat-sehat ya semuanya...

Tinggalkan jejak ok ok ok ok ok ok

He Is Mine! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang