Tak ingin membuang lebih banyak waktu untuk mengomeli orang yang bahkan tidak mendengarnya itu, Gina pun beranjak pergi meninggalkan kamar yang ditempatinya bermalam tadi.

Gina mencuci wajahnya terlebih dahulu, kemudian berjalan menuju dapur, bersedia melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dibanding menceramahi orang tidur. Lantas memilih memasak bubur sebagai menu sarapan pagi ini.

Panci pink kepunyaan Seokjin sudah berada di atas nyala api dengan didihan beras di dalamnya. Kemudian Gina mulai mengeluarkan beberapa sayuran dari kulkas dan memotongnya menjadi serpihan kecil. Setelah itu menggoreng ayam yang nantinya akan disuir-suir.

Saat proses menggoreng ayam inilah moment dimana indra penciuman seseorang diuji.

Jika Yoongi terkenal dengan sebutan cenayangnya, maka Seokjin terkenal dengan kesensitifannya. Pria itu terlalu peka pada indra penciuman, bukan hanya aroma, gelagat aneh pun bisa keendusnya. Dengan demikian, aroma masakan Gina tadi seolah memaksa Seokjin untuk bangun dari tidur nyenyaknya.

Sempat menilik layar ponsel yang menunjukan pukul lima lewat lima belas menit Seokjin pun mendudukkan diri sejenak guna mengumpulkan kesadaran.

Pria itu memang terbilang member yang paling rajin bangun pagi. Paling awal bangun dari member lain. Namun, ini tetap masih terlalu pagi baginya. Seokjin masih mengantuk dan sebenarnya tak perlu bangun sebegini paginya bila tak ada jadwal kerja, dan juga jadwal penerbangan mereka hari ini masih beberapa jam lagi. Akan tetapi, keheran juga rasa penasaran menyerang benaknya perihal aroma yang hinggap di penciumannya itu.

Ayolah, Seokjin sangat tau, tidak ada member yang begitu rajin memasak di pagi hari selain dirinya, dan juga rekor bangun paginya belum bisa di pecahkan. Ia masih pemegang rekor member yang paling pertama bangun pagi di dorm.

Maka dari itu, usai mengumpulkan kesadaran juga memastikan tak ada sesuatu yang lain terbangun dari dirinya—guna menghindari kejadian terdahulu, Seokjin pun lekas menyibak selimut dan meniti langkah keluar kamar.

Dengan piyama RJ kesayangannya Seokjin menderapkan langkah pasti menuju dapur sambil mengendus ngendus layaknya seorang kucing yang mencari makan. Setibanya, hanya kekosongan yang Seokjin jumpai. Tak ada siapapun di dapur kecuali panci pinknya yang bersandar nyaman di atas nyala api.

"Eoh, Seokjin Oppa sudah bangun rupanya."

Suara sahutan dari arah belakang membuat Seokjin sontak berbalik."Oh! Gina-ya, kau sudah datang?" tanyanya kaget dengan suara parau khas bangun tidur. Sebab tidak biasanya ia melihat kehadiran Gina di dorm mereka saat pagi buta begini."Apa yang kau bawa itu?" imbuhnya tatkala Gina menghampiri dengan wadah berisi handuk di tangannya.

"Ah... Ini handuk bekas kompresan Yoongi Oppa," jawab Gina lekas meletakkan wadah tadi di wastafel. Kemudian beringsut pindah mengurusi masakannya.

Seokjin menukik salah satu alisnya ke atas."Mwo?"

"Semalam dia demam," balasnya selagi mengaduk bubur.

Seokjin mendesis, menggerutu. "Haiss... Kenapa tuh anak gak bilang-bilang kalau sakit."

Detik selanjutnya Seokjin lekas berpaling pergi menuju kamar Yoongi .

"Yoongi-ah!" Seokjin berseru dramatis sesaat memasuki kamar dan menemukan pria tersebut tengah tertidur dengan tangan terinfus. Lalu menghampiri Yoongi yang kini terbangun akibat seruannya tadi."Aigo, aigo, Yoongi-ah. Kenapa kau bisa begini?" imbuhnya meratapi tangan Yoongi. Prihatin sekaligus khawatir.

Mengerjapkan mata beberapa kali Yoongi coba mengumpulkan kesadarannya."Gina mana? Sudah pulang?"

"Gina mana? Sudah pulang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now