EPILOG

229 20 4
                                    

Jungkook itu benci kekalahan, dan mendapati dirinya kalah dari Park Jimin hingga mengharuskannya pulang menggunakan bus benar-benar menjengkelkan untuk ia lakukan. Tadi perjanjiannya bukan begini, loh. Permainan menebak isian burger yang mereka pesan sesaat makan di restoran tadi hanya menargetkan yang kalah untuk membayar, tapi kelewat asem, Park Jimin yang pendek seperti anak kelas tiga sekolah dasar itu justru mengerjainya dengan meninggalkannya seorang diri di restoran sewaktu ia pergi ke toilet. Dompet dan ponselnya diambil. Beruntung ada pecahan dua lembar seribu won yang terselip di dalam tasnya yang bisa ia gunakan naik bus untuk kembali ke kantor. Oh, belum lagi udara sedang dingin sekarang, tadi ia meninggalkan jaketnya di mobil dan jelas ia menyesalinya. Awas saja yah, Jungkook akan membuat pembalasan nanti, huh!

Maka menyeret tungkainya menapaki tangga masuk bus dengan tas kebesaran yang dibawanya, Jungkook berharap-harap cemas agar tidak ada yang mengenalinya sesaat ia mendaratkan dudukan juga pada bagaian belakang bus.

Namun bagaimanapun juga, kendati sudah menutup diri sebaik mungkin, tentu aura seorang idol yg bersinar dari dalam dirinya tak bisa dibungkam begitu saja hanya dengan bermodalkan masker dan topi, terbukti dari bagaimana salah satu penumpang bus yang ada di sisi kanan tak henti-henti melirik terus ke arahnya.

Aduh, memang susah yah kalau tampan dan terkenal begini, apa-apa selalu diperhatikan.

Jungkook barangkali bisa saja meladeni bila nantinya gadis itu meminta foto atau sekedar tanda tangan seperti yang kebanyakan orang lakukan saat bertemu dirinya. Tapi, oh, sungguh, Jungkook sedang tidak mood sekarang. Hingga manakala gadis itu terlihat akan menyodorkan sesuatu padanya sesuai dugaan, Jungkook sudah bersiap dengan penolakan yang akan ia berikan.

"Chogiyo, ini untukmu." (Permisi)

Sesaat, Jungkook hanya memandang apa yang gadis itu sodorkan untuknya.

Tidak ada penolakan yang bisa ia lontarkan.

Alih-alih ponsel atau secarik kertas seperti yang Jungkook pikirkan, gadis itu justru menyuguhinya dengan sebuah hotpack.

Jungkook tak yakin apa gadis itu benar-benar mengenalinya atau tidak, tapi melihat kepedulian yang gadis itu tunjukkan padanya, entah mengapa terasa menampar yang meninggalkan bekas. Bahkan sebelum benar-bebar meraih hotpack itu sendiri, Jungkook sudah bisa merasakan hangatnya mengalir.

Lalu saat Jungkook menatap gadis itu, melihat bagaimana sosok itu menyematkan senyuman dengan kepala terangguk pelan, Jungkook barangkali tak yakin ia pernah melihat senyum semacam itu sebelumnya. Senyum tulus murni yang ajaibnya mampu membuat hatinya bergetar dikala perasaan kesalnya tadi mendominasi.

"Ah... kamsahabnida."

Maka menerima pemberian gadis itu, Jungkook bisa merasakan hangat benar-benar menyelububgi dirinya.

***

Jungkook sendiri bukan tipe orang yang suka membawa banyak barang di dalam genggaman. Hanya ada satu tas jinjing bermerek Louis Vuitton hitam yang ia bawa. Jadi di saat orang-orang mulai riweh mengurus banyaknya barang bawaan juga bagasi yang perlu diambil, Jungkook justru tampak asik melipirkan diri ke arah pusat perbelanjaan di area kedatangan itu. Ia membeli satu kacamata untuk mendukung penampilannya di khalayak ramai yang menunggu di luar pintu kedatangan sana.

Lalu saat hendak kembali mengambil koper, Jungkook menemukan para member sudah beranjak pergi lebih dulu bersama kopernya yang dibawa pergi oleh staff. Ia masih bisa melihat punggung Hoseok di depan sana ketika ia menyadari ada barang yang tertinggal di tempat di mana para member tadi berada.

Di salah satu kursi tunggu itu, sebuah paper bag terlihat tergeletak di ujung bangku tanpa pemilik. Yakin bila itu milik Hyungnya yang tertinggal.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang