BAB 29. Kehilangan

7.1K 945 159
                                    

UPDATE!

Ayo semua merapat sekarang juga! Siapa yang udh nunggu chapter ini? Mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

PS : Masih ada satu chapter lagi sebelum epilog.

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Note : belum di cek ulang, maaf kalau ada typo di dalam cerita




Note : belum di cek ulang, maaf kalau ada typo di dalam cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano berlari melewati gerbang dengan panik. Jantungnya berdebar kencang membayangkan bambolinanya berada disana membutuhkan bantuan dirinya. Asap hitam terlihat membumbung di udara dan api berkobar dengan liar melahap habis bangunan. Perlahan Luciano melambatkan larinya ketika satu persatu pondasi bangunan runtuh karena tidak mampu lagi menopang beban. Luciano diam bergeming ketika para staff yang berkerumun menyaksikan villa besar tersebut dilahap api, mulai bergerak cepat untuk memadamkan api. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari kehadiran dirinya karena terlalu sibuk mencari air untuk memadamkan api.

Bayangan akan wajah Danielle, aroma wanita itu, senyum suaranya, bagaikan memori yang sekarang terasa begitu jauh, sebuah kenangan yang sama sekali tidak berguna bagi Luciano. Ia tidak menyangka ucapan perpisahan mereka beberapa saat yang lalu adalah momen terakhirnya bersama Danielle. Seluruh tubuh Luciano gemetar menahan kesedihan sekaligus amarah. Rasa penyesalan menggerogoti seluruh jiwanya dengan cepat. Luciano menunduk dan memperhatikan kedua telapak tangannya. Dengan kedua tangannya Ia bisa melindungi Danielle, tapi Ia justru melepaskan wanita itu. Dengan kedua tangannya Ia dapat memastikan kehidupan Danielle, tapi Ia justru membebaskan wanita itu dari kegelapannya. Dan lihat apa yang terjadi? Sekarang satu-satunya cahaya yang menjadi penerang dunianya telah hilang.

Luciano tersadar dari pikirannya ketika mendengar suara tangis seorang wanita. Tangisan yang diselingi dengan teriakan nama Danielle membuat Luciano mencari asal dari suara itu. Manik abunya langsung tertuju ke arah Carolina yang duduk di aspal dan dikelilingi beberapa pelayan wanita yang mencoba untuk menenangkan dirinya. Luciano berlari menghampiri wanita itu dan berjongkok di depan Carolina. “Carolina, dimana Danielle berada?” Ia bertanya dengan nada mendesak. Carolina menangis histeris sambil menggelengkan kepala cepat. “Katakan padaku sekarang juga!” Luciano berteriak seraya mencengkram kedua bahu Carolina dan menggoyangkan tubuh wanita itu.

Dengan tangisan histeris Carolina membuka mulutnya dan menjawab, “aku tidak tahu ... tadi dia ...” Carolina menarik napas dan menceritakan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu. Manik abu Luciano semakin menggelap di setiap kata yang keluar dari mulut Carolina. “Lalu dia kembali ke dalam dan tidak lama kemudian ... Oh Tuhan ... Api ... Danielle masih berada di dalam!” Mendengar keributan terjadi, semua staff akhirnya menyadari kehadiran boss mereka.

“DAMN IT!” Luciano bangkit berdiri dan melepaskan jas yang melekat di tubuhnya, kemudian Ia merebut salah satu ember yang dibawa oleh salah satu staff lalu menuangkan seluruh air yang ada di dalam ember tersebut ke tubuhnya.

Semua staff berubah panik saat tahu boss mereka akan memasuki bangunan yang sudah hampir runtuh dilahap api. Mereka langsung berusaha untuk mencegah dan mengatakan bahwa itu adalah hal yang berbahaya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mencegah, tapi mereka tidak akan membiarkan sang Capo menembus api yang begitu besar dan panas. “Lepaskan aku! Istriku ada di dalam!”

Kepala staff villa mendekat dan berusaha menenangkan sang Capo. “Kami tidak bisa membiarkan anda masuk, Capo. Seluruh bangunan sudah dilahap oleh api. Jika anda masuk, maka anda akan mati di dalam sana!”

“Biarkan aku pergi! Aku lebih memilih untuk mati jika harus hidup tanpa istriku! Lepaskan aku!” Luciano terus memberontak membuat para staff sedikit kewalahan, tapi pada akhirnya pria bertubuh besar nan kekar itu mengalah dan jatuh lemas di atas aspal. Seluruh staff yang melihat kesedihan sang Capo hanya bisa terdiam. Mereka hanya bisa menyerahkan semuanya kepada takdir.

“Danielle ... I love you ... please don't leave me ...” Luciano berkata lirih. Setitik air mata jatuh membasahi pipinya disusul oleh tetesan air mata lainnya. Luciano menangis dalam diam. Membayangkan istri dan calon bayi mereka berada di dalam sana, rasanya amat sangat menyakitkan. Rasanya berkali-kali lipat dari perasaan yang Ia rasakan ketika melihat ibunya mati di tangan ayahnya sendiri.

Limerence : RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang