Cₕₐₚₜₑᵣ ₂₅ || 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗿𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗽

1 0 0
                                    

Dalam hati Ivana sedang terjadi perdebatan. Kali ini akankah ia mendapat jawaban yang sempurna tanpa adanya hal yang tertutupi atau menimbulkan pertanyaan lain?. Perdebatan dalam hatinya semakin membuatnya gelisah untuk melanjutkan kata-katanya, sementara itu sang ayah sedari tadi sudah mengernyitkan dahi. Ia menatap mata ayahnya, ia ingin memercayainya. Sekarang atau tidak pernah.

"Ayah ada sesuatu yang harus ku beritahu.. ini menyangkut kita berdua dan.. Ibu".

Mata ayahnya membesar mendengar kata ibu. Ivana menarik napas dalam-dalam.

"Beberapa hari yang lalu aku mendapat pesan lewat ponsel dari seorang pengirim yang tak kukenal", Ivana merogoh kantongnya kemudiam mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan pesan itu pada ayahnya.

Ayahnya membaca isi pesan itu, tangannya yang terletak diatas meja seketika mengepal. Ivana memerhatikan reaksi ayahnya. Ia mengira ayahnya akan mengatakan sesuatu yang ia harapkan, namun perubahan ekspresi ayahnya menandakan ia sedang bersandiwara.

"Ivana.. kau jangan percaya dengan pesan-pesan seperti ini, akhir-akhir ini banyak penipu, kau harus jaga dirimu baik-baik", Ia tersenyum kecil kemudian kembali melahap santapannya.

Ivana menekan rahangnya, ia tahu ayahnya berbohong. Ia berdiri dari tempat duduknya, ayahnya menatapnya heran. Ivana tersenyum ke arah ayahnya.

"Terimakasih telah membiarkanku menemani soremu, aku sudah kenyang, aku rasa lebih baik aku pulang, maaf sudah merepotkanmu", 

"Tinggalah, malam ini menginaplah, 

"Tidak, aku tidak bisa jika kau masih belum sepenuhnya percaya padaku. Kau ayahku, diantara kita seharusnya tak ada rahasia, aku dapat memahamimu melakukan sandiwara konyol ini saat aku masih kecil, namun sekarang aku anakmu berhak mengetahui kebenaran. Aku berhak mendapatkan penjelasan tanpa satupun kebohongan di dalamnya", Ivana menegaskan hal ini pada ayahnya.

"Dan soal pesan itu.. Aku tak butuh jawaban darimu, meski aku yakin kau dapat menjawabnya,aku tak yakin kau akan menjawabnya",  sebelum Ivana sempat beranjak dari meja makan ayahnya menghentikannya.

"Kau.. kau tahu siapa pengirimnya?", tanya ayahnya.

Ivana mengangguk.

"Bagaimana bisa?", kekhawatiran tergambar di wajahnya.

"I have my ways. Malam semakin larut, aku harus segera pulang".

Ayahnya kembali menghentikannya.

"Ivana tolong.. beri tahu ayah.. aku harus mengetahui-",

"Kau harus mengetahui hal ini? kenapa? karena kau ayahku? apa itu berlaku padaku?, aku harus mengetahui semuanya, karena aku anakmu", 

Ayahnya terdiam,nampaknya ia mengalami dilema yang sama dalam hatinya.

"Baiklah, aku akan menceritakan semuanya dari awal. Maukah kau menginap disini? aku baru saja dapat berbincang denganmu".

Ivana melihat ekspresi itu. Ayahnya membutuhkannya disisinya. Ivana mengangguk, menyetujuinya. Ia kembali duduk di meja makan.

"Ayah berhutang penjelasan lebih banyak dan lebih lama padaku, ayah mulai bercerita duluan". 

"Ivana.. Aku adalah pengedar narkoba, bagian dari gang ternama Kota Elysian, The Black Vultures".

"A-apa ibu tahu?", Ivana mengatakannya dengan perasaan takut saat mendengar pernyataan ayahnya.

"Ya, ibumu tahu itu. Ia tak pernah menyerah, selalu mencoba menyadarkanku bahwa tindakan yang kulakukan salah, dan ia berhasil.."

𝑯𝒆𝒓 𝑳𝒂𝒔𝒕 𝑴𝒆𝒔𝒔𝒂𝒈𝒆𝒔Where stories live. Discover now