Cₕₐₚₜₑᵣ ₃₂ || 𝗧𝗲𝗿𝗸𝗮𝗶𝘁

2 0 0
                                    

Gray meluruskan beberapa hal pada Camila, ia menegaskan dirinya tak tertarik dan tak ingin melampaui batas pertemanan dengannya. Camila pada akhirnya menerima keputusan itu, ia akhirnya menerima fakta bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, bahwa lelaki yang selama ini ia impikan ternyata mempikan gadis lain.

Setelah kencan itu selesai, pukul 14.00 Gray segera beranjak menuju bukit pohon willow. Berbeda dengan kebiasaannya, hari ini ia pergi dengan bus untuk menuju tempat itu, tidak seperti dulu kala, ketika keempatnya mengendarai sepeda sampai bukit.

Gray menyenderkan kepalanya pada kaca bus, ia melamun. 'Haruskah aku melakukan itu?', 'akankah pertemanan 13 tahun kami berakhir jika aku melakukannya?'. Gray terus bertanya dalam benaknya, hingga perjalanan terasa begitu singkat. Ia akhirnya sampai pada destinasinya, ia turun dari halte lalu tinggal berjalan menanjak sedikit sampai ke bukit di atas sana.

Di bukit 

Ivana sedang menyandarkan dirinya di pohon Willow, ditemani angin sepoi-sepoi, juga pemandangan indah laut selatan Kota Elysian. Meski ditemani suasana dan pemandangan yang indah, Ivana sebenarnya merasa gelisah. Sampai siang ini ia belum juga mendapat kabar dari sang ayah. 'Apa dia baik-baik saja? ia harus baik-baik saja, jika tidak kurasa aku tak dapat bertahan', katanya dalam hati. Lamunannya terhenti saat seseorang menganggetkannya dari belakang dengan menaruh tepat di atas pundaknya. Ivan sedikit terkejut, kemudian menoleh wajahnya hanya untuk bertemu dengan senyuman manis lelaki itu. 

"Hai Ivy kau sudah lama disini?", Tanya Gray. Ia duduk bersandar di pohon willow disebelah Ivana.

"Tidak aku baru sampai", Ivana tersenyum. 

Gray menengok ke kanan dan ke kiri, melihat sekeliling.

"Justin dan Will?".

"Mereka belum datang, kita memang berjanji untuk datang sore hari", Ivana berkata.

Gray memperhatikan wajah Ivana, ia telah menyadari bahwa Ivana akhir-akhir ini tampak lelah. Meski begitu kecantikannya tak pernah pudar. Gray terus mencuri pandangan untuk melihat wajahnya

"Bagaimana dengan kencanmu? apa itu berjalan baik?", tanya Ivana menatap Gray.

"Ya, semuanya berjalan dengan baik", Ia menjawab singkat.

Ivana memperhatikan reaksi Gray yang berbanding terbalik dengan ucapannya. Tanpa berkata apa-apa Ivana menaruh tangannya di atas tangan Gray yang tergeletak di rerumputan, lagi-lagi ia berhasil menenangkan hatinya yang gundah.

"Kau bisa ceritakan semuanya padaku kalau kau mau, tenangkan dirimu", Ivana mengatakan itu sembari mengelus tangan Gray. 

"Ivy aku menyukaimu", katanya secara tiba-tiba. Ivana hanya menatap sepasang mata seindah lautan biru itu.

"kau tak harus berkata apa-apa atau melakukan apa-apa, kau hanya butuh membiarkanku menyukaimu", Gray melanjutkan.

"Gray a-aku-", ucapannya terhenti lantaran Gray menggenggam tangan Ivana.

"Kau selalu dapat membacaku disaat aku sedang gelisah, namun apa kah kau tahu penyebabnya? kerumunan, ruangan penuh dengan orang, semua itu benar. Akan tetapi akhir-akhir ini, kegelisahan yang kualami.. karena kau Ivy", ujar Gray. Ivana masih tak dapat berkata apa-apa.

Gray menatap sepasang mata indah itu, ia tenggelam didalamnya. 

"Ivy.. pekan depan akan di adakan prom night oleh sekolah kami. Maukah kau-", Sebelum ia sempat mengucapkan kalimatnya, Will dari kejauhan berteriak.

"Hey Guysss!!", mendengar hal itu Ivana segera menarik tangannya dari genggaman tangan Gray. Keduanya menoleh ke belakang dan mendapati Will dan Justin sedang berlari menuju mereka. Ivana dan Gray berdiri untuk menyambut mereka.

𝑯𝒆𝒓 𝑳𝒂𝒔𝒕 𝑴𝒆𝒔𝒔𝒂𝒈𝒆𝒔Where stories live. Discover now