Cₕₐₚₜₑᵣ ₂₄ || 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗲𝗹𝘂𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮

2 0 0
                                    

"What do you want?", tanya Ivana sembari menahan tangisnya.

"Nothing much, just your father to be back on the headquarters or you to be.. dead".

Napas Ivana tersendat saat mendengar perkataan pria itu.

"Headquarters? what do you mean?", tanya Ivana kembali   

"I'm not your father, I don't owe you every bit of explanation", Pria seram itu menyadarkan Ivana bahwa ayahnya adalah orang yang berhutang penjelasan padanya.

"Do it, or you'll be dead by the time I'll find you and kill you myself", lanjut pria itu.

Ivana kembali melirik kearah tempat duduk pria itu, ia mendapatinya juga melirik kearahnya dengan seringai khasnya yang membuat setiap orang memohon ampun hanya dengan melihatnya. 

*Tiitttt* telfon itu diputuskan olehnya.

Ivana menaruh ponselnya kembali di sakunya. Apa yang baru saja terjadi? apa yang sudah ayah lakukan? kenapa ayah bisa berelasi dengan orang seperti itu? dan pertanyaan paling ia perlukan jawabannya adalah apa yang akan terjadi padanya? tentu saja ia tak akan mendapat semua jawaban itu jika ia berdiam di sini, mengatur napasnya, menahan tangisnya, dan menyenderkan dirinya yang lemah pada tembok. Ia harus kembali ke rumah itu.

Rumah Ayah Ivana

*Krieett* suara pintu yang dibuka Ivana

Ivana kembali menginjakkan kakinya di rumah ini.

"Apa lagi yang kau inginkan?", Suara dari arah sofa mengejutkan Ivana.

"Ayah..", Ivana khawatir melihat keadaan ayahnya yang sangat lemah.

Ayahnya seketika berdiri, ia lalu melemparkan botol wine yang sedang dikonsumsinya ke lantai, serpihan botol itu berserakan di lantai.

"Pergi!! pergi kau dari rumah ini!! kau anak kurang ajar-".

Ivana membuatnya tak bisa melanjutkan kata-katanya, ia berlari dan langsung memeluk tubuh lemah bapaknya.

"Ayah aku disini.. kau masih punya aku.. kita masih bersama, tidak masalah jika kau mengusirku berkali-kali, atau menyiksaku tanpa henti, aku akan tetap berada disisimu, aku sayang ayah. Jangan biarkan dirimu melalui ini semua ini sendiri..", Ivana meneteskan air mata.

Ayahnya mematung dan tak berkata. Ivana menjauhkan dirinya selepas memeluk ayahnya. Ia berbalik arah membelakangi tubuh ayahnya, kemudian duduk bersimpuh. 

"Gunakan aku untuk menyalurkan amarahmu, gunakan aku jika itu membuatmu lebih baik, karena bagaimanapun aku tak akan lari lagi darimu.."

Ayahnya masih mematung tak bersuara. Ivana kembali berkata.

"Kau bukan pembunuh yang selama ini aku yakini, kau bukan monster yang harus kutakuti-", Perkataan Ivana di potong dengan suara tawa ayahnya

"Kau tau apa tentang itu? kau hanya gadis kecil saat itu".

"Terakhir kali aku mengunjungimu.. sore itu kau melihat ibu di dalam diriku, mungkin itu pengaruh alkohol namun tetap saja, kau mencintainya, kau memujanya, aku bisa melihat itu dalam matamu. Kau tak berhenti memanggil namanya, setiap hari hidupmu dipenuhi penyesalan dan rindu yang tak pernah pudar walau kematian ibu sudah 11 tahun lamanya.." Setelah perkataan Ivana, ia mendengar suara keras seperti sesuatu terbanting jatuh ke lantai.

𝑯𝒆𝒓 𝑳𝒂𝒔𝒕 𝑴𝒆𝒔𝒔𝒂𝒈𝒆𝒔Where stories live. Discover now