chapter dua

25.1K 3.6K 291
                                    

Sider? JOMBLO SEUMUR HIDUP!


Tanpa berkata apa-apa, Jaemin menggendong bayi yang bernama Kwon Yuli itu beserta kantung yang ada di sisi bayi ke dalam kamarnya.

Jeno hanya memperhatikan Jaemin.

Jaemin meletakkan bocah itu di ranjangnya. Jaemin sadar jika sedari tadi Jeno memperhatikannya. Lelaki itu mencoba sebisa mungkin untuk tidak gugup.

"Je—Jeno,"

Mulut sialan.

Jeno hanya menaikan alisnya, mengisyaratkan Jaemin untuk melanjutkan pembicaraannya.

Jaemin hanya diam, hingga beberapa saat.

"Ada apa, Jaemin?"

Pada akhirnya Jaemin menyerahkan kertas surat itu kepada Jeno.

Jeno menerimanya dan segera membaca isinya.

Jeno mengernyitkan keningnya ketika membaca itu, membuat Jaemin yang kini sedang duduk memangku bocah itu gelisah.

"Kau ingin memeliharanya?" Tanya Jeno setelah selesai membaca surat itu. Sial, kenapa bahasanya menjadi memelihara.

"Bukan memelihara! Tapi merawat,"

Jeno tidak menjawab. Sialan, si irit bicara ini.

"Boleh kan, Jen?" Tanya Jaemin takut-takut.

Jeno melirik Jaemin. Jeno berdiri disamping ranjang Jaemin.

"Kenapa meminta izin? Aku bukan suamimu,"

Sial. Siapa juga yang mau bersama si irit bicara ini.

"Babababa~" Oceh si kecil dengan tangan yang tak bisa diam seperti meminta di gendong oleh Jeno.

Jaemin sadar jika Yuli meminta di gendong oleh Jeno. Tapi dia malu untuk membicarakan itu dengan Jeno.

"Mumama~"

"Ada apa, bocah?"

"Jen, bisa gendong dia sebentar? Aku ingin membuatkan dia susu."

"Susu?" Jaemin mengangguk.

"Ada?"

"Hah,"

"Ck, susu apa itu ada?" Tanya nya. Menanyakan susu ada atau tidak saja susah sekali.

"Ada disini," Jaemin membuka kantung itu setelah menyerahkan Yuli pada Jeno. "Ibunya meninggalkan beberapa baju, susu dan botolnya juga beberapa mainan untuk digigit karena mungkin diusianya yang tumbuh gigi membutuhkannya."

Jeno hanya mengangguk mengiyakan. Padahal dia tidak mendengarkan dan tidak mengerti. Jeno berjalan ke sofa dan menyalakan televisi memangku Yuli di paha nya.

Ah seperti seorang Ayah yang sedang menjaga anaknya.

Yuli terkikik ketika tayangan televisi menampilkan seorang anak yang terjatuh. Dia mengerti, sungguh?

Jaemin datang dengan membawa sebotol susu hangat untuk Yuli.

"Manis, sekarang minum susu dan tidur, oke?" Ucapnya ketika sampai dihadapan Jeno yang memangku bocah itu.

"Makan,"

"Huh?"

"Buatkan untukku."

"Tapi, Yuli harus minum susu." Jaemin heran dengan Jeno. Bagaimana bisa dia membuat makanan dengan memberi susu Yuli.

"Kemari,"

Jaemin maju selangkah untuk lebih dekat dengan Jeno sesuai perintahnya tapi Jeno malah mengernyitkan keningnya.

"Botolnya!"

Sialan. Kenapa tidak bilang dari tadi Jeno! Membuat malu saja.

Jaemin menyerahkan botol susu kepada Jeno dan berlalu dengan kesal.

"Dasar si irit bicara!" Gerutu Jaemin dengan pelan tapi masih bisa didengar oleh Jeno. Jeno tidak menanggapinya, dan melanjutkan memberi susu kepada Yuli.

Jaemin mulai memasak dengan lihai. Tapi dia masih heran dengan Jeno. Jeno tidak melarang bocah itu tinggal bersamanya. Dia seorang pria yang sangat cuek dan tidak peduli sekitar tapi dengan mudahnya bocah manis itu menaklukan hati Jeno. Bahkan sekarang dia mau memberikan susu serta menggendong Yuli agar anak itu tertidur.

Entah lah, Jaemin pening.

°•Nomin•°
© Vvusr_

Jaemin  harus rela bangun pagi buta untuk Yuli. Ya, anak itu terbangun pukul empat lebih empat puluh menit pagi karena buang air besar.

Bukan hanya Jaemin, Jeno pun terbangun karena tangisan si kecil. Jaemin mengurus Yuli dan Jeno memasak bubur untuk sarapan ketiganya. Ah seperti keluarga bahagia bukan.

Setelah selesai memandikan Yuli dengan air hangat, Jaemin memakaikan baju Yuli.

Beruntung Yuli tidak rewel dan nakal, jadi Jaemin bisa mengurusnya dengan mudah.

Dan beruntungnya ini akhir pekan, jadi dia tidak perlu ke kampus dengan membawa Yuli. Tapi, bagaimana dia mengurus Yuli jika ada jam kuliah? Ah sial, Jaemin tidak bisa tidur semalaman hanya karena memikirkan itu.

"Jeno," Panggil Jaemin yang sudah selesai memakaikan Yuli baju.

"Hm?"

"Bubur untuk Yuli sudah selesai? Dia mungkin lapar sehabis buang air besar."

Tidak ada sahutan. Tapi Jaemin yang sedang bercanda dengan Yuli mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Jeno menyodorkan satu mangkuk bubur dan juga satu botol susu hangat.

"Terima kasih," Jaemin hendak menerima botol dan mangkuk itu dari tangan Jeno, tapi si irit bicara itu malah menariknya kembali.

"Makan."

"Huh?"

"Aku yang menyuapi, pergi."

"Apa maksud mu, Jeno. Bicara secara lengkap dengan satu kalimat sekali saja, bisa?" Ucapnya dengan lancar tapi ketika matanya menangkap netra milik Jeno, keberaniannya menciut. Sungguh tatapan Jeno itu mematikan.

"Kau makan, dan aku akan menyuapinya. Sekarang mengerti, Na Jaemin?" Sungguh baru kali ini Jeno bicara sepanjang itu. Jaemin tercengang.

Jaemin mengangguk dengan mulut yang sedikit terbuka tapi tubuhnya masih belum beranjak dari ranjang.

"Sekarang."

"Ah, iya." Jaemin segera beranjak dari sana. Sungguh keajaiban mendengar Jeno berbicara sepanjang itu.

Seorang Lee si irit bicara Jeno berbicara dua kalimat sekaligus. Sungguh keajaiban.

To Be Continued

𝐎𝐮𝐫 𝐁𝐚𝐛𝐲✓【ɴᴏᴍɪɴ】Where stories live. Discover now