chapter empat

22K 3.1K 137
                                    

Hari ini Jaemin terpaksa bolos kuliah dan meminta tolong kepada Jeno untuk mengizinkannya. Beruntung Jeno mengiyakan.

Sekarang Jaemin tengah menyiapkan sarapan untuknya dan juga Jeno yang akan berangkat kuliah. Jeno tengah menyuapi si kecil di sofa depan televisi.

Menggemaskan. Jeno yang irit bicara itu ternyata menyukai anak kecil? Mungkin saja, karena sejak kedatangan Yuli, Jaemin pernah beberapa kali melihat Jeno tersenyum walaupun sangat tipis. Mungkin Jeno tidak sadar?

Setelah dirasa masakan itu matang, Jaemin menyajikan untuk Jeno dan membawanya kepadanya.

"Jen, makan dulu. Biar Yuli sama aku," Katanya dengan meletakkan piring serta satu gelas air itu ke meja yang ada di depannya. Apa sekarang Jaemin sudah seperti seorang istri?

Jeno menurut, memberikan Yuli kepada Jaemin dan mulai memakan sarapannya. Jaemin duduk di sebelah Jeno melanjutkan menyuapi Yuli yang terus mengoceh.

Yuli tidak bisa diam, dia terus memberontak di pangkuan Jaemin dan terus menunjuk-nunjuk Jeno dan kemudian mulai menangis.

Astaga. Bocah itu terus-terusan ingin bersama Jeno!

Jeno yang mengerti segera mengambil Yuli dan memangku nya. Yuli kembali diam, dan sekarang dia mulai tertawa! Astaga.

"Buburnya." Jaemin menyerahkan bubur yang ada di tangannya dengan perasaan tidak enak. Jeno akan telat jika harus menyuapi Yuli terlebih dulu sedangkan Jeno belum menyelesaikan sarapannya.

"Jeno kamu bisa telat nanti,"

"Suapi."

"Huh?"

"Kau bilang aku akan telat bukan?"

Sungguh? Jeno meminta di suapi oleh Jaemin? Walaupun terpaksa tapi ah sudahlah daripada Jeno telat nanti kan?

Jaemin beranjak dan mengambil piring yang ada dimeja dan menduduki meja itu; berhadapan dengan Jeno.

Tangannya gemetar. Dia gugup, tentu saja! Menyuapi makan seorang Lee Jeno si irit bicara?!

Dia mencoba mengendalikan rasa gugupnya, karena tangannya gemetar sungguh. Akhirnya Jaemin mulai mengambil nasi serta lauk dan menyodorkannya ke arah mulut Jeno.

Jeno membuka mulutnya. Seketika netranya bertubrukan dengan netra milik Jaemin. Untuk beberapa saat mereka terdiam dengan saling berpandangan. Jeno akui jika Jaemin sangat cantik untuk ukuran seorang lelaki. Bibirnya yang sedikit terbuka sungguh sangat menawan. Tanpa di sadari Jeno memajukan wajahnya hingga semakin dekat dengan wajah Jaemin yang masih terdiam memandang Jeno. Hingga-

"Babababa ...."

Dengan secepat kilat Jeno kembali menjauhkan wajahnya. Astaga, apa yang akan dia lakukan! Memalukan.

Bersyukur Yuli mengoceh dan menyadarkan Jeno. Jika tidak mungkin Jeno akan-ah sudahlah tidak usah dibicarakan.

Seketika suasana menjadi sangat canggung! Jika boleh dibilang Jeno memang malu, sangat malu! Apa-apaan tadi.

Jaemin kembali menyuapi Jeno hingga habis. Jeno menyerahkan Yuli dan mengecup pucuk kepala serta kening Yuli lama untuk salam perpisahan, mungkin. Beruntung Yuli tidak kembali berontak ketika Jeno pergi.

🕳️°•Nomin•°🕳️
©Vvusr_

Jaemin bersama Yuli sekarang tengah memasak. Lebih tepatnya Jaemin sih, karena Yuli hanya mengoceh. Sebenarnya berbahaya tapi apa mau di buat, Yuli akan menangis jika ia taruh dan terus merengek meminta di gendong. Alhasil Jaemin memasak dengan membawa Yuli di gendongannya.

Ah ya, sepertinya Jeno benar-benar menyukai anak kecil. Popok, bubur serta susu kemarin Jeno lah yang membelinya. Dan tadi siang Jeno kembali ke asrama dan memberikan hipseat agar memudahkan Jaemin beraktifitas dengan menggendong Yuli.

Jeno mengiriminya pesan tadi, jika sebentar lagi dia akan pulang. Untuk apa mengirimi Jaemin pesan? Entahlah, mungkin agar Jaemin segera memasak makan malam. Karena Jeno jarang sekali mengiriminya pesan sebelumnya. Maka dari itu dia segera memasak dengan membawa Yuli.

Jaemin tengah fokus dengan penggorengan dan menghindarkan Yuli dari cipratan minyak panas sehingga tidak menyadari jika Jeno sudah berada di belakangnya memandang dengan perasaan kesal?

"Jaemin!" Panggilnya dengan sedikit mengeraskan suaranya membuat Jaemin terkejut.

Jaemin membalikan tubuhnya menghadap Jeno.

"Kau membawa Yuli di saat sedang memasak. Kau gila? Bagaimana jika Yuli terkena cipratan minyak, hah?!"

Oh tuhan. Tubuh Jaemin bergetar, baru kali ini seorang Jeno membentak dan memarahinya. Matanya memanas, sungguh! Jaemin adalah seseorang yang tidak bisa di bentak. Dia memiliki hati yang sangat lembut.

"Ma-maaf, kamu mengirimi ku pesan." Jaemin menunduk dengan susah payah menahan tangis nya!

"Lalu?"

"A-aku pikir kamu mengirimi ku pesan agar aku menyiapkan makan malam untuk mu," Jaemin tidak bisa menahannya, air matanya turun begitu saja. Yuli yang masih ada di gendongannya mendongak untuk melihat Jaemin.

Jeno menghela nafas kasar.

Jeno mendekati Jaemin, tubuhnya bersentuhan dengan punggung Yuli. Tangannya terulur untuk mematikan kompor yang ada di belakang Jaemin.

"Sudahlah, aku hanya khawatir."

Jaemin masih sesenggukan dengan kepala tertunduk. Jeno merasa tak enak hati sudah membuat Jaemin menangis. Tubuhnya masih berdekatan dengan Jaemin, Jeno semakin memajukan tubuhnya tangannya kembali terulur, kali ini untuk memeluk Jaemin.

Memeluk Jaemin!

Jaemin entah sadar atau tidak dia menenggelamkan kepalanya di dada Jeno. Jeno mengelus surai halus Jaemin untuk menenangkan pemuda itu.

Yuli hanya diam, memandang Jeno serta Jaemin bergantian.

Ah, menenangkan sekali. Posisinya mereka sangat nyaman! Benar-benar seperti sepasang suami istri.

To Be Continued

-Vote&Coment-

𝐎𝐮𝐫 𝐁𝐚𝐛𝐲✓【ɴᴏᴍɪɴ】Where stories live. Discover now