Seventeen

4K 815 74
                                    

"Wae? Mau turun?"

"Kaay~ jangan jauh-jauh dari mommy, ya~"

Instingnya kuat.

Begitu tanggapan Seungkwan saat Liam heboh di gendongan sesampainya mereka di bukit tempat keluarganya biasa berdoa. Atau mungkin, tempat para penguasa dimana suaminya dilahirkan.

Ia tidak sepenuhnya berbohong pada sang suami untuk kesini. Benar mereka hendak mengunjungi nenek kakek Liam atau orang tua Boo Seungkwan. Tapi menyempatkan diri ke bukit adalah rencana utamanya terlebih setelah pengakuan Vernon beberapa waktu lalu bagaikan mimpi baginya.

Terlalu jelas dan nyata untuk sekedar menjadi bunga tidur, tapi terlalu singkat pula untuk menjadi kenyataan.

"Apa? Dia punya kekuatan untuk membuatku bingung antara mimpi dan bukan, gitu?"

"Kkk~ akan lucu sekali kalau selama ini ternyata mimpiku adalah realita sesungguhnya sementara kehidupan ini hanyalah angan-angan belaka."

"..itu akan sangat berguna kalau ucapan Bononie kemarin adalah benar adanya."

Kalau keluhan Seungkwan di hadapan reruntuhan bangunan sekarang termasuk bagian dari ritual, maka doa nan mustahil merupakan hal yang kini ia tengah panjatkan.

Masih setengah percaya, setengah ragu, akan pernyataan dimana suaminya adalah putra Bulan yang terakhir. Pangeran dari segala fenomena, yang kini telah menjadi raja di belakang layar.

Tak ada yang tau. Tak ada pula yang ingin tau.

Mungkin benar, Vernon bisa saja mati setelah meyakinkan semua orang bahwa Seungkwan tidak sendiri. Seungkwan adalah miliknya. Seungkwan tak perlu dikasihani.

Kematian sang penguasa yang dalam legenda akan membawa sebuah 'akhir' bagi ras manusia untuk memiliki fenomena di kehidupan selanjutnya.

Tidak masalah. Seungkwan tidak peduli bagaimana bulan mendiskriminasi makhluk tuhan.

Yang menjadi masalah adalah ketika Vernon tak lagi ada di sisinya, sehingga Seungkwan berpikir akan bagus untuk doa ini apabila terkabul di kemudian hari.

Membuatnya memiliki kekuatan untuk memutarbalikkan dunia tidaklah sulit bagi Tuhan yang menentukan hidup dan mati seseorang, iya kan?

"Ah, aku sudah gila..

..Liam??"

Usai sudah pengaduannya di hadapan benda tak berbentuk.
Namun hatinya gagal tenang, lantaran anak kecil bersepatu karet tak lagi merangkak di sekitar.

De javu.

Rasanya dulu juga ada orang tua yang kehilangan anaknya saat sedang berdoa, kan?

Adegan yang selalu datang ke mimpi Seungkwan, dimana ia menangis tengah malam kemudian dihampiri seseorang.

Semoga, anaknya sekarang juga ditemukan orang baik di saat dirinya panik berlari ke sana ke sini mencari.

"Miiii!!"

Suara itu.

Datang dari balik bukit. Tak jauh dari tempatnya berdiri. Seungkwan turun, setengah berlari ketika mendapati anaknya tengah duduk di hadapan sosok cantik dengan senyum lima jari.

"Astaga Liam! Kenapa bisa sampai sini! Aigo, tunggu mommy. Oh, licin sekali aish-"

"Kkk~ itu mommy mu, sayang?"

"Ung! Mimi!!"

"Manis, ya.."

Tatapannya sendu. Sarat akan kerinduan dan juga kasih bercampur.

✓The Moon [VerKwan BxB]Where stories live. Discover now