Fourteen

4K 847 204
                                    

"Boo."

"Aku sudah berangkat~~!"

Hanya hela nafas yang Vernon keluarkan sebagai respon atas jawaban istrinya di telepon.

Kantor mulai sepi. Vernon harusnya bisa pulang sekarang, namun ada kepentingan lain yang memaksanya menghabiskan waktu berlebih sehingga tak bisa ikut atau bahkan mengantar Seungkwan pergi.

Kemana?

Cuma acara kumpul keluarga menyambut natal dan akhir tahun.

"Arasseo. Hati-hati.
Pakai baju hangat. Liam juga."

"Iya iya iyaa"

"Nanti aku jemput jam 10."

"Oki doki~!"

"Salam untuk keluarga Kim."

Seungkwan mengangguk sebelum mematikan telepon dan meletakkannya dalam saku mantel. Ia rapatkan jacket serta beanie bayi dalam gendongannya, kemudian berjalan santai memasuki bus yang sedari tadi ditunggu.

Kursi pojok paling belakang sengaja dipilih karena menghindari kerumunan orang banyak. Posisi penuh perlindungan ia pertahankan selama membawa Liam dalam dekapan.

Tidak, dia tidak ingin menjawab rasa penasaran orang-orang terkait kondisi bayi yang belum genap berusia 3 bulan tapi tak memiliki warna bulan dan malah gelap terpancar dari kedua manik si kecil.

"Yah. Tidakkah kau sadar bahwa akhir-akhir ini malam tak se-terang biasanya?"

"Ne. Purnama yang biasanya sesuai ramalan juga kemarin meleset."

"Ey, kau tau? Di kampung halamanku malah tidak terlihat bulan sama sekali!"

Desas desus di sekitar mencoba Seungkwan abaikan. Ia terbiasa membiarkan topik pembicaraan tentang bulan lewat begitu saja tanpa peduli.

Karena baginya sudah tidak ada lagi urusan antara makhluk seperti Seungkwan dan bulan yang menawan.

"Liam, apa malam mu butuh bulan?"

"Kalau mommy..tidak.
Soalnya kamu sudah sangat terang di mata mommy hihihi."

Monolognya secara berbisik, sama sekali tak sadar dengan siapa ia berbicara.

Andai Seungkwan tau alasan dibalik gelapnya langit dan malunya purnama adalah karena sang anak..

..yang lahir saat para bulan memudarkan cahayanya.

Yang selama tiga bulan pula merunduk takut pada sang putra penguasa karena memang, dirinya jauh lebih bersinar dari fenomena yang ada.

Black moon mungkin tidak sefenomenal kawan-kawannya.

Sebab berbeda bukan berarti perlu dikhianati, tapi harus dihormati.

"Seungkwan-ah!"

Ranum bibir yang dipanggil seketika melengkung ke atas, tersenyum bahagia mendapati sambutan sang sepupu sebagai si empunya rumah.

Ramai memang, ada keluarga Wonwoo atau biasa Seungkwan panggil paman dan bibi. Juga jangan lupakan keluarga Mingyu yang baru pertama kali ia kenali.

"E-eomma a-appa ti-dak bis-sa d-d-datang, ma-af.
Ja-uh s-sekali.. a-aku t-tidak t-te-tega.."

"Iya, mereka sudah meneleponku tadi. Jangan khawatir. Ayo masuk, Liam harus main sama Giyuu!"

"U-um!
M-mingyu-ssi, p-permisi.."

Anggukan dari suami Jeon Wonwoo menjadi akhir dari suara Seungkwan selama berada dalam rumah besar tersebut.

Entah kenapa ia tidak nyaman.

✓The Moon [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang