17. Kata Hati

16 0 0
                                    

Kata Hati

.

.

"Memang Al Qur'an yang paripurna, Pa! Tapi kitab-kitab sebelumnya merupakan bagian dari Al Qur'an itu sendiri..!"

"Lalu..

"Mungkin.. hikmahnya kita tidak boleh melupakan sejarah, Pa! Fakta dalam sejarah ada nabi sebelum Rasulullah. Mempunyai visi dan misi yang sama. Bukti itu masih ada. Diantaranya kitab. Sayangnya, hanya Al Qur'an yang tetap terjaga orisinalitas keasliannya. Orang yang berkepentingan merubah seolah kitab satu dan lainnya tidak saling berkaitan.."

Untuk kesekian kalinya, Olivia dan papanya berdebat tentang perbedaan agama. Padahal persamaannya yang disamarkan oleh manusia itu sendiri. Cermin pemungkaran!

Sungguh!

Olivia berharap ia dan orang-orang yang disayanginya terhindar dari hal yang sedemikian tersebut...

"Putri Papa sudah menentukan pilihan? Soal pemahaman agama... Liv'e sepertinya sepaham dengan salah satunya..."

Setelah jeda sekian lamanya Papa membuka suara. Papanya tau Olivia sudah selesai menyusun skripsi yang ke sekian kali direvisi. Email sudah terkirim ke Dosen Pembimbingnya. Berharap skripsinya lolos kali ini.

"Apa Olivia boleh tau pilihan menurut kriteria Papa? Ya.. meskipun Papa membebaskan Olivia untuk memilih" Dengan manja nyender di pundak papanya.

"Liv'e jelas tau siapa yang paling dekat dengan Papa saat ini?" mendekap putri kesayangannya dan mencium keningnya.

Jawaban papanya membuat Olivia terdiam. Mikir! Maksud Papa apakah Andi? Serasa membuncah dadanya, tapi... tidak mungkin Olivia bertanya apakah yang dimaksud Papa itu Andi?

"Tinggal nyebut nama apa susahnya, sih Pa?"

Siapa yang ngajarin menjawab pertanyaan dengan pertanyaan?

" Jangan pura-pura tidak tau, Liv'e! O iya, Papa baru tau... harusnya wanita yang sudah dipinang tidak boleh menerima pinangan yang lain. Bukan berarti yang lebih dulu yang diterima pinangannya karena belum mendapatkan persetujuan darimu dan dari wali nikahmu. Pihak pelamar pertama berbesar hati mengijinkan pihak lain melamarmu. Dan semua yang meminangmu secara resmi, ketiganya saling mengetahui satu sama lain..."

Olivia memandangi papanya. Tatapannya bertemu dengan pandangan papanya. Olivia mencoba mencerna kembali ucapan papanya. Apa lagi yang ingin disampaikan papanya? Dada Olivia berdebur tidak karuan. Siapa peminang pertama?

Sebegitu yakinnya memberi kesempatan pada yang lain?

Memangnya Olivia dianggap barang yang bisa dilelang dengan harga tertinggi?

Kalau memang Andi yang dimaksud Papa sebagai peminang pertama kenapa hati Olivia jadi terasa begitu sakit?

Kalau yang dimaksud papanya itu Malik atau Rafa justru Olivia yang was-was. Apa sebaiknya Olivia bertanya pada papanya siapa peminang pertama itu?

"Mungkin Olivia jadi sakit hati dengan sikap peminang pertama, tapi jika sudah saatnya Olivia mengetahui semuanya pasti akan memaklumi. Papa pun akan melakukan hal yang sama bila berada di posisinya.. sikap seorang ksatria!"

"Jadi Papa mempengaruhi pilihan Olivia dengan memihak peminang pertama?" Meski awalnya takjub seolah tau isi hatinya jelas sudah bagi Olivia jadi yakin yang dimaksud papanya itu Andi.

"Liv'e.. Sayang!" Seketika Pak Rudy mencekal lengan putrinya yang hendak berlalu "Maaf! Seharusnya Papa mendengarkan pendapat Putri Papa.. itu yang sedang Papa lakukan!"

Gadis Lukisan AndiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang