12. Hilang Kendali

9 0 0
                                    

.

.

.

Rasa kepalanya pening. Olivia menjumput kismis lagi. Resep yang diajarkan Mbak Ifa. Kismis salah satu kesukaan Rasulullah. Herbal yang bisa mengatasi sakit kepala. Dan Olivia menyempatkan searching tentang kegunaan kismis. Ia coba konsumsi ternyata cukup manjur. Lama ia nggak keserang migrain. Tanpa diminta pun, Mbak Ifa memberikan spesial serve untuk Olivia dengan topping kismis pada jus maupun salad pesanannya.

Akibat menangis seharian, mata Olivia sedikit membengkak. Ia sudah mengoles VPO untuk mengatasinya. Tapi matanya masih sembab dan tetesan itu keluar lagi. Cengeng banget, sih!

Sesekali merutuki dirinya sendiri. Dari rumah Putri hingga saat ini, Olivia mencoba menasihati dirinya sendiri. Namun air mata yang tumpah tak bisa ia cegah. Yang ia lakukan menyendiri berkontemplasi. Apalagi pas momen tahun baru Hijriyah. Tahun baru yang berarti baginya mulai kini. Tahun baru pertama sebagai seorang muslim.

Dengan pemikiran baru. Rencana baru. Boleh ia merencanakan sesuatu tapi ada Dzat Tertinggi Yang Maha Memutuskan segalanya. Dan ia berusaha mempersiapkan diri bahkan sampai kemungkinan terburuk sekalipun. Pelajaran hidup yang ia dapatkan dari seseorang...?

Astaghfirullah!

Sungguh berat rasa ini. Dan Olivia mengembalikannya pada Sang Pemilik Cinta. Yakin Keputusan Sang Maha Cinta lah yang terbaik. Berharap dirinya ridho atas segala Keputusan-NYA.

Syukurlah, Rita sepertinya mengerti bahwa ia butuh kesendirian. Seharian Olivia tidak menegurnya. Alih-alih bertanya bahkan Rita sama sekali tidak mengusiknya.

Rita tidak pula bertanya mengapa matanya bengkak dan memerah di pagi itu. Olivia sadar tidak mungkin menghindari orang-orang. Hanya berupaya berdamai dengan kenyataan. Agar hari-hari yang dilaluinya akan terasa lebih ringan.

Libur akhir pekan benar-benar Olivia pergunakan untuk berlibur. Entah ia harus senang atau sedih karena sepekan ini, Olivia berkutat di meja kerjanya saja. Saat pengumuman dan penyambutan CEO yang baru, Olivia malah mendapat tugas di luar. Nggak usah disebutin pasti udah tau. Yang membuat hati Olivia terkoyak!

Halah?

Memangnya Olivia siapanya dia?

Sebenarnya ada rasa kerinduan yang sertamerta ia tepis. Olivia sadar diri, kok. Tidak pantas berharap sesuatu yang berlebihan. Sakit... benar-benar sakit memang! Tapi Olivia meyakinkan dirinya bahwa ia kuat untuk menahan dan mengobati lukanya. Mungkin ia akan memerlukan seseorang. Untuk sandaran. Opsi lainnya, Olivia bertekad menamatkan kuliahnya.

Olivia menyempatkan bertemu dengan papanya. Rencana yang sempat tertunda sepekan yang lalu. Ah, Olivia menggelengkan kepalanya. Tidak ingin berderai-derai lagi.
Sudah cukup!
Dan tetap saja Olivia harus menghapus segera lelehan di pipinya.

Begitu memasuki pekarangan rumah. Disambut kelinci-kelinci lucu yang berlari kaget karena kedatangannya. Setidaknya geli melihat tingkah mereka sedikit mengurangi kekakuan otot wajahnya.

"Kok, sepi? Mang Asep kemana, Pa...?"

"Kesayangan Papa!" Pak Rudy memeluk lalu mencium kening putrinya

"Bukannya tanya kabar Papa gimana malah bertanya Mang Asep dimana?"

Mereka tertawa. Olivia memeluk papanya erat. Kehangatan yang mampu menguapkan kesedihannya.

"Habisnya... Papa sibuk, sih dengan si Hejo mana denger Olivia dateng?" Hejo itu parkit piaraan papanya yang berwarna hijau.

"Uluh-uluh! Anak Papa cemburu sama Hejo rupanya!"

Gadis Lukisan AndiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang